Tidak ada pembicaraan apapun selama berada di dalam mobil taksi. Pengemudi fokus, Vano duduk di depan menikmati rasa pusingnya. Farida diam karena tidak ada lawan bicara. Dan James tertidur, kepalanya berada di pangkuan Farida dengan kaki di selonjorkan ke samping.
Mama Nuning yang saat ini sudah berada dirumah, lantas memperhatikan dari pintu dengan penuh rasa ingin tahu saat mobil taksi berhenti didepan rumahnya.
"Dad, sudah sampai. Ini Jajam bobok gimana? Kamu masih lemes ya. Apa dibangunin aja?" Tanya Farida.
"Jangan, kasihan dia capek. Biar aku yang menggendongnya." Vano mengangkat tubuh James dan membawanya ke dalam.
"Assalamualaikum," ucap salam Vano sebelum masuk. Lama-lama Vano jadi terbiasa mengucapkan salam. Sebelumnya salam itu hampir selalu terlupakan tiap kali masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di pintu, Mama terdengar menjawab salam lalu menyambut dengan iba cucunya yang sudah teler dan sempat menepuk bok*ng James. "Eh Ya Ampun nyenyak banget si badung sampai gak kebangun." Gumamnya. "Nak, kamu pulang langsung jemput Jajam?" Tanya Mama pada Vano.
"Iya Ma," Iyakan saja. Gak mungkin jujur sama Mama kan, tadi sebelum berangkat habis ngapain dulu.
"Belum makan belum mandi sudah tidur." Dumel Mama pada Farida yang masuk beriringan dengannya. Sementara Vano langsung naik ke atas membawa James ke kamar.
"Iya Ma, sudah ngantuk gak ketahan kali..." Sela Farida, lalu dia menurunkan botol-botol minum yang dibawanya ke meja. "Tadi pas kita pulang Mama gak ada,"
"Mama ke rumah belakang." Mama memperhatikan Farida yang sibuk tengah membuat jahe hangat. Penasaran rasanya kalau beliau tidak bertanya untuk apa dan buat siapa. "Kamu bikin jahe hangat buat siapa Nak, siapa yang sakit siang-siang begini?"
"Hehehe Vano muntah-muntah dijalan tadi, masuk angin kayaknya." Jawab Farida terkekeh. "Kirain manusia terkuat di bumi gak bisa sakit. Abis baru kali ini Ida lihat Vano sakit Ma!"
"Oh... pantas saja berangkat pakai mobil, pulang pake taksi..." Jawab Mama sambil memakan cemilan. "Emang Vano itu dari kecil jarang sakit. Daya tahan tubuhnya kuat. Beda sama adiknya, Reyhan mah waktu kecil bikin kenyang. Soalnya dikit-dikit bengek."
Eh apa itu bengek? Alis Farida bertaut.
"Kamu mau gak Nak, ini Mama dapat oleh-oleh bolen pisang dari teman Mama..." Mama mengangkat kedua jempolnya. "Rasanya endul surendul tak endul-endul."
"Hahahahah, pakai yel-yel juga. Mama korban Bunda kumis tipis..." Ucapan Farida lantas dibalas tawa oleh Mama.
"Kan My Trip, My Adventure!"
Ya ampun, apa hubungannya? Farida masih saja terkekeh. Mungkin endul surendul adalah hasil petualangan beliau selama ini menonton televisi. Barang kali seperti itu.
Mama menempatkan beberapa potong kue bolen ke wadah piring sedang, lalu menyerahkannya kepada Farida. "Nih kamu bawa ke atas saja, Vano sudah makan apa belum? Sekalian ambilkan biar kamu gak bolak-balik." Sela Mama. "Minta tolong disuapin ya Nak, dia susah makan kalau sakit."
"Oke Mama!"
***
Farida naik ke atas dengan membawa beberapa cemilan dan makan siang, dibantu oleh Mbak Mina. Tangannya sendiri tidak cukup untuk membawa semuanya. "Sudah Mbak, taruh disitu saja. Nanti biar saya yang bawakan ke dalam." Tunjuknya ke meja kecil depan kamar.
"Iya Non, kalau gitu saya turun kebawah ya Non?"
Turun kebawah?
Lah iya emang bener turun itu ke bawah kan, emangnya ada yang turun ke atas? Mestinya Farida tidak memikirkan masalah turun menurun hingga ia lupa berterima kasih.
"Makasih Mbak Mina!"
"Sama-sama Non!" Teriak Mbak Mina yang sudah terdengar jauh.
Saat Farida membuka pintu, Farida melihat Vano sedang memijat pelipisnya. Sudah bisa ditebak, pasti Vano memikirkan masalah yang tadi, ditambah dengan rasa tidak enak badan.
Mendekatkan diri pada suaminya, Farida menawarkan bantuan. "Dad, mau dikerokin gak?"
Vano menaikkan alisnya. "Apanya yang dikerok?"
Sepertinya Vano tidak pernah ataupun mencoba perihal kerok mengerok orang masuk angin seperti orang lokal pada umumnya.
"Ya punggungnya lah."
"Di kerok pakai apa?"
"Terserah yang minta, pakai pisau dapur juga boleh hahahah..."
"Aku gak tahu, jangan coba-coba aku gak pernah coba cara seperti itu. Kalau sedang sakit aku hanya butuh beristirahat."
"Oke oke Om. Eh Dad..." Hampir saja lidahnya kepleset. Farida meraih gelas jahe hangatnya dan diberikan pada suaminya. "Nih minum ini biar lebih enakan."
Dengan terpaksa Vano meneguknya sampai tandas dengan ekspresi wajah tak terbaca. "Gak enak!"
"Namanya juga obat mana ada yang enak," sela Farida. Dia menempelkan punggung tangannya ke kening Vano. "Tapi kok gak demam." Gumamnya.
"Aku suapin makan ya?"
Vano mengangguk.
Farida mengambil makanan yang dibawanya barusan dan telaten menyuapi suaminya. Ini kali pertama Vano merasa dispesialkan oleh perempuan. Ternyata bermanja dengan istri itu membuat perasaannya lebih bahagia. Farida mampu merubah mood Vano menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sepuluh menit berlalu.
Hanya memakai baju sesederhana itu, kenapa bisa terlihat cantik gini sih?
"Dad... jangan liatin aku terus!"
"Aku lihat makanannya, bukan orangnya." Elaknya, padahal begitu kentara jika diperhatikan.
"Ayo sedikit lagi." Bujuk Farida untuk kesekian kalinya.
Vano menghembuskan nafas kasar. "Dari tadi sedikit-sedikit terus tapi gak habis-habis."
"Dad, kenapa kamu jadi cerewet sekali..." Greget Farida lalu menyuap makanannya ke mulut sendiri. Selesai!
"Besok-besok jangan beri aku jahe lagi, tapi jus mangga saja yang banyak."
Farida terkejut saat mendengar kata suaminya barusan dan langsung syok.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Suhartini
babang vano ngidam ya
2021-01-18
1
Grendly Sinciho
hihihi 😂😂😂😂😂😂👍👍👍
2021-01-07
0
ᐤ༺ Ⓡⓘⓢⓨⓐ🏹Hiat༻
jus mangga muda kayaknya enak 🤣
2021-01-06
3