Jadi kacau

H A P P Y R E A D I N G

Acara pemakaman selesai, semua bertamu berjalan pulang hanya tinggal beberapa orang yang memang dari pihak keluarga. Benny yang begitu terpukul terus-menerus berada di dekat Arabella.

“Ara, apa aku bisa melanjutkan hidupku setelah Bunda pergi dariku?" pertanyaan aneh yang dilontarkan oleh Benny membuat Arabella mengerutkan keningnya.

“Tentu saja bisa apalagi kamu pria yang kuat pasti bisa menerima semuanya ini,” sahur Arabella dengan seadanya.

“Aku tidak percaya, Ara. Rasanya setelah kepergian Bunda aku benar-benar sendirian. Ara, ku mohon ... Jangan pergi dariku, jangan tinggalkan aku. Saat ini aku hanya memilikimu dan juga Papa tapi, aku tidak yakin jika papa tidak akan menikah lagi pasti dia akan menikah lagi apalagi dirinya masih muda jadi, Ara. Jangan coba pergi dariku,” ucap Benny sembari menggenggam tangannya Arabella.

“Ben, jangan berkecil hati. Meskipun kamu sendirian tetaplah semangat. Kita tidak tahu usia manusia sampai mana jadi, aku tidak bisa berjanji untuk tidak meninggalkan mu. Semuanya sudah takdir. Um, mari kita pulang, sebaiknya kamu istirahat,” ajak Arabella.

‘Maafkan aku tapi, aku akan tetap meninggalkanmu apalagi pernikahan ini terjadi dengan dadakan,’ batin Arabella.

Benny menganggukkan kepalanya sembari membawa Arabella kedalam pelukannya. “Aku sangat berharap bahwa kita selamanya selalu bersama dan tidak akan terpisahkan. Apalagi jika kita mendapatkan putra-putri lucu yang akan mendampingi hidup kita. Ya sudah ayo pulang, aku sudah banyak mengeluh sejak tadi.

Perlakuan Benny terhadap Arabella mampu membuat Aland benar-benar sangat ingin menghajarnya. Ia sudah banyak bersabar melihat Arabella perhatian dengan pria itu. Meskipun hal wajar karena keadaan seperti ini tapi, justru mengundang rasa marah bagi Aland.

Aland mengeraskan rahangnya saat menatap Benny namun, tindakan itu justru tidak sengaja dilihat oleh Rere.

“Loh? Aland kok kaya kesal ya pas lihat Benny sama Arabella? Apa cuma kebetulan aja? Tapi, kayaknya beneran deh. Aku ikutin ah,” gumam Rere yang begitu suka dengan urusan orang lain.

...----------------...

Mereka semua kembali kerumah begitupun dengan Rere yang juga ikut-ikutan bergabung. Benny berjalan sendirian kearah dapur, ia berniat untuk mengambil minuman namun, justru Rere mengikuti kemana langkahnya pergi hingga akhirnya membuat Benny kesal bahkan membalikkan tubuhnya.

“Mau apa ikut-ikutan?!” tanya Benny dengan ketusnya.

“Ya mau temuin kamulah masa mau temuin Aland. Oh ya, aku mau bilang sesuatu kasih tahu boleh enggak nih?” sahut Rere sembari melemparkan pertanyaan.

“Yaudah cepetan bilang aku enggak punya banyak waktu soalnya mau istirahat!”

“Sabar dulu, Ben. Ini tuh soal Arabella juga Aland tapi, kita bahas jangan di sini,” ucap Rere sembari menatap ke tempat-tempat lain.

“Ya udah ikut aku.”

Benny memandu jalan. Mereka pergi kebelakang rumah atas permintaan dari Rere. Tiba di sana justru Rere celingak-celinguk melihat orang lain agar dirinya tidak ketahuan.

“Jadi begini, tadi sewaktu kamu sama Arabella lagi jalan ke mobil, Aland melihatmu dengan kesal, seperti sedang memendam dendam. Bahkan aku belum pernah melihatnya menatapmu seperti musuhnya sendiri. Aneh tahu,” ungkap Rere dengan fakta yang baru.

“Apa maksudmu? Apa kamu sengaja ingin menghancurkan keluargaku?! Baru beberapa menit aku kembali dari pemakaman lalu sekarang kamu menuduh papa Aland memiliki dendam padaku, begitu maksudmu?!” sahut Benny dengan ketus bahkan tidak santuy.

“Tidak, Ben! Aku berkata jujur padamu. Aku melihatnya sendiri dengan mataku. Tatapan Aland sewaktu itu sangat aneh. Sebetulnya aku tidak ingin memberitahukannya tapi, aku kasian denganmu apalagi setelah kehilangan ibumu jadi aku hanya ingin membagi sedikit kebaikan itu saja!” Rere semakin menekan Benny untuk percaya dengannya.

“Cukup! Aku tidak ingin mendengarkan apapun darimu! Jika memang kamu mencurigai Papa Aland, maka sebaiknya tanyakan saja langsung padanya jangan kepadaku. Kau bahkan tidak punya pikiran, di saat aku sedang berduka seperti ini justru kau menambah beban ku dengan tuduhan bodoh mu ini.” Benny tetap tidak percaya justru melangkah pergi meninggalkan Rere sendirian.

“Pergi saja. Lagipula tidak ada untungnya bagiku meskipun kamu tidak ingin mempercayai ucapanku. Sepertinya aku memang merasa ada yang aneh dari Aland. Sebaiknya aku meminta untuk tinggal di sini,” gumam Rere yang tidak bisa di dengar oleh Benny.

Benny pergi kedalam kamarnya, terlihat jika Arabella sedang mengotak-atik ponselnya. Benny langsung merebahkan diri tepat di samping Arabella.

“Ara,” sapa Benny.

“Emm.”

“Bisakah kamu memijat kepalaku? Rasanya sangat sakit. Jika nanti aku tertidur maka berhentilah,” pinta Benny dengan baik-baik.

“Oh tentu saja boleh.”

Arabella melakukan apa yang diminta oleh Benny. Dengan rasa kasian sampai ia melakukannya dengan ikhlas. Saat pijatan tangan berlangsung Benny justru membuka matanya menatap wajah Arabella.

“Ara, kapan kita honeymoon? Aku ingat sekali waktu itu Bunda memintaku untuk cepat-cepat pergi honeymoon denganmu. Apa kamu masih datang bulan?”

“Um, ya! Aku masih datang bulan. Entah kenapa beberapa bulan ini darahku keluar begitu banyak jadi mungkin kita belum bisa melakukan honeymoon. Oh ya, kudengar nanti malam ada film baru di bioskop, bolehkah kalau aku pergi menonton?” jawab Arabella sembari meminta sesuatu.

‘Aduh ... Kok honeymoon terus sih yang Benny tanyain? Enggak ada pembicaraan lain apa? Sampai kapanpun aku tidak akan mau honeymoon denganmu,’ batin Arabella.

Mendengar kata bioskop, ingin pergi menonton justru membuat Benny terdiam sembari berpikir sejenak.

‘Kok Arabella enggak terlihat sedih dengan kepergian ibuku? Belum genap satu hari dia bahkan sudah meminta untuk ke bioskop. Bagaimana aku bisa pergi, apalagi sekarang aku tidak semangat melakukan apapun,’ batin Benny.

“Em, Ara. Bagaimana jika kamu menunda menonton? Yah setidaknya beberapa hari lagi. Lagipula jika malam ini aku juga bisa untuk menemanimu. Kau tahukan? Ibuku baru saja pergi jadi aku tidak bisa untuk bersenang-senang dulu,” sahut Benny.

“Yah! Kok begitu sih?! Kamu enggak sayang ya sama aku?! Aku pokoknya mau pergi nonton yaudah kalau emang kamu enggak mau pergi sama aku maka aku bakalan ajak papa Aland. Udah ah tidur sana! Aku mau ke kamar dia dulu,” ketus Arabella seakan kesal padahal hatinya begitu bahagia.

“Ara! Bukan aku tidak mau menemanimu, hey! Tunggu dulu. Baiklah, aku akan ikut denganmu,” jawab Benny yang langsung berubah pikiran.

‘Ah sial! Jika begini lebih baik aku berdiam diri di rumah saja,’ batin Arabella kesal.

“Aku tidak mau! Kamu sudah menolak ajakan ku jadi, aku tidak ingin lagi pergi denganmu! Jika kamu tetap pergi maka aku yang akan tinggal di rumah!” tegas Arabella sembari langsung melangkah meninggalkan Benny sendirian.

“Ara, tunggu! Ya ampun ... Kenapa istriku mendadak jadi kekanak-kanakan begini? Ah pusing sekali kepalaku,” gumam Benny sambil menarik rambutnya hingga ia memutuskan untuk berbaring.

Terpopuler

Comments

Mardiana

Mardiana

kenapa km begitu arabel suami km itu baik nanti kamu nyesel😡

2023-08-03

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

wahhhhh

2021-10-29

0

Alpi Al

Alpi Al

aku malah kasihan sama si Benny ya.

2021-08-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!