Waktu terus berlalu, Farida sangat menikmati perannya menjadi seorang istri sekaligus menjadi Mami untuk anak tirinya. Tak terasa, dia sudah menjalani bulan kedua pernikahan~
.........
Farida meraba-raba ponselnya yang semalam dia letakkan di nakas, matanya menyipit karena rasa kantuk.
"Hah! Jam lima, belum mandiiii... " gumamnya yang sedikit terdengar di telinga suaminya. Tapi Vano pura-pura tidak mendengar, malas sekali.
Farida melirik ke samping, mengguncang tubuh suaminya "Dad, bangun! Kamu belum mandi dari semalam."
"Baru aja tidur," ucapnya dengan mata yang masih terpejam. "Stop ah mandi dulu sana, jangan bikin gempa badanku!" Farida terus mengguncang bahu suaminya sebelum suaminya benar-benar terbangun.
"Oke aku mandi dulu, tapi kalau aku sudah selesai kamu harus sudah bangun,"
Farida mencebik kesal, setiap membangunkan suaminya pasti seperti itu. Bangka!
Tapi untuk pagi ini bisa dimaklumi, sebab semalam Vano tidur jam dua belas. Dia menyelesaikan sisa pekerjaannya dan sempat ngobrol dengan mertuanya Pak Darsa nurhan, sembari ngopi ngebul di teras rumah. Ya, mertuanya mampir ke rumah semalam, entah habis darimana. Beliau rindu dengan putrinya. Karena semenjak menikah dua bulan yang lalu, Farida belum sekalipun mengunjungi orang tuanya.
***
Setelah bayi besar mandi, kini giliran Farida membangunkan bocah kecilnya. Kalau yang ini tidak terlalu sulit, dia selalu bangun tepat waktu untuk sekolah. James juga sudah mandi sendiri, pakai baju sendiri, menyisir rambutnya sendiri. Farida senyum-senyum melihat perkembangannya James. Dia sudah pintar mandiri. Hanya saja, pundungnya masih tetap sama.
"Ayo sarapan Mi, Jajam udah ganteng Mi!" Ucapnya menatap Midanya percaya diri.
"Kaya bapaknya persis!" Gumamnya. "Ayo turun, panggil Daddy ya udah siap belum?"
Keduanya membuka kamar Vano, dilihatnya laki-laki itu sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Daddy! Ayo sarapan." Teriak James dia menarik tangan Vano.
"Ayo, Daddy mau turun juga."
"Gendong," ucap James.
"Kamu itu sudah besar, jalan sendiri lah."
"Mida juga sudah besar, tapi suka di gendong sama Daddy!"
Mata Vano membulat, keduanya saling menatap terkejut. Mampoooosss, berarti mereka pernah kecolongan. "Itu karena Mida lagi sakit." Jawab Vano sekenanya.
Sakit apa coba?
Takut obrolan merembet kemana-mana, Farida mengalihkan pembicaraan. "Ayo kita sarapan, nanti telat lho Jam?" Ajak Farida lalu menuntun anaknya turun. Vano mengikuti di belakangnya. "Kita mau sarapan sosis,"
"Jajam maunya sarapan daging!"
Apalagi ini maunya, daging apa yang dimaksud udah sesiang ini. Nanti bisa telat. "Anakmu ini banyak maunya," bisik Farida pada suaminya.
"Pagi anak-anak Mama, cucu Omaaa!" Teriak Mama yang sudah lebih dulu berada di ruang makan.
"Pagi Ma," Vano mencium Mamanya. Semenjak kesalah pahaman mereka selesai, ini yang dilakukan Vano setiap pagi. Keempatnya lalu duduk menyantap sarapan mereka.
"Ida mau sekalian ikut berangkat bareng?" Tanya Mama pada Farida.
"Iya Ma, kan satu arah biar sekalian."
***
Ketiganya sudah berada di dalam mobil, Farida duduk di depan dan James duduk dibelakang. Sesekali terdengar celotehannya melihat jalanan yang sudah terlihat sibuk dengan kendaraannya yang berlalu lalang. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, pantas saja ibukota ramai sekali.
Vano jarang memakai supir, maka dari itu Mama Nuning hanya menyediakan supir panggilan atau supir tembak. Dia lebih nyaman bepergian sendiri karena Vano termasuk orang yang tidak mau semua urusannya diketahui oleh banyak orang.
"Ada pesawat lion air!" teriak James karena mendengar suara pesawat yang melintas diatas kota. "Pesawat terbang kesana kemaren."
"Kemari..." Vano membenarkan kata-katanya.
"Kita kapan naik pesawat lagi Dad, Jajam ingin ke tempat Nana..." James rindu dengan neneknya di London. Orang tua Woodley satu-satunya yang masih hidup.
"Kita bisa kesana, tapi gak dalam waktu dekat ini. Daddy masih sibuk." Jawab Vano sembari fokus menyetir.
"Di rumah Nana kan ada banyak burungnya, banyak apelnya, banyak saljunya, banyak bunganya.."
"Ya disana kan ada empat musim, musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Kita di negara ini hanya ada dua musim saja. Jadi nggak ada saljunya."
"Saljunya di kulkas." Jawab Farida. "Kalau mau burung tuh dirumah kakek Darsa juga banyak dibelakang rumah Jam,"
"Jajam mau lihat, Jajam mau lihat. Ayo kesana sekarang aja Mi!" Rengek James.
"Kamu sih," Vano menatap ke samping dengan tatapan menyalahkan, sedang yang di lihat hanya cengar-cengir.
"Ayo kesana sekarang Dad, kita putar balik." James kalau ada maunya, pasti minta sekarang juga.
...
To be continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
aal lia
lah jam ga jd sekolah doang klo mau liat burung
2021-07-01
0
Kus Tiah
jajam vs mida 😅😅😅😅
2021-05-26
0
Anonymous
ssinakaa
2021-02-16
0