Jessy mengikuti pria itu dari belakang. Sambil masuk kedalam apartemen, ia melihat keseluruhan ruangan. Sofa super besar berwarna putih, ruang makan minimalis, dapur bersih dan berbagai lukisan serta foto dipajang dihampir seluruh ruangan. Namun ada satu hal yang membuatnya tertarik. Foto pria itu terpasang didinding seukuran pintu apartemennya. Sungguh menggelikan melihatnya.
Mereka masuk kedalam kamar. Pria itu menunjukkan pakaian yang terlihat berada di seluruh kamarnya. Ia tidak menyangka akan masuk kedalam kamar seorang pria yang ia sendiri tidak mengenalnya.
"Mana pakaian yang harus aku bawa?" tanya Jessy.
"Semua pakaian yang terlihat olehmu, nona.." jawab Dean tenang.
Seorang Jessy tidak boleh mengeluh. Iapun masuk dan mulai membungkus pakaian yang akan dibawa ke laundry. Ia menyimpan tas dibawah dan membuka resletingnya. Ia mulai melipat pakaian itu satu persatu dan memasukkannya kedalam tas.
"Berapa usiamu?" Tanya Dean tiba-tiba.
"Usiaku 25 tahun." Jawab Jessy berbohong tanpa menatapnya karena ia tengah sibuk memasuk-masukkan pakaian kotor ke dalam tas.
"Sepertinya usiamu tidak setua itu. Kau terlihat masih polos.." ucap Dean sambil menghampirinya.
Jessy mempercepat pekerjaannya. Ia terus memasukkan pakaian-pakaian kotor kedalam tas. Ia bahkan tidak tahu berapa harga setiap satu pakaian.
Setelah selesai, iapun bangkit dan melangkah keluar.
"Baiklah. Pakaiannya nanti akan kau ambil sendiri atau kami yang mengantarnya?"
"Aku akan mengambilnya sendiri. Tapi hanya kau yang menyerahkannya padaku." Goda Dean.
"Baiklah, nanti billing akan Mrs. Patty kirimkan padamu segera. Sampai jumpa." Jessy berjalan menuju pintu keluar. Ia tidak menghiraukan godaan pria itu. Ia sudah terbiasa mendapatkan candaan dari pelanggannya seperti itu.
Dean menatap televisi yang terus memberitakan tentang dirinya. Ia menatap gadis itu. Ia tampaknya tidak terpengaruh. Sebelum gadis itu keluar, Dean menarik tangan gadis itu.
"Tunggu, nona.."ucapnya terhenti karena tidak tahu nama gadis yang berada dihadapannya.
"Jessy" ucap Jessy cepat.
"Baiklah nona Jessy, kau tidak mengenalku?"
Jessy menatap lelaki didepannya sambil menggelengkan kepalanya.
"Apakah kau pernah menonton film Death yang sangat terkenal itu?"
Dan mengapa yang dibahas film itu lagi? Berulang kali ia ingin mengatakan jika ia tidak menyukai film horror. "Aku belum pernah menontonnya. Tapi aku tahu film itu sedang ramai dibicarakan."
"Bagaimana menurutmu cerita film itu?"
Jessy menggelengkan kepalanya. "Aku belum pernah menontonnya. Aku tidak tahu."
"Kau belum pernah menontonnya?Kau tidak suka film?" tanya Dean terkejut. Ia baru saja bertemu dengan gadis unik.
"Tidak."
Dean kecewa, dari ratusan juta pasang mata yang memberikan ketertarikannya pada film Death, gadis didepannya bahkan belum pernah menontonnya dan ia bukan seseorang yang tertarik pada film. Dean menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum.
"Baiklah. Aku tahu bahwa kau memang tidak mengenalku. Nanti sore aku sendiri yang akan mengambil pakaianku. " ucap Dean sambil membukakan pintu keluar.
"Baiklah. Sampai jumpa." Ucap Jessy.
"Jangan lupa. Aku ingin kau sendiri yang menyerahkannya padaku!" Seru Dean ketika ia perlahan menutup pintu apartemennya.
Dean berjalan menuju beranda untuk melihat sosok Jessy saat keluar dari apartemennya. Ia dapat melihat gadis itu walaupun sangat kecil. Ia tampak tidak merasa berat ketika punggungnya membawa tas ransel berisi pakaian-pakaian kotor miliknya.
Sesaat ia lupa kejadian saat di televisi menayangkan berita mengenai dirinya. "Ah, Shittt!!" Ia mulai menelpon manajernya.
...***...
Sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, Jessy masih bingung pada ucapan lelaki tadi. Lelaki itu pasti menjadi idaman para wanita. Dengan tubuh atletis dan wajah tampan, siapa yang tidak mau padanya? Tapi, siapakah lelaki itu? Mengapa tadi ia bertanya padanya tentang film Death? Apakah pria itu berencana untuk mengajaknya menonton film itu? Atau apakah lelaki itu aktor dari film itu?
Jessy tidak mau memikirkan semuanya sendiri. Ia bahkan tidak peduli karena mungkin ia tidak akan pernah bertemu kembali dengan lelaki tadi. Tapi tadi pria itu akan mengambil laundry jika ia sendiri yang menyerahkannya.
Jessy mengumpat pelan karena tas yang dibawanya sangat berat. Punggungnya sakit. Bagaimana mungkin dalam waktu 2 hari, lelaki itu memakai beberapa stel pakaian? Ia menggelengkan kepalanya. Dan kamarnya, tidak pernah ia melihat kamar seorang pria begitu acak-acakan. Pakaian, sepatu, dasi, semuanya tidak tersimpan sebagaimana mestinya.
Jessy membuka pintu laundry dan langsung mengeluarkan pakaian yang tadi dibawanya. Beberapa potong setelan jas serta beberapa kemeja dan celana jeans dikeluarkan dari tas itu. Ia mengeluarkan kertas atau apapun yang ada disetiap saku celana dan kemeja.
Terdapat noda lipstik disalah satu kemejanya. Jessy menggelengkan kepalanya. Lelaki itu pasti playboy sejati. Atau mungkin itu lipstik kekasihnya. Jessy terus menggelengkan kepalanya. Ia memisahkan pakaian yang berwarna mencolok dan putih.
Mrs. Patty masuk kedalam dan melihat Jessy tengah memilih pakaian yang kotor.
"Sepertinya lelaki itu pengusaha atau miliuner. Lihat saja merk pakaian itu. Itu pakaian mewah. Hati-hati sayang saat mencucinya."
"Aku tahu." Jessy mengeluarkan detergent khusus untuk pakaian-pakaiannya.
"Apakah lelaki itu pria tampan?" Goda Mrs. patty
"Sangat tampan. Kau seharusnya menyesal karena aku yang mengambil pakaiannya." jawab Jessy santai.
"Ah.. sayang, jika aku terlihat oleh suamiku tergoda dengan lelaki lain, aku akan mati." Mrs. Patty menjawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. Iapun menambahkan. "Oh ya, ada telepon untukmu."
"Dari siapa?"
"Dari pemilik pakaian itu. Katanya kau melupakan sesuatu."
Jessy kecewa. "Kenapa kau tidak mengatakan apapun sejak tadi? Apa dia sudah lama menunggu?"
Mrs. Party terlihat hanya tersenyum sambil mengangkat bahunya. Ia tidak mungkin pergi ke apartemen itu kembali. Pekerjaannya banyak. Pakaian yang ada didepannya pun belum tersentuh mesin cuci. Ia baru akan memulainya.
Jessy menyimpan pakaian kotor itu dan melangkah menuju ruangan Mrs. Patty.
Dean berfikir keras setelah melihat tayangan di televisi. Video yang ia lihat dari salah satu manajernya terlihat sekali jika cindy memang menjebaknya dengan membuat video itu.
Manajernya mengatakan semua masalah itu hanya ia sendiri yang dapat menyelesaikannya.Tiba-tiba ia mendapatkan ide cemerlang. Gadis tadi. Gadis pembawa laundry tadi pasti bisa membantunya. Ia tidak dapat membawa gadis yang telah mengetahui tentang dirinya. Dean bangkit dari duduknya dan mulai menekan tombol telepon.
"Halo, selamat siang dengan OneLaundry, ada yang bisa dibantu."
"Mrs. Patty yang cantik dan baik hati, aku adalah pelanggan setiamu. Aku ingin berbicara dengan karyawanmu. Sepertinya ia melupakan sesuatu dari apartemenku."
"Maksudmu Jessy?"
"Betul sekali."
"Baiklah.. tunggu sebentar"
Dean menunggu agak lama untuk bisa berbicara dengan gadis itu.
"Selamat siang, saya Jessy. Ada yang bisa dibantu?"
Dean lega mendengar suara itu. "Jessy, bisakah kita bekerjasama? Aku yakin semuanya akan menguntungkan."ucapnya tiba-tiba.
Jessy bingung sambil menggaruk pelipisnya. "Aku tidak mengerti"
"Aku menunggumu di apartemenku sekarang. Aku akan memberimu uang seratus ribu dollar jika kau mau bekerjasama denganku hanya untuk malam ini." Dean mencoba untuk memaksa agar Jessy mau datang ke acara nanti malam. Ia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan untuk menghindari aktris gila itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Maya AL Fadl
wowwww
2021-08-01
0
Mama Nova
1m500 juta WOW
2021-07-02
0
mintil
semalam?? diapaian aja tapi 😂
2021-06-28
0