Ingin kencan

H A P P Y R E A D I N G

Arabella pergi menemui Benny, padahal Benny sedang tertidur namun, dengan sengaja ia memaksa agar Benny bangun.

“Ben, apa kamu yang sudah mengizinkan untuk Rere tinggal di sini? Dia bahkan sudah membawa kopernya!” tanya Arabella dengan ketus.

“Hoamm! Apa maksudmu? Siapa yang mengizinkannya? Aku bahkan tidak melakukan apapun,” sahut Benny sambil menguap.

“Tuh lihat di depan!” geram Arabella yang langsung pergi meninggalkan Benny.

Dengan berat hati Benny terpaksa pergi melihat apa yang sedang terjadi. Tiba di ruang tamu keluarga, ia heran melihat Rere berserta dengan kopernya.

“Apa maksudnya ini? Sejak kapan aku menyetujui kamu tinggal di sini?” tanya Benny terheran-heran.

Rere melepaskan kopernya lalu berlari kearah Benny. Dengan wajah sok sedih ia memohon di depannya.

“Ben, tolong izinkan aku tinggal di sini. Lagipula aku sudah tidak betah tinggal di rumah sempit itu. Aku juga ingin merasakan kenyamanan di rumahmu. Boleh ya apalagi aku sudah membantumu untuk bisa menikah dengan Arabella jadi, aku ingin kamu membalasnya dengan mengizinkan aku tinggal di sini,” ungkap Rere dengan wajah polos yang ia perlihatkan.

“Kita tidak pernah berjanji akan menukar bantuan dengan rumah ini. Lagipula aku menikah dengan Arabella juga tidak sepenuhnya karena dirimu. Oh ya, satu lagi jika memang kamu ingin tinggal di sini maka mintalah pada Papa, karena rumah ini miliknya bukan milikku jadi, aku tidak punya hak membawa masuk orang lain tanpa seizinnya,” sahut Benny dengan baik-baik.

Raut wajah Rere cemas saat mendengar ucapan dari Benny. ‘Ya ampun! Jadi rumah ini milik papanya. Ah sial! Bagaimana caranya aku bisa masuk? Apalagi tadi Aland dengan tidak langsung mengejekku. Duh ... Sebaiknya aku coba goda Aland.’

Pandangan Rere langsung tertuju kearah Aland. Namun, sebaliknya Aland justru tidak menampilkan ekspresi wajah apapun, dia bahkan terdiam.

“Em! Anu, Om. Boleh enggak kalau Rere tinggal di sini?” pinta Rere dengan gaya sok polos.

“Siapa yang mengizinkanmu tinggal? Lagipula ini masih hari pertama kematian istriku tapi, kamu dengan sengaja membuat keributan ditempat saya. Oh ya, Bella, Benny. Papa masuk ke kamar dulu ya mau istirahat,” ucap Aland yang langsung mengalihkan perhatian kepada yang lain.

Dengan menahan senyumnya Aland berbalik lalu melangkah berjalan masuk kedalam kamarnya.

“Om! Saya mohon! Tolong Om, pertimbangkan lagi tujuan saya tinggal di sini,” teriak Rere sambil berlari namun, sayangnya Aland langsung menutup pintunya dengan keras.

Benny bersama Arabella tertawa melihat Rere yang tidak di pedulikan oleh orang lain.

“Re, mendingan pulang deh jangan malu-maluin. Abisnya kamu cari pinter banget cari kesempatan ya. Di saat kami sedang berduka di situ pula kamu masuk. Haduh ... kasian,” ungkap Arabella sambil memberikan ledekan.

“Iya tuh, Bunda baru sehari terus kamu pakai bikin ulah segala. Yah enggak mungkin banget Papa bolehin. Ya udah kalau gitu aku langsung tidur dulu lagi ah. Ara, bolehkan aku bobok lagi?”

Arabella hanya memberi anggukan. Benny langsung meninggalkan mereka berdua di sana. Kemudian Rere menatap Arabella dengan tatapan seorang pembunuh.

“Apa lihat-lihat?!” tanya Arabella dengan tegas.

“Heh! Jangan sombong! Mungkin saat ini kamu bisa tertawa di atas penderitaan ku tapi, nanti kamu akan menyesal. Aku pastikan kamu akan dipermalukan di depan semua orang. Awas kamu, Arabella,” ancam Rere dengan begitu serius.

“Oh ya? Baiklah aku akan tunggu, dan mari kita lihat siapa yang akan di permalukan,” sahut Arabella sembari tersenyum sinis.

Rere merasa kesal dengan ulahnya Arabella, hingga ia memutuskan untuk pergi. Menarik koper dengan kasar lalu meninggalkan rumah itu.

‘Arabella, aku bersumpah akan selalu membuatmu menderita. Kamu harus membayar semua penghinaan hari ini,’ batin Rere Elyzia sembari terus melangkah keluar.

...----------------...

Indahnya malam ini, bagaikan gaun yang sedang terpakai. Saat rindu harus terpatri dalam hati. Menikmati malam indah bersama dalam alunan sendu dan cinta. Arabella sedang bersiap-siap untuk pergi kencan dengan Aland. Ia berkali-kali memutarkan tubuhnya di depan pantulan cermin. Benny yang sejak sore tertidur akhirnya terbangun namun, ia heran melihat istrinya yang sudah tampil begitu cantik.

“Ara, kamu mau kemana malam-malam begini?” tanya Benny kebingungan.

“Mau kencan! Eh! Maksudnya mau pergi keluar rasanya seperti ingin kencan,” sahut Arabella yang langsung kecoplosan.

“Kamu serius mau pergi nonton sama Papa? Aku boleh ikut enggak? Lagipula tadi aku nolak karena kepalaku pusing tapi, sekarang udah enggak,” ungkap Benny sembari meminta.

“Enggak boleh! Gimana perasaan Papa kalau sampai aku ajak kamu? Pasti dia bakalan sedih terus ingat Mama, apalagi nanti yang ada dia menjauh karena ada kita berdua. Lagipula aku udah duluan ajak Papa. Kamu sih di ajak pertama enggak mau,” jawab Arabella dengan seribu alasan.

“Yah tapikan sekarang aku udah bisa, Ara.” Benny terus meminta walaupun jurus seribu alasan sudah dikeluarkan oleh Arabella.

“Begini ya, Ben. Papa lagi sedih dengan kehilangannya Mama terus pasti dengan aku ajak dia bisa senang lagi. Kalau kamu paksa memang dia akan langsung memberi izin tapi, coba kamu pikirkan perasaan dia. Udahlah aku pergi dulu ya ada nanti kalau kelamaan bakalan telat pulang. Lain kali aja ya kita pergi berdua, daaa ....” Arabella melambaikan tangannya sambil melangkah pergi.

‘Ara, aku tahu niatmu baik demi melihat Papa bahagia tapi, sejujurnya dia bukan Papa kandungku bahkan umurku dengannya terpaut tiga tahun lebih tua. Sebenarnya aku cemburu meskipun itu dengan mertua mu sendiri,’ batin Benny.

Benny gelisah saat memikirkan Arabella pergi dengan papanya. Ia bahkan mondar-mandir memikirkan apa yang hrus dilakukan hingga akhirnya sebuah ide cemerlang terlintas dalam benaknya.

“Duh ... Kelamaan mikir aku. Ah pasti Ara udah pergi jauh,” gumam Benny yang langsung mengeluarkan ponselnya.

Beberapa saat menunggu hingga panggilan yang ditujukan pun terjawab. Benny sedang menghubungi orang-orang bayaran miliknya.

“Hallo, Jon! Lagi kamu di mana kamu?”

“Di luar, Bos. Lagi nongkrong, kenapa, Bos?” sahut orang bayaran sembari bertanya.

“Kamu tahu nomor mobil Papa saya? Jadi saya minta ikuti kemanapun mereka pergi dan jangan lupa kirimkan setiap apa yang mereka perbuat. Saat ini arah jalan mereka akan ke bioskop, mungkin masih belum terlalu jauh. Ingat! Hanya menjadi pengikut, jangan sampai menyakiti papaku apalagi istriku. Bayaran besok akan aku transfer,” perintah Benny dengan tegas.

“Siap, Bos. Tugas kami laksanakan!” sahutnya sembari mematikan sambungan ponselnya.

...----------------...

Hay guys ... Terus berikan dukungan ya, jika semakin banyak maka update semakin sering. Biasanya paling banyak 3 episode perhari tapi, kalau bisa nambah dukungan siapa tahu nih jadi 4 eps. Salam sayang Meldy Ta.

Terpopuler

Comments

Ika Luie Luii

Ika Luie Luii

ciee ... klo udh cembokuurrr .. baca nya mkin gregettt ... smngatt thoor

2021-12-05

0

Dream

Dream

pernikahan bukan mainan,,, so aku berharap Benny menang ,,,yah,,, meski dpt bekas dr ayahnya,,,

2021-11-11

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

gimana yaa mau belain yg mana bingung

2021-10-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!