Rumah itu sudah terlihat oleh Jessy. Jenis rumah berbentuk rumah kebun yang memadukan ornamen tanaman disetiap temboknya. Rumah itu besar sekali. Jessy menyadari sesuatu. Sejak tadi mereka berputar disekitar rumah itu. Untuk masuk kedalam bagian rumah, mereka melewati pagar tanaman. Jessy tidak bisa menutup mulutnya. Tidak pernah ia melihat rumah seindah ini. "Rumahmu indah sekali." Bisik Jessy tanpa sadar.
"Aku tahu kau akan menyukainya." jawab Dean.
Mobil itu pun berhenti. Dean keluar dari mobil itu terlebih dahulu. Kemudian ia membuka pintu Jessy dan mengulurkan tangannya. Jessy menerima uluran tangan Dean dan keluar dari mobil. Udara segar langsung terasa ke wajahnya.
"Ini rumah kedua orangtuaku. Mereka menyiapkannya untukku dan keluargaku kelak." ucap Dean.
Jessy menoleh. "Aku tidak bertanya.."
"Aku tahu. Aku hanya memberitahumu."
Salah seorang pelayan menghampirinya. Ia terlihat senang sekali saat bertemu Dean. Dean tidak pernah pulang sekalipun ke rumah orangtuanya selama lima tahun ini.
"Selamat datang Dean, sudah lama sekali kau tidak pulang kesini."
"Ya dorothi, mulai saat ini aku akan tinggal disini sampai ada syuting selanjutnya."Dean memberikan tas yang dipegang Jessy padanya. "Antar calon Nyonya Lee kekamarnya." tambahnya.
Dorothi tersenyum mendengar Dean mengatakan itu. Ia adalah orang pertama yang mendukung setiap karir Dean. Sejak kecil dan semenjak ia kehilangan ibunya, Dorothi sendiri yang mengurus Dean. Ia telah menganggap Dean sebagai anaknya sendiri. Walaupun pada akhirnya ia memilih untuk tidak menikah. Ketika ia melihat berita pagi itu, ia sedih. Ia tidak percaya anak yang disayanginya berbuat hal semacam itu. Ia yakin dan oercaya pada Dean. Karena ia anak yang baik.
Iapun menatap Jessy sambil tersenyum. Pertemuan pertama langsung membuatnya senang. Wanita yang ia ketahui dikenalkan ke publik pada acara award itu, membuatnya terpesona. Ia kemudian bertanya pada Dean "Kamar tamu?"
Dean menatap Jessy. Hanya ada sorot mata tajam disana. "Kekamar tamu sebelah kamarku. Jessy tidak mau sekamar denganku karena belum resmi sebagai istriku." Dean mengatakan itu tanpa melihat Dorothi.
"Baik. Saya simpan barang diatas." ucap Dorothi.
Jessy kebingungan. Ia tidak membawa apapun selain tas jinjingnya. Itupun isinya hanya dompet dan beberapa kertas tagihan yang datang pagi ini ke apartemennya.
Jessy mundur selangkah namun Dean langsung mengapit lengan Jessy. "Ayo aku antar kekamarmu."
"Aku tidak mau. Aku harus pergi." Sahut Jessy sambil melepaskan tangan Dean.
"Kau tidak akan pergi kemana-mana, sayang. Kita akan bertunangan secara resmi minggu depan." Ucap Dean tenang.
"Kau gila! Aku tidak mau. Kau hanya membutuhkanku satu hari. Tidak lebih. Aku bukan orang yang bisa kau permainkan." jawab Jessy kesal sambil berjalan keluar dari rumah itu.
Dean mengejar Jessy dan menarik lengannya. Dengan cepat pria itu langsung mencium bibir Jessy dengan keras.
"Lepaskan, Kau pria brengsek. Jangan kau anggap aku wanita murahan." teriak Jessy sambil mendorong tubuh Dean. Tiba-tiba Jessy mengeluarkan airmata. Ia menggosok-gosok bibirnya bekas ciuman tadi. "Sejak aku bertemu denganmu, hidupku berubah! Jangan ganggu aku lagi!" ucap Jessy sambil berlari.
Sayang langkah Jessy bisa dilewati Dean dengan mudah. Ia mengangkat tubuh Jessy dibahunya. "Maafkan aku. Tidak ada yang dapat aku lakukan lagi. Aku membutuhkanmu untuk berada di sisiku." jawab Dean sambil berjalan ke tangga tanpa menurunkan Jessy. Ia bisa mengangkatnya dengan mudah. Ia bisa merasakan penolakan dari Jessy. Sayangnya itu tetap tidak bisa dilakukan karena ia orang yang kuat. Seberapa kencang Jessy memukulnya, ia tidak akan merasa kesakitan.
"Turunkan aku, Dean!" teriak Jessy. Ia tidak peduli teriakannya akan mengganggu orang-orang yang ada di rumah ini.
Dean menyimpan tubuh Jessy diranjang dan berjalan keluar dengan cepat. Ia langsung mengunci pintu dari luar. Ia takut Jessy akan kabur. Ia kini masih terdiam didepan kamar. Jessy memukul pintu dan terus berteriak untuk bisa dikeluarkan. Sejak kapan Dean menjadi pria jahat? Tindakannya seperti kriminal.
"Sejak kapan seorang Dean menjadi pria tidak menyenangkan?"tanya Anastasia, wanita yang sudah mengisi kekosonga ayah Dean selama sepuluh tahun terakhir. Ia adalah seorang aktris kenamaan yang masih diperhitungkan walaupun usia tak lagi muda.
"Mom?" tanya Dean terkejut. Ketika kemarin ia membahas kedua orangtuanya dengan kakaknya, ia ingat sekali kakaknya mengatakan jika orangtuanya sedang berlibur di Caribia. "Kapan kalian pulang dari Caribia?"
"Kami tidak pernah pergi." jawab Anastasia.
"Bukannya kau menghubungi Joan dan mengatakan jika kalian berada disana?" tanya Dean bingung.
"Jika kami mengatakan pada kakakmu kami berada di rumah ini, kakakmu akan memaksa kami untuk terus berlibur. Lagipula ayahmu sedang tidak baik." jelas Anastasia.
Terdengar suara teriakan dari dalam kembali. "Dean!Aku mohon buka pintunya." teriak Jessy sambil memukul pintu.
Anastasia menatap Dean. Dean langsung memegang gagang pintu. Ia khawatir jika Anastasia membuka pintu ini. Bagaimanapun dua wanita akan melakukan hal yang sama ketika merasa terancam. "Aku terpaksa melakukannya."
"Kau mencintai gadis itu?" tanya Anastasia.
Dean menggelengkan kepalanya. Ia ragu sejenak. "Tidak. Aku terpaksa melakukannya. Gadis itu terancam karena kekonyolanku. Ia menjadi bulan-bulanan media. Aku kasihan." ucap Dean sambil melangkah untuk menemui ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
🌸Mom NailaAthaR⃟🌸
Dean egois
2021-05-21
4
Ran_kudo
masih gak mau ngaku dh jatuh cinta..🙄🙄
2021-05-16
0
Nasya Lau
egois banget sih kamu Dean
2021-05-15
0