"Turun gak!"
"Nanti aja, aku ingin duduk disini. Mumpung lagi sepi, nanti kalau ada Jajam sama Mama gak bisa lho?" Godanya dengan mata menyipit seimut mungkin.
"Kamu boleh duduk disitu, tapi ada harga yang harus kamu bayar." Vano memonyongkan bibirnya. "Beri aku ciuman panas." Vano mengajukan persyaratan.
Farida langsung mengecup bibir suaminya. "Cup!"
"Itu bahkan belum bisa di sebut hangat." Vano menurunkan Farida dengan entengnya kesamping. Kemudian beranjak duduk meneguk kopi yang sudah Farida buat. "Kamu belum... positif?" Tanya Vano setelah terdiam beberapa saat.
Farida menggeleng.
Vano meletakkan cangkir kopinya. "Oke kita akan ke dokter minggu ini!" Ucapnya tegas.
Farida menautkan alisnya. "Kamu itu apa-apaan sih, baru aja nikah dua bulan. Ya sabar aja kali..."
"Maksudku kalau ada apa-apa kita bisa tau dari sekarang, gak usah cemberut."
Farida masih saja cemberut, lalu pergi ke atas. Loh kok marah sih, apanya yang salah? Tanya Vano dalam hati. Tidak menunggu lama Vano menyusulnya ke kamar.
Oh dia gak marah, ternyata mau shalat isya dan sudah membentangkan sajadahnya.
"Kali-kali imamin istrinya kek! Punya suami kaya gak punya suami, shalat sendiri terus." Farida menatap Vano dengan raut wajah lebih cemberut lagi. Kemudian masuk kedalam kamar mandi mengambil air wudhu. Vano hanya mengamati pergerakan Farida. Kalau dipikir-pikir, sudah lama dia tidak melakukan ini. Ada juga kerinduan dihatinya mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Dikata seperti itu oleh istri sendiri membuatnya cukup malu.
"Cepat, ambil air wudhu aku tungguin!" Vano menatap Farida masih dengan wajah datarnya. Banyak yang sedang dia pikirkan. Tidak suka berbasa-basi Farida mendorong tubuh suaminya ke dalam kamar mandi. "Ganteng doang gak cukup Dad. Kudu bisa jadi imam yang baik!" Tukas Farida membuat suaminya merasa tertohok.
"Kamu tahu kan kalau gak shalat itu--"
"Dosa!" Potong Vano cepat.
"Nah itu dah tau, kenapa gak dilakuin?"
"Apa aku harus mengatakan alasannya ke kamu?"
"Ya iyalah kamu suamiku, aku harus tahu alasannya. Istri boleh melakukan cara apapun agar suami mau shalat sehingga tidak memberi ajaran buruk pada anak anak atau keluarganya yang lain."
Deg!
Vano menelan salivanya susah payah.
"Ya sudah sana keluar aku mau pipis dulu, kenapa malah liatin terus."
Farida meninggalkan Vano, memakai mukenanya dan membentangkan sajadahnya satu lagi untuk suaminya. Sekilas Farida tersenyum membayangkan judul film yang pernah dia tonton. 'Satu shaf di belakangmu'.
"Apa senyum-senyum sendiri?" Sampai gak sadar lagi diliatin. "Mana sarungnya?"
Jari Farida menunjuk ke atas kasur. "Tuh keliatan kan? Ambil sendiri aja," Vano melotot, kenapa harus ambil sendiri? Kenapa gak diambilkan sekalian, pikirnya. "Kalau aku ambilin nanti bisa bersentuhan. Bisa batal."
Cerewet sekali.
Farida mengamati pergerakan suaminya dari memakai sarung hingga memakai peci dan melangkah dan berdiri di sajadah depannya.
Takbir dimulai, Farida begitu terenyuh. Pasalnya ketika Vano melantunkan Al Fatihah dan suratan pendek yang sangat fasih secara tartil sesuai dengan kaidah yang berlaku. Suaranya terdengar sangat dalam, dia tidak pernah melihat Vano seteduh itu sebelumnya. Oh my God, Farida benar-benar jatuh cinta berkali-kali dengan suaminya kalau seperti ini. Coba aja kalau arogan sama dinginnya itu diganti jadi romantis... ahh ngimpi. Jadi gak khusyuk shalat gara-gara bayangin suaminya sendiri.
Assalamualaikum warahmatullah...
Assalamualaikum warahmatullah...
Setelah selesai shalat, Farida menatap suaminya penuh kekaguman. Dia langsung memeluk dan membombardirkan ciumannya bertubi-tubi.
....
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Febriyantari Dwi
😀😀😀 memborbardir .....
pinter si Farida.....kl bonusnya dibombardir gitu...kan jadi semangat....
👍💗👍💗👍💗
2021-06-02
0
Nanny Lesa
Sweet dehhh..,
2021-03-01
0
Iie Bae
alhamdulillah
2021-02-11
0