Ketika acara itu belum sepenuhnya selesai, Dean membawa Jessy keluar. Namun Dean ingin cepat-cepat membawa gadis disamping ya keluar. Mereka berjalan menuju parkir mobil sambil berpegangan tangan. Dipintu keluar, Jessy harus meminta diri untuk pergi ke toilet terlebih dahulu. Beberapa pasang mata terus melihat kecantikan Jessy. Dean menyadarinya dan ia merasa sedikit terganggu. Sedangkan Jessy, terlihat sekali gadis itu tidak peduli. Dean melihat Jessy yang terlihat seperti sedang mencari sesuatu.
"Kau kenapa?"
"Aku harus ke toilet sebentar. Kau tahu dimana?" tanya Jessy. Ia melepaskan genggaman tangan Dean dan terlihat sedang menahan sesuatu.
Dean tertawa ringan. Semua sikap gadis yang baru dikenalnya satu hari itu membuatnya merasa lucu. Ia menarik bahu Jessy dan berisik.
" Kau tahu jika sikapmu ini membuatku ingin berkata......."
Jessy mendekatkan telinganya ke mulut Dean karena ucapannya tidak terlalu terdengar.
"Toiletnya ada diujung lorong." bisik Dean.
Jessy mendorong tubuh Dean. "Jangan bercanda saat genting seperti saat ini. Aku sudah tidak bisa menahannya." protes Jessy sambil berlari menuju tempat yang baru saja ditunjukkan oleh Dean.
Dean tertawa konyol. Sungguh gadis yang polos. Iapun berjalan untuk bertemu dengan manajernya yang sudah menunggu di lobi.
Saat masuk kedalam kamar mandi, tidak ada seorangpun disana. Ia dengan lega melepaskan high heelsnya yang sejak tadi mengganggunya. Ia sengaja berbohong pada Dean dengan mengatakan tidak tahan. Ya, ia tidak tahan dengan high heelsnya. Namun ia kini merasa lega. Ia berjalan di toilet tanpa alas kaki. Rasanya seperti terbebas dari siksaan pekerjaannya.
Tiba-tiba Jessy menyadari ada seseorang dibelakangnya. Ketika ia akan memakai high heelsnya, rambutnya dijambak dan high heelsnya diinjak hingga rusak. Awalnya ia tidak tahu siapa yang melakukannya. Tapi ketika ia membuka matanya, ia tahu jika wanita itu adalah Cindy. Wanita itu yang sejak tadi dibicarakan oleh wartawan. Ia tidak tahu apa yang terjadi antara Dean dan Cindy. Sejak acara berlangsung, hanya wanita itu yang menatapnya sinis.
"Kau, pelacur! Kau telah merampas kekasihku! Rasakan ini!!" Teriaknya sambil mendorong kepala Jessy ketembok.
“Ah” umpat Jessy sambil memegang kepalanya. Jessy merasa pusing dan ia tidak bisa melawan karena emosi wanita itu telah membuat dirinya menjadi kuat.
"A....ku tidak mengerti!" Jawab Jessy bingung tanpa melepaskan tangannya di kepala.
"Aku tidak akan memaafkanmu!!" Tamparan wanita itu begitu keras sehingga bibir Jessy berdarah.
Jessy mulai kesal. Ia mendorong tubuh Cindy keluar dari toilet dan menutup pintu toilet dengan kencang. "Jangan menyalahkanku! Dean yang menginginkanku!" teriak Jessy sambil menantang. Ia kesal. Ia harus mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan untuk mendapatkan seratus ribu dolar.
Dean menatap jamnya. Sudah hampir setengah jam berlalu dan Jessy belum juga menghampirinya. Suasana acara masih terlihat ramai. Para selebritipun masih berada disana. Mereka tampak sedang berbincang dan menikmati hidangan. Dean mencoba untuk mencari keberadaan Jessy. Ia menjadi khawatir. Sambil mengendap-endap ia masuk ketoilet wanita dan menemukan Jessy sedang berjongkok untuk membetulkan high heelsnya.
"Jessy.. apa yang kau lakukan?" Bisik Dean.
Tanpa menatapnya, ia menjawab "High heels ini rusak. Aku tidak bisa berjalan jika tidak memakai high heels ini. Kau akan malu karena aku tidak bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan baik." ucapnya dengan terbata-bata.
Dean heran ketika melihat rambut Jessy berantakan. Ia membelai rambutnya. "Apa yang terjadi?"
Jessy hanya menggelengkan kepalanya.
"Tatap aku, Jessy.."
Ia masih tetap menggelengkan kepalanya.
Dean berjongkok didepan Jessy dan mangangkat dagu gadis itu. Ia begitu terkejut mendapati bibir Jessy berdarah. Bukan hanya itu, pipinya terdapat semburat jari berwarna merah. Ia terkejut. Kedua mata itu menatapnya sambil berkaca-kaca. "Siapa yang menamparmu?" Tanya Dean marah.
Jessy melepaskan tangan Dean dari dagunya. "Sudahlah.. aku tidak apa-apa. Gadis miskin sepertiku sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini." ucapnya sambil berdiri.
"Cindy yang melakukannya bukan?"
Jessy tetap terdiam. Ia menunduk.
Dean bangkit dan langsung mengangkat Jessy dengan mudahnya. "Lupakan high heels itu. Ayo kita pulang."
Ketika Dean mengangkatnya, ia harus melewati beberapa selebriti namun Dean tidak peduli. Beberapa wartawan yang berada diluar menghampirinya dan mulai bertanya padanya. "Kenapa kalian langsung pulang?apakah terjadi sesuatu?"
"Selamat Dean atas kemenanganmu. Ucapkan beberapa patah kata untuk penggemarmu."
Dean menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku. Aku harus pergi. Terimakasih atas dukungan kalian." Ia langsung masuk kedalam mobil meninggalkan kepenasaran para awak media yang menunggunya.
Di sepanjang perjalanan, Jessy selalu menyentuh kepalanya. Ia merasa pusing dan sedikit mual akibat benturan tadi. Ia menatap keluar tanpa menoleh pria yang mengakibatkan hidupnya menjadi seperti ini.
"Aku akan mengantarmu pulang." Ucap Dean tiba-tiba
"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri." jawab Jessy marah.
"Please Jess. Aku minta maaf karena semua ini terjadi."
Jessy terdiam mendengar permintaan maaf Dean.
Dean mengeluarkan handphonenya dan dengan kesal menelpon seseorang. "Aku minta pembayaran Cindy secepatnya dilakukan. Oh ya, aku juga ingin menuntut Cindy karena telah menyerang calon istriku dan pencemaran nama baik karena menyebarkan video itu. Kau bisa melakukannya?"
Dean menatap Jessy yang masih diam membisu. Iapun menambahkan. "Aku ingin esok pagi beritanya sudah ada."
Ketika mobil sudah hampir sampai di apartemen Dean, Dean melihat Jessy tertidur. " Aku tidak akan membiarkanmu pulang dengan keadaan seperti ini."
"Biarkan aku saja yang mengangkatnya, Dean" Ucap supir Dean ketika mereka sampai diapartemennya. Limousine yang ia pakai ketika berangkat ke acara award telah diganti dengan cepat.
"Tidak. Biar aku saja."sahut Dean dengan cepat. Dengan dibantu supirnya, Dean bisa mengeluarkan Jessy dari mobil tanpa membuatnya terbangun. Dean membawanya menuju apartemennýa.
Ketika berada didalam apartemen, Jessy dibaringkan diatas ranjang Dean. Terdengar suara handphonenya berbunyi. Iapun berjalan keluar dan menutup kamarnya.
"Ada apa?"
"Sudah dilaporkan sesuai perintahmu, esok pagi Cindy akan diperiksa oleh polisi." ucap Harris, manajer Dean yang masih bingung dengan tindakan Dean.
Dean tersenyum. "Baiklah. Terimakasih atas bantuanmu. Aku akan segera mengirimkan uangnya."
Saat handphone ditutup, Dean mencoba membuat minuman dingin. Sudah sangat lama sekali tidak ada wanita yang datang ke apartemennya. Tidak satupun kecuali kakak perempuannya yang berada diparis. Ia berjalan ke depan beranda dan membuka jendela. Terdengar suara pintu dibuka. Dean memiringkan badannya dan melihat Jessy berjalan keluar dengan tubuh terhuyung-huyung. Dean menatapnya dalam gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Maya AL Fadl
good Dean
2021-08-01
1
⛤Mursini Zahwa🆘
semangat jessy😗
2021-06-21
0
Idha Fitry
sekejap jadi bintang kamu Jes 😂
2021-05-25
0