Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)

Diskusi singkat Gendis bersama tim berakhir dengan menyatukan tangan bersama-sama, saling memberikan pesan tersirat lewat tatapan mata, dan anggukan semua kepala anggota tim-nya. Mereka bukanlah tim yang diunggulkan, tapi mereka juga bukan tim yang bisa dianggap remeh.

Mr John meniup Pluit sebagai isyarat permainan akan segera dimulai. Arus penonton terus berdatangan, membuat tribun penonton yang sudah padat kian bertambah padat. Tepuk tangan riuh menggema, takala kedua tim memasuki lapangan satu demi satu untuk mempersiapkan diri.

Sebagai kapten tim, sosok Pamela terlihat lebih menonjol dan mengesankan. Postur tubuhnya menjulang tinggi, jauh melebihi rekan- rekan satu tim-nya. Aura bertarungnya begitu mendominasi, membuat siapapun yang menjadi lawannya bersiaga penuh terhadapnya.

Ya, Pamela adalah pemain basket terbaik di sekolah mereka. Dengan skill, kekuatan fisik, kemampuan membaca medan, ia selalu dapat menguasai permainan. Banyak piala kejuaraan yang memenuhi lemari- lemari kaca di sekolah, semua di bawah kepemimpinannya.

Dengan predikat itu, seharusnya Gendis merasa takut, bukan?

Ada sebuah rahasia, di mana tidak seorang pun mengetahui hal ini. Rahasia itu berhubungan dengan Gendis dan Pamela. Bagaimana keduanya menjaga jarak satu sama lain, dan bagaimana tak ada yang dapat 'menyentuh' Gendis, untuk mencari masalah dengannya.

Kedua cewek itu berdiri saling berhadap- hadapan. Seketika itu juga suasana berubah sunyi secara tiba- tiba. Dalam keheningan yang membekukan tulang, semua mata menatap ke arah kapten tim di tengah lapangan.

Ketua klub basket dan juga kapten tim basket menatap tanpa kedip ketua klub melukis dan juga kapten tim yang menjadi lawannya, Gendis. Pihak lain, seperti halnya dirinya, tidak menggoyangkan kelopak matanya sedikit pun. Perang telah mereka mulai, dan di sana kobaran api telah membesar.

Saling mengenal tanpa komunikasi sama sekali telah terjadi begitu lama. Satu pihak menghindari pihak yang lain karena suatu sebab. Hubungan keduanya bukan sahabat tapi juga bukanlah musuh. Mungkin baik bagi mereka untuk menjaga jarak dan tidak mencampuri urusan satu sama lain.

Meski tiada emosi dalam tatapan Gendis, tapi Pamela tahu, jika cewek itu tidak takut dengannya, sedikit pun.

Cewek dengan seribu topeng, itulah julukan darinya untuk Gendis. Tanpa perlu untuk melihat, ia tahu begitu banyak orang yang mengilai Gendis. Ketenangan yang ia tampilkan, sikap percaya dirinya yang begitu besar. Bahkan mereka berpikir, sungguh sangat menyedihkan jika cewek sejelita Gendis harus menderita kekalahan nanti dengannya.

Hei, cuci kembali mata kalian baik- baik! Lima menit pertama kesan cewek itu sudah menipu kalian semua!

Kalian semua akan terkejut jika mengetahui seperti apa Gendis sebenarnya. Jadi, jangan menjadi buta karena wajah jelitanya!!!

Pihak lain mengamati ekspresi Pamela yang penuh warna. Sudut bibir Gendis naik sedikit. Ia tahu jika ia telah memenangkan perang mental dengan Pamela.

Bertindak sebagai wasit, Mr. John, berdiri di antara Pamela dan Gendis. Kepalanya berpaling ke arah dua kapten tim, Pamela dan Gendis, memastikan kesiapan keduanya.

" Kalian sudah siap?" Ia bertanya, dengan suara mengatisipasi.

" Ya!/ Kami sudah siap!" Pamela dan Gendis menjawab secara bersama- sama.

Kemudian, seiring tarikan napas panjang, Mr. John melakukan jump ball, lemparan permulaan pertandingan untuk kuarter pertama.

Bola terlepas dari tangan Mr. John, melambung ke atas. Kedua kapten tim sama-sama melompat dengan bersemangat dan agresif, mengarahkan tangan mereka siap memukul bola itu keras- keras...

*** Monolog Pamela ***

Sial!

Ia menangkap smirk sekilas Gendis sebelum tangannya memukul bola ke arah Maria. Apa yang ada di kepala Gendis? Sikap tenang Gendis, membiarkan tim-nya menguasai permainan di sepuluh menit pertama sungguh mencurigakan.

Gendis hanya mengamati bagaimana lalisa membawa bola, melewati dengan mudah Cloe, melompat tinggi dan melakukan shooting dengan dua tangan ke arah keranjang, dan masuk.

Permainan berlanjut,

Takala Citra berhasil mematahkan lemparan bola Maria dari atas kepala, hingga bola itu gagal tertangkap Lalisa, malah jatuh ke tangan Cloe. Secara mengejutkan remaja mungil itu menembak dari samping kanannya dengan satu tangan, mengelabui penjagaan Lalisa yang berdiri di depannya.

Bola itu melambung tinggi ke arah ring, menimbulkan suara yang cukup nyaring kala membentur papan ring lalu terguling-guling sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam keranjang.

Angka pertama tim Gendis tercipta!

Sorak Sorai pecah di tribun penonton. Gaung kegembiraan memekakan telinga.

Untuk sedetik Pamela beserta tim tertegun. Tak ada satupun dari mereka mempercayai apa yang baru saja terjadi di depan mata mereka.

Cloe, si kutu buku yang selalu menghabiskan waktu di perpustakaan, melahirkan bola pertama dengan mudahnya. Sungguh tidak dapat dipercaya!

Bagaimana bisa?!

Tangan Pamela dan tim-nya terkepal kuat- kuat. Cloe telah mempermalukan Lalisa yang Notebane-nya penyerang tim tepat di depan hidungnya! Pamela melirik untuk kesekian kali ke arah si kutu buku Cloe, dan mendapat kesempatan sekian detik untuk melihat bocah itu melempar lirikan ke arah belakang. Kening Pamela berkedut dua kali.

Gendis Brengs*k!

Bodohnya dia! Cloe hanya menjalankan intruksi seseorang yang berada jauh di belakang, yaitu kapten timnya, dan ia berhasil. Gendis, playmaker, dialah kunci permainan tim-nya!

Monolog Pamela berakhir

*** Monolog Gendis, ***

Membiarkan tim Pamela memimpin di sepuluh menit pertama, menghasilkan angka-angka dari permainan keempat anggota-nya, adalah cara Gendis mengamati teknik dan gaya permainan mereka.

Pengaturan pemain, posisi di mana mereka ditempatkan, berdasarkan hasil pengamatan selama mereka latihan kemarin, ia sudah memikirkannya masak- masak.

Cloe bertugas sebagai center (C), Sasa bertugas sebagai power Forward (PF), Anissa bertugas sebagai small forward (SF), Citra bertugas sebagai Shooting Guard (SG), dan ia sendiri sebagai point Guard (PG).

Pengalaman minim, teknik dan gaya permainan pas- pasan, kekuatan fisik yang meragukan, bahkan mental bermain yang jauh dari kata siap, membuat Gendis mengandalkan keberuntungan dalam pertandingan ini. Memiliki strategi dan siasat permainan berdasarkan kelebihan dan kelemahan anggota timnya. Mencari celah secepat mungkin dari tim lawan.

Bahkan, tim tanpa harapan yang dipimpinnya, bisa menjadi kuda hitam yang mengejutkan dunia perbasketan. We'll see!

Monolog Gendis berakhir.

Bagi tim Pamela, sosok Sasa dan Citra lah yang terlihat mengancam dan perlu diwaspadai. Keduanya memiliki postur tubuh yang hampir sama tinggi dan terlihat kuat. Ekspresi mereka sama- sama mengesankan lawan, meskipun kemampuan mereka belum terbukti sama sekali. Terlihat agresif, pantang menyerah, dan terlihat penuh kepercayaan diri. Mereka adalah prajurit yang akan berjuang hingga tetes darah penghabisan.

Berbanding terbalik dengan Sasa dan Citra, yang memiliki kesan mematikan dari penampilan pertama mereka. Tiga anggota lainnya, termasuk kapten tim, tidak ubahnya seperti kupu- kupu yang sedang bermain- main di taman bunga. Sikap tenang, halus dan lembut, dan sedikit gemulai, seakan salah tempat. Kehadiran mereka di lapangan basket sebagai pemain sama sekali tidak mengancam tim lawan.

Justru di sanalah kalian tertipu,..

***

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 01~ Salah Sasaran
3 Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4 Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5 Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6 Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7 Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8 Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9 Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10 Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11 Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12 Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13 Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14 Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15 Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16 Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17 Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18 Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19 Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20 Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21 Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22 Chapter 21~ Hujan air mata
23 Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24 Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25 Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26 Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27 Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28 Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29 Chapter 28~ Keputusan Bastian
30 Chapter 29 Warna yang identik
31 Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32 Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33 Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34 Chapter 33 Bara yang kian menyala
35 Chapter 34 Berita terpanas!
36 Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37 Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38 Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39 Chapter 38 Rival (1)
40 Chapter 39 Rival (2)
41 Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42 Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43 Chapter 42 Satu di Antara Dua
44 Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45 Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46 Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47 Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48 Chapter 47 Meringkusnya
49 Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50 Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51 Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52 Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53 Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54 Chapter 53 Awal Persahabatan
55 Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56 Chapter 55 Gigitan Terakhir
57 Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58 Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59 Chapter 58 Berjumpa Narayan
60 Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61 Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62 Chapter 61 Mimpi versus Realita
63 Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64 Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65 Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66 Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67 Chapter 66 Mengambil Sikap
68 Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69 Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70 Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71 Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 01~ Salah Sasaran
3
Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4
Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5
Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6
Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7
Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8
Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9
Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10
Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11
Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12
Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13
Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14
Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15
Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16
Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17
Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18
Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19
Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20
Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21
Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22
Chapter 21~ Hujan air mata
23
Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24
Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25
Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26
Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27
Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28
Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29
Chapter 28~ Keputusan Bastian
30
Chapter 29 Warna yang identik
31
Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32
Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33
Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34
Chapter 33 Bara yang kian menyala
35
Chapter 34 Berita terpanas!
36
Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37
Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38
Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39
Chapter 38 Rival (1)
40
Chapter 39 Rival (2)
41
Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42
Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43
Chapter 42 Satu di Antara Dua
44
Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45
Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46
Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47
Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48
Chapter 47 Meringkusnya
49
Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50
Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51
Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52
Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53
Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54
Chapter 53 Awal Persahabatan
55
Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56
Chapter 55 Gigitan Terakhir
57
Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58
Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59
Chapter 58 Berjumpa Narayan
60
Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61
Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62
Chapter 61 Mimpi versus Realita
63
Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64
Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65
Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66
Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67
Chapter 66 Mengambil Sikap
68
Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69
Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70
Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71
Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!