Berbuka dengan yang manis

Ke esokan harinya, hari seniiiinnnn...

Ada beberapa orang karyawan laki-laki dan perempuan di toko kue besar milik Farida. Dari mulai bagian pemasaran, keuangan, produksi dan karyawan yang berada di tempat, yang selain bertanggung jawab dalam pembuatan kue dan roti, juga bertanggung jawab kualitas dan kehigienisan kepada bagian produksi.

Para pembeli hilir mudik memilah-memilih kue-kue yang berada dalam etalase maupun rak display. Sesekali mereka bertanya mana yang lebih recomended, mana yang paling enak mana dan yang paling baru. Setiap harga idr sudah tertera di kemasan. Begitu juga printer struk yang sebentar-sebentar berbunyi saat dilakukan pembayaran para pembeli.

"Bu Farida!"

"Eh Iya Nit!" Farida berjengit, dia baru saja tersentak dari lamunannya. Syukur latahnya udah mulai ilang, kalau tidak, pasti memalukan kan? Disini ada banyak orang. "Aku lagi berada diluar jangkauan." Sambung Farida.

"Kenapa, saya udah panggil ketiga kalinya loh Bu?"

Farida menghirup nafas kasar. Hufft... "Lagi mikirin Bapak negara belum pulang."

Ya, ini sudah hari senin. Kenapa Vano masih belum pulang juga? Farida...rindu berat. Rindu dada bidang suaminya tempat dia biasa bersandar. Rindu bercanda, peluk cium manisnya kurang lebih seperti itu.

"Kan tinggal dikring!" Ucap Nita lagi.

"Emang ada apa tadi manggil-manggil?"

"Gak papa Bu, cuma ngetes!"

"Oh..." Farida menutup laptopnya tanda ia sudah selesai. Eh, dari tadi gak ngapa-ngapain juga sih, cuma buka-buka laporan keuangan. Melihat jam di ponselnya sekarang sudah pukul setengah sepuluh siang. Dia hanya beberapa jam disini setelah mengantar James sekolah.

"Aku pulang dulu ya Nit, nanti sore kalau tutup tolong kamu bawa saja kuncinya." Pamit Farida, dia akan pulang secepat ini berjaga agar Vano pulang dia sudah berada di rumah. Harapannya.

"Oke Bu!" Seru Nita.

Farida menggeser layar ponselnya melihat-lihat pesan berharap ada notifikasi dari manusia horor, tapi...nihil. Rindu itu berat, Farida gak akan kuat.

Manusia horor send \= Kamu kangen gak sih sama aku Dad? Kangen dong? (Edisi maksa pake banget)

Balasan \= Sebentar lagi aku sampai.

"Yesss!!" Farida menyentakkan kakinya, terlalu senang kala melihat balasan dari manusia horor. Farida lantas memesan taxi online dan dia langsung meraih hand bagnya memasukkan ponsel ke dalamnya.

***

Sesampainya di rumah Farida mendapati keadaan rumah sedang sepi, Mama Nuning sudah pasti berada di rumah Reyhan. Tiba-tiba dia terpikirkan sesuatu. Hmm kesempatan bagus! Tadi kata Vano sebentar lagi sampai, berarti--

Farida pergi ke dapur membuatkannya jamu. Badan sehat semangat goyang pikirnya.

Baru beberapa menit berada dirumah, ternyata benar. Suara mobil suaminya sudah terdengr sampai di depan rumah. Dia lantas meletakkan jamu itu di meja kecil luar kamarnya setelah berkirim pesan agar Vano meminumnya terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar.

Farida segera mempersiapkan diri secantik mungkin menyambut Vano. Suaminya harus segera diservis setelah libur beberapa hari ini. Jika diluar godaan Vano ganas, di dalam rumah dia harus lebih ganas lagi. Mungkin itu bisa dijadikan sebagai upaya agar laki-laki itu tidak sampai nyeleweng.

Baru selesai berhias kilat, ketukan pintu mengejutkannya.

Tok tok tok!

"Masuk aja Dad, gak dikunci…"

Vano kemudian memutar knop pintu.

"Wow!"

Betapa terkejutnya dia! Farida memakai lingerie seksi berwarna merah menggoda sangat kontras dengan kulitnya. Laki-laki mana yang bisa bertahan di suguhkan pemandangan seperti ini?

"Mari berbuka dengan yang manis-manis Dad?" Ucapnya mendekat, oh Farida... kenapa dia malah kelihatan sangat lucu?

Vano menyunggingkan senyuman penuh arti, langsung meletakkan tasnya dan berbalik mengunci pintu. Setelah itu dia meraih tubuh Farida ke dalam pelukannya. Dia lantas mengendurkan dasinya, membuka jas dan pakaiannya, melemparkannya ke sembarang arah. Lalu... ehehe...