Bahagia & Rere kesal.

H A P P Y R E A D I N G

Arabella keluar dari kamarnya dengan begitu gembira. Langkahnya pun mengarah ke kamar Aland tapi, belum sampai dia sampai di sana tiba-tiba Rere menarik tangannya.

“Heh! Mau kemana kamu? Kok jalanmu kearah kamarnya Aland?” tanya Rere begitu kepo.

“Emang iya mau ke kamarnya Papa, terus kenapa? Eh bentar, acara pemakaman udah selesai jadi ngapain kamu masih di rumahku?” sahut Arabella dengan bijak sambil memberikan pertanyaan yang cukup memuaskan.

“Ya suka-suka akulah. Kamu baru jadi menantu beberapa hari aja udah belagu. Denger ya! Kalau bukan karena aku yang perkenalkan kamu ke Benny, kamu itu bukan siapa-siapa juga di sini jadi ingat jasa orang,” respon Rere yang tidak ingin kalah bahkan dia menunjuk-nunjukan dengan tangannya.

“Wah ... Begitu ya? Tapi, sayang semuanya bulshit! Aku yang sudah membebaskan keluargamu dari hutang budi jadi, jangan pernah katakan bahwa kamu berjasa padaku atau jika tidak maka aku akan melakukan sesuatu padamu yang belum kamu bayangkan,” ancam Arabella dengan begitu cerdas bahkan membuat mata Rere melotot.

‘Yeah! Akhirnya karakter Aland bisa juga ku tiru,’ batin Arabella.

“Berani sekali kamu mencoba mengancam ku? Baik! Aku terima ancaman mu tapi, jangan terlalu senang dulu, Arabella. Kamu hanyalah seorang tikus kecil yang tidak ada apa-apanya di banding diriku bahkan jika kamu mengandalkan Benny tentu saja dia tidak akan percaya karena mengapa aku adalah temannya, karena ku kalian bisa menikah. Mulai saat ini perang akan dimulai.” Rere melakukan hal yang sama yaitu juga mengancam Arabella bahkan mengibarkan bendera untuk berperang.

“Aku terima, dan tunggu saja kekalahan mu,” sahut Arabella sembari memicingkan matanya dengan sinis.

“Heuh! Sebelum kamu membuatku kalah maka aku yang akan duluan masuk kedalam kehidupanmu,” respon Rere sambil melototkan matanya sembari mendorong Arabella kemudian melangkah pergi meninggalkan kediaman itu.

Di sisi lain, Aland melihat semua kejadian dengan matanya sendiri. Ia ingin menolong namun, dirinya tidak bisa keluar bisa-bisa Rere akan curiga dengannya. Sampai akhirnya Aland menarik tangan Arabella untuk masuk kedalam kamarnya juga tidak lupa mengunci pintu.

“Sayang, apa Rere selalu seperti itu denganmu?” tanya Aland perhatian sembari mengimbas rambut Arabella.

“Ya tapi kali ini dia kelewatan. Dia bahkan berani mengancam ku tapi, tenang saja aku pasti tidak akan kalah dengannya, Aland,” jawab Arabella dengan nafas yang tidak beraturan.

“Berarti dia bisa menjadi bahaya untuk kita tapi, jangan khawatir aku akan selalu ada di sisimu, Bella. Sini peluk aku.” Dengan merentangkan kedua tangannya hingga akhirnya Arabella masuk kedalam pelukannya.

Arabella terus memeluk Aland sambil memikirkan semua ucapan yang di katakan oleh Rere. Dia sedikit takut meskipun mulutnya memang berani membalas setiap ucapannya namun, tubuhnya tidak setajam mulutnya.

Aland merasakan jika kekasihnya cemas sebab sangat terlihat dari raut wajahnya seperti orang sedang berpikir bahkan mengerutkan keningnya. Tapi, ia mencoba menenangkan dengan mengusap-usap rambutnya.

‘Aduh ... Kok aku malah kepikiran sama Rere terus sih? Ah sebel! Padahal aku datang kesini cuma buat kasih kabar bahagia sama Aland, duh ....’

“Aland,” panggil Arabella.

“Ya, Bella.”

“Nanti malam nonton bioskop yuk! Terus habis itu kita rumah hantu,” ajak Arabella dengan begitu semangat.

“Nonton? Ke rumah hantu? Aku mau-mau aja, Bella. Apalagi kita belum kesan sama sekali tapi, bagaimana caranya kamu bisa lepas dari Benny? Bukankah aku ini masih mertuamu?” tanya Aland sembari menahan senyumnya.

“Ihhh, Aland! Iya aku tahu hubungan kita tapi, aku udah dapat izin dari Benny. Tahu enggak kenapa?” ucap Arabella sembari bertanya dengan gaya menaikkan bulu matanya sambil tersenyum lebar.

“Ya mana aku tahu kamu belum bilang, Bella. Eh! Bentar, kok aku cium ada bau-bau penipuan ya?”

“He-he, jelas dong, Arabella gitu loh. Tadi itu aku kepikiran ide buat ajak Benny nonton. Tentulah dia enggak mau apalagi ibunya baru saja di makamkan nah, karena itu aku pura-pura ngambek buat ajak dia. Eh pas banget dianya enggak mau yaudah deh aku bilang aja ajak kekasihku,” curhat Arabella sembari mengalungkan tangannya di leher Aland.

“Duh ... Siapa kekasihmu hah! Siapa?” tanya Aland sambil menarik hidung Arabella dengan gemas.

“Iss dasar! Bagus 'kan ide ku? Jadi kita bisa kencan! Upss! Aku enggak sadar kita bukan lagi di tempat rahasia tapi, serius aku bahagia ... Banget!” ucap Arabella dengan suara lantang hingga akhirnya ia menutup mulutnya.

“Kekasihku emang pinter ... Banget! Ya sudah, kalau begitu kita keluar yuk! Supaya enggak ada orang yang curiga sama kita," ajak Aland yang langsung di jawab anggukan oleh Arabella.

Arabella pergi keluar duluan dari kamarnya Aland, baru setelahnya di ikuti oleh pemilik kamar. Di ruang tamu keluarga mereka sepakat seperti Ayah dengan menantu bukan seperti kekasih. Arabella sibuk dengan ponselnya begitupun sebaliknya, mereka bahkan bertukar kabar melalui ponsel padahal terpisah jarak hanya tiga langkah. Saling senyam-senyum dari keduanya. Hingga tiba-tiba suara bel yang terus berbunyi yang membuat kesenangan mereka terganggu.

“Arghh! Siapa sih bertamu segala? Ganggu banget! Pelayan! Tolong buka pintunya cepat!" perintah Arabella yang sudah berganti seakan menjadi Nyonya besar.

“Baik, Nyonya,” ucap pelayan yang tidak lupa menganggukkan kepalanya.

Pelayan langsung membuka pintu, terlihatlah seorang tamu lengkap dengan membawa koper. Rere masuk kedalam rumah itu tanpa meminta persetujuan dari siempunya rumah. Ia bahkan berjalan dengan lenggak-lenggok di depan Arabella juga Aland sambil menarik kopernya. Dengan cepat Arabella langsung bangkit dari duduknya.

“Heh! Mau kenapa lagi kesini? Pakai bawa koper segala lagi?" ketus Arabella dengan gaya judes sambil menopang kedua tangan di pinggangnya.

“Tanya sana sama suami kamu. Oh ya, Pelayan. Di mana kamar milikku? Dan ini ambilkan koperku,” perintah Rere seperti Bos.

Pelayan hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya. Namun, berbeda dengan Aland justru menertawainya karena tidak di pedulikan oleh seorang pelayan.

Rere malu setengah mati saat menyadari jika dirinya sedang jadi bahan tertawaan oleh orang yang dia kagumi. “Heh! Pakai bengong lagi. Cepat ambil koperku dan antar 'kan aku ke kamar!”

“Maaf tapi, saya tidak bisa melakukannya tanpa perintah dari majikan saya," sahut Pelayan.

Aland pun bangkit dari duduknya saat melihat tontonan yang begitu menarik. “Em! Pelayan, cepat buatkan saya kopi lengkap di tambah susu.”

“Baik, Tuan.”

Rere mengepalkan tangannya saat melihat Aland dengan tidak langsung mengejeknya. ‘Awas kamu, Aland. Kamu akan jatuh menjadi milikku! Jika sekarang kamu berani mengejekku maka nanti kamu akan berlutut di hadapanku.’

Terpopuler

Comments

Aida

Aida

bingung aku ceritanya,mana lakon mana musuh...

2022-06-03

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

aduhhhhh

2021-10-29

0

Alpi Al

Alpi Al

aduhhhhh ceritanya terlalu berat nihhh jdi takut aku lanjutinnya

2021-08-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!