Sejak kejadian malam itu Nayla tidak henti-hentinya menangis.Namun apa yang bisa ia lakukan.Kata sepakat sudah di ucapkan dan tali pertunangan pun sudah di ikatkan.Ia hanya bisa pasrah menerima nasip harus berjodoh dengan si dosen kulkas yang sangat ia benci itu.Bukan hanya sekadar benci pada perlakuan Zain kepada Nayla sebelumnya.Tapi juga pada rupa dan sikapnya yang datar serta dingin seperti balok es.Bukan tanpa alasan mengapa Nayla tidak menyukai seorang lelaki yang memiliki tampang eropa atau semacamnya.Di karenakan pada masalalunya.Ia pernah memiliki pacar berdarah eropa.Dan kisah cintanya tentu saja tidak semulus pantat bayi yang baru lahir.Ia di selingkuhi oleh pacarnya itu.Padahal hubungan mereka waktu itu masih sedang hangat-hangatnya.Bahkan yang lebih parahnya,lelaki itu justru selingkuh dengan temannya sendiri.Sebenarnya Nayla memiliki teman lain selain Rita ketika mereka memasuki jenjang SMA.
Dan ketika Nayla memergoki mereka tengah bermesraan.Mereka terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.Bahkan dengan bangganya mereka menunjukkan kemesraan mereka dihadapan Nayla yang terlihat menangis.Ketika Nayla bertanya apa alasan mereka melakukan itu.Lelaki itu hanya menjawab.
"Lo itu munafik dan sok suci"
Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di telinga Nayla.
Sebagai anak yang terlahir di keluarga baik-baik.Tentu saja Nayla di didik dengan sangat baik.Meskipun kedua orangtuanya selalu sibuk.Mereka selalu menyempatkan diri untuk memberi nasihat kepada Nayla.Juga dengan bimbingan dari bi Sumi yang senantiasa mengingatkan Nayla untuk selalu taat dalam beribadah.Membuat Nayla selalu membatasi pergaulannya dengan lawan jenis.Bahkan ketika berpacaran pun Nayla selalu menghindari yang namanya berciuman atau berpelukan.Mungkin karena hal itulah yang membuat kisah cinta Nayla hanya seumur jagung.
Meskipun begitu Nayla tidak pernah meninggalkan kebiasaannya itu.Justru ia merasa bahwa hal yang ia lakukan sangatlah benar.Ia bisa tahu mana lelaki yang benar-benar tulus atau hanya sekadar ***** semata.
Akan tetapi setegar apapun Nayla.Yang namanya penghianatan selalu meninggalkan bekas.Apalagi jika itu adalah cinta pertama.Tentu meninggalkan trauma tersendiri.Dan saking traumanya Nayla.Ia tidak pernah membuka hatinya lagi kepada seorang pria.Hingga status jomblo bisa ia sandang sampai bertahun-tahun lamanya.
"Udah dong Nay jangan sedih lagi"ujar Rita sambil mengelus-elus punggung Nayla yang masih terlihat menangis.Rita sengaja menginap untuk menemani Nayla.Ia tahu bahwa Nayla akan syok saat tau kebenaraan tentang siapa tunangannya.Dan karena kejadian Nayla yang pingsan malam itu.Acara tersebut terpaksa di bubarkan lebih awal.Untunglah acara tukar cincin sudah di lakukan.Hingga para orangtua bisa sedikit bernafas lega.Mereka menyangkan bahwa Nayla masih tidak enak badan hingga pingsan karena terlalu kelelahan.Padahal alasan sebenarnya adalah karena Nayla syok.
"Gimana gue gak sedih Rit,saat tau ternyata tunangan gue itu si dosen kulkas"
"Kalo gue tau dari awal mending gue kabur dari rumah"
"Lo kan tau seberapa gak sukanya gue sama cowok bule"ujar Nayla sambil menutup wajahnya dengan bantal.
"Tapi Nay,gak semua cowok bule itu bisa di samakan sama mantan lo itu"
"Sifat manusia itu beda-beda Nay"
"Jangan karena lo pernah di hianatin ngebuat lo menyamaratakan semua cowok"
"Gue liat juga pak Zain keliatannya baik kok orangnya meskipun sikapnya dingin sama orang lain"ujar Rita menasehati Nayla.
"Tau darimana lo kalo dia itu baik"tanya Nayla dengan nada ketus.
"Dari sikapnya lah Nay"
"Lo liat aja kan pak Zain itu kayak gimana orangnya"
"Semua siswa dikampus di babat habis sama dia"
"Mau yang cakep atau kaya"
"Gak buat dia pandang bulu buat ngehukum siswa yang salah"ujar Rita kepada Nayla.
"Elaahh…Itu kan emang salah satu tugas seorang pengajar buat ngehukum murid yang salah"
"Iya…Tapikan jarang ada dosen yang tegas kayak pak Zain,ganteng lagi"
"Pokoknya pak Zain itu baik deh orangnya"Nayla yang mendengar Rita terus memuji Zain hanya memutar bola matanya malas.
"Terserah lo deh Rit"
"Males gue debat sama lo"
"Dari tadi muji tuh dosen kulkas mulu"
"Gedek gue dengernya"
"Apa hebatnya sih pak Zain itu"ujar Nayla yang merasa jengah.
"Udah tampangnya datar dingin lagi"
"Lebih mirip balok es tau gak"sungut Nayla kepada Rita.
"Yaelah Nay"
"Cowok kek gitu keren tau"
"Lagian kan lo sering nonton drakor,banyakkan karakter cowok yang mirip pak Zain dan kisah cintanya itu berakhir indah"ujar Rita kepada Nayla.
"Ck…Lo gak tau apa,justru sifat cowok kek gitu yang gak gue suka"
"Bayangin aja kalo lo hidup sama cowok kek gitu"
"Lo udah bicara panjang lebar kek lapangan bola"
"Tapi cuma di balas hmm hmm doang"
"Ngebayanginnya aja gue dah gedek, apalagi ngerasain sendiri nantinya"ujar Nayla sambil memanyunkan bibirnya.
"Siapa tau kan Nay itu cuma sikap luarnya aja"ujar Rita kepada Nayla.
"Au ah"
"Emang lo gak sedih apa gebetan lo jadi tunangan gue"
"Lo itu kan suka banget sama pak Zain"tanya Nayla kepada Rita.
"Ya kalo lo nanya gitu ya pasti sedih lah Nay"
"Apalagi pak Zain itu salah satu kandidat utama calon suami idaman gue"
"Tapi mau gimana lagi kalo emang ternyata dia bukan jodoh gue"
"Gue bisa apa"ujar Rita sambil mengedikkan bahunya.Sedangkan Nayla menatap sedih ke arah Rita.Ia menjadi merasa bersalah kepada sahabatnya itu.Tapi hal itu tak bertahan lama ketika ia mendengar apa yang dikatakan Rita selanjutnya.
"Tapi gue gak sedih-sedih amat"
"Gebetan gue mah masih banyak,walau gak sekeren pak Zain"
"Mungkin kalo dikumpulin udah satu kampung deh kayaknya"ujar Rita sambil cengengesan.
Pletak
"Aw sakit Nay"Rita memanyunkan bibirnya sambil mengelus dahinya yang di sentil oleh Nayla.
"Lo mirip banget kayak bang Nathan suka banget nyentil dahi gue"
"Lama-lama bisa jenong nih jidat"Sungut Rita kepada Nayla.
"Gue gak habis pikir deh sama lo"
"Buat apa sih banyak-banyak gebetan padahal satu pun gak ada yang jadi pacar lo"ujar Nayla kepada Rita.Namun hanya di balas cengiran.
"Hehe…Lagi gue seleksi Nay"
"Buat liat siapa yang terbaik di antara mereka semua"ujar Rita masih dengan cengirannya.
Nayla hanya memutar bola matanya.Merasa jengah dengan tingkah Rita.
"Kita makan yuk Nay"
"Laper nih gue,tadi malam belum sempet makan ehh malah keduluan lo pingsan"ujar Rita sambil mengelus perutnya.
"Sama gue juga laper"
"Tapi gue males turun ah"
"Minta bi Sumi anterin kesini aja"
"Yaudah gue kebawah dulu lo mau makan apa"tanya Rita yang terlihat beranjak dari tempat itu.
"Apa aja deh Rit"ujar Nayla kepada Rita.
"Yaudah gue turun dulu"ujar Rita dan dibalas anggukan dari Nayla.
Rita yang baru turun dari tangga di kejutkan oleh tepukan seseorang.
"Eh…kambing-kambing kena sleding"
"Wiih…Kek gimana jadinya tuh kambing…Hahaha…" ujar Nathan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Iihh… Bang Nathan ngagetin aja"
"Mau kemana sih buru-buru banget"tanya Nathan kepada Rita.
"Mau kedapur minta makan sama bi Sumi"
"Dah laper nih perut dari tadi pagi belum makan"jawab Rita sambil mengelus perutnya yang keroncongan.
"Loh emang kamu belum makan dari tadi"tanya Nathan sambil mengerutkan keningnya.
"Belum,habisnya Nayla curhatnya panjang banget"
"Ini aja lagi kita pending, mau ngisi bahan bakar dulu baru dilanjutin lagi"ujar Rita kepada Nathan.
"Emang Nayla masih marah ya"tanya Nathan kemudian.
"Enggak sih tapi lebih ke sedih"
"Apalagi pas dia tau siapa yang jadi tunangannya"
"Emang kenapa sama tunangannya"tanya Nathan lagi.
"Abang rasa gak ada yang salah deh sama tunangannya kemarin"
"Bang Nathan gak tau aja,tunangan Nayla itu dosen kita di kampus"ujar Rita kepada Nathan.
"Haah…Masa sih"
"Setahu Abang Zain itu CEO bahkan dia itu salah satu rekan bisnis abang"ujar Nathan dengan wajah sedikit terkejut.
"Beneran bang,Rita gak boong kalo gak percaya tanya aja sendiri sama orangnya"ujar Rita sambil berbalik pergi menuju dapur.
"Bentar dulu Rit"
"Abang belum selesai nanyanya"ujar Nathan menghalangi langkah Rita.
"Abang Nathan tersayang…"
"Nanti aja ya nanya-nanyanya"
"Rita dah laper banget nih mau makan"jawab Rita sambil berlari meninggalkan Nathan.Sedangkan Nathan hanya mendengus kesal sambil menatap Rita yang berlari ke arah dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments