"Udah pulang aja Dad? ini masih jam empat."
Farida terkejut saat Vano membuka pintu kamar. Vano terlihat begitu lelah dan langsung membaringkan badannya di kasur. Farida sendiri sedang evaluasi order hari ini, duduk di kasur dengan memangku laptopnya. Matanya masih fokus menatap layar.
"Kenapa kok langsung tiduran?"
Vano masih tak kunjung menjawab.
"Dad kamu sehat kan? Kamu gak apa-apa kan? Apa perlu aku pijitin?"
"Dad? Kamu kenapa? Sakit?"
Laki-laki itu mendekat dan duduk disebelahnya. "Orang ditanya kok malah diam aja," dumel Farida. Ingin rasanya Vano membekap mulut itu, cerewet sekali.
"Dad, kamu ke--Emmmppt."
Nah, kena kan.. habisin aja, habisin!
"Kalau gak kaya gitu gak diam-diam."
"Kamu nafsuan banget sih Dad?"
"Emangnya kamu sendiri nggak? Penelitian mengungkapkan wanita itu lebih nafsu daripada pria." Jawab Vano yang langsung ditatap dengan mata melebar. Dia juga gak mau dikatain nafsu sendirian, setiap malam ketika Farida masih merasa kurang dia juga akan mencolek-colek dirinya. Apa saja dilakukannya agar Vano terbangun.
"Enak aja! Kamu tuh yang suka kalap Dad," jawab Farida lebih tepatnya tidak terima dibilang lebih nafsuan.
"Emangnya didunia ini ada adam nafsu, yang ada hawa nafsu. Jadi penelitian itu memang benar."
Farida mencubit pinggang Vano, "Auuw" aduhnya.
Vano beringsut dari duduknya membuka seluruh pakaiannya "Siapin bajuku ke koper buat besok pagi." Titahnya memberi Farida perintah.
"Baju apa aja yang mau dibawa?"
"Yang penting ada baju formalnya yang paling bagus tiga stel. Yang lainnya terserah kamu aja." Ucapnya masuk kedalam kamar mandi.
Yang ditunjuk untuk memilih pakaian malah bingung, mana yang bagus. Farida membuka-buka lemari, selama dua bulan ini dia hanya melihat isi lemari suaminya sekilas. Dan sekarang dia mencoba memperhatikan. Ternyata banyak sekali jas-jas merk mahal yang terlihat baru masih terbungkus plastik dan cover. Baju-baju formal juga sangat banyak. Farida menggeleng heran, hampir semua warna tersedia. Berbagai jenis merk dan model yang juga berbeda-beda bak punya toko sendiri. Tapi anehnya, Farida melihat Vano hanya memakai itu-itu saja. Membosankan sekali.
Kalau dipikir-pikir, Farida yang perempuan saja tidak seganjen ini. "Dasar duda ganjen, tukang borong, pemborosan, om om om om om tua om tua." Makinya pelan.
Setelah memilih, Farida meletakkannya di atas kasur. Kemudian dia mengambil koper kecil diatas lemari dan memasukkan semua pakaian yang dipilihnya kedalamnya kecuali jas. Kalau jas lebih baik di cantelin di mobil biar gak kusut pikirnya.
Cklek~
"Ihh kok mandi bentar banget, gak ada sepuluh menit udah keluar. Pasti belum bersih."
"Kamu itu cerewet sekali, memangnya aku suruh ngapain di dalam sana. Kalau sudah selesai ya keluar."
"Pasti gak bersih kan, aku jadi pengen liat cara kamu mandi."
"Emangnya mandi itu harus gimana menurutmu? Menghitung setiap air yang menetes?" Kesal Vano, ada aja yang salah dalam dirinya.
"Besok mau liat ah!" Ucap Farida, dia penasaran dengan cara mandi kilat suaminya.
"Aku paling tidak suka berlama-lama di kamar mandi, gak kaya kamu." Farida bahkan bisa menghabiskan tiga puluh menit di kamar mandi, entah apa saja yang dilakukannya. Vano mendekat kepada Farida dengan masih memakai celana pendek saja. "Mana bajuku buat sekarang."
"Nih," Farida menyodorkan setelan kaos rumahan berwarna abu-abu. Tapi, belum sampai disitu saja, Vano masih mencolek-coleknya. "Apalagi sih Dad, aku belum selesai..." Farida terpaksa menutup laptopnya. Begini nih kalau kerja ada tawon di rumah.
"Tadi ada yang nawarin pijit, aku capek banget." Memang Vano baru saja selesai meeting tadi siang. Meeting yang digadangkan selesai dalam waktu singkat itu malah ngaret sampai sore. Maka dari itu dia langsung pulang kerumah, tujuannya ingin segera beristirahat dan merefresh pikiran yang sedang pening.
"Kalau mau minta tolong, katakan dengan baik," ucap Farida. "Kalau nggak--" belum sempat selesai bicara, Vano memotongnya.
"Oh iya, sayang aku minta tolong. Help me, pijitin aku, aku sedang tidak enak badan..."
Puas?
Cklek~
"Miiiiiii!" Anak itu masuk langsung lari dan naik ke kasur.
"Ambyar." gumam Vano pelan.
"Miii, Jajam mau ke rumah Om Rey mau main sama Misha..."
"Ya, besok saja sudah sore. Dede Mishanya udah mau tidur."
"Nggak Mi, maunya sekarang!" Anak itu beralih memohon ke Daddynya. "Ayo Dad kita kesana, kita kesanaa.." James malah sudah nemplok di punggung Daddynya minta di gendong.
Vano menghela nafas lebih dalam. "Ya udah ayo," Vano menatap istrinya. "Ayo kamu ikut gak, aku juga mau ada urusan sama Reyhan. Ada yang mau dibicarakan."
Akhirnya Farida pun mengikuti di belakangnya. Terenyuh dia melihat kedekatan mereka berdua. Vano sangat menyayangi James, anaknya. Padahal barusan dia bilang capek, tidak enak badan. Tapi demi James, apa saja rela dilakukannya. Ahh, lagi-lagi Farida memikirkan itu...
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Febriyantari Dwi
😀😀😀😀 Ambyarrrr..
👍💗👍💗👍💗
2021-06-02
0
Nanny Lesa
Pasangan bar2 yg penuh dgn sweet2 gimana gitu..
Hehehh..
Smangat slalu kax.. 😘
2021-02-05
1
Maryam Rizal Al-Idrus
kayak panggilan anak ku..jajam hihihi..
2021-01-27
0