Remaja tampan itu 'ngerem' mendadak, menyentak lepas tangannya dari genggaman tangan seorang gadis cantik yang berjalan dua langkah di depannya. Reaksi itu terbilang sangat kasar, tentu saja, dan mengejutkan si gadis cantik.
Gadis bertubuh mungil itu memutar seperti gangsing, membuat rambut panjangnya melayang dan menampar wajahnya sendiri. Kedua alis indahnya terangkat. Ia melempar tatapan tajam ke arah remaja laki- laki yang tiba-tiba menjadi patung persis di depan pintu masuk sebuah toko sementara dirinya jelas- jelas sudah berada di dalam toko tersebut. Remaja laki- laki itu adalah Narayan, sahabat baiknya.
" Yakk! Aran,...Ada apa?" Tanya gadis itu kesal melihat mumi jadi- jadian di depannya.
Ekspresi Narayan terlihat dingin, seperti gurun es di kutub utara. Orang lain yang melihat raut wajahnya akan berpikir dia adalah remaja sombong dan angkuh. Tapi tidak bagi gadis itu. Ia sudah mengenal Aran bertahun-tahun lamanya, terbiasa dengan ekspresi dinginnya, atau perkataan tajamnya, atau sikapnya yang kasar dan terkadang aneh.
Seperti sekarang ini.
" Kau tanya ada apa?" Sebaliknya, Aran pun terlihat jengkel dengan sikap acuh tak acuh gadis bernama Franda itu. " Mau apa kita ke toko ini, Franda? Memangnya barang yang ingin kau hadiahkan untuk Baby Vany ada di tempat ini?"
Gadis cantik berusia 16 tahun itu menghela napas singkat, berusaha bersabar dengan sikap ketus Aran kepadanya," Ayolah, Aran. Aku hanya sebentar ke dalam. Ada sesuatu yang harus aku beli di sana."
Narayan mendengus kasar, " Itu TOKO UNDERWARE, Franda!"
Akhirnya sadar kenapa wajah Aran ditekuk kesal, karena Franda menyeretnya ke toko underware tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. Pantas saja. Rupanya pangeran es itu masih memiliki rasa malu di dalam darahnya.
Tanpa bisa ditahan, Franda meledak dalam tawa, " Ya, ampun. Coba kau lihat wajahmu itu, Aran. Seperti kepiting rebus. Rupanya kau malu ya masuk ke dalam bersamaku..."
" Tidak lucu!" Sembur Aran
" Tentu saja bagiku sangat lucu." Franda tak berniat berhenti mengodanya. Ada kepuasan tersendiri melihat Aran jengkel dan kesal. " Aku tahu ini TOKO UNDERWARE, Aran. Aku lupa memberitahumu bahwa aku mau beli UNDERWARE untuk Bastian. Mumpung kau ada, aku ingin kau memilihkan produk UNDERWARE terbaru,..."
" DASAR KONYOL!" Belum selesai Franda berbicara, Aran sudah memutar tubuhnya, dan berderap pergi.
" YAAKK! Aran, mau ke mana kau? Tunggu!" Franda segera berjalan cepat mengejar sahabatnya itu sebelum dia pergi terlalu jauh.
Baru saja kakinya melewati pintu toko, berniat belok ke arah kanan, ke arah Aran pergi, terdengar suara cukup keras berlanjut seseorang mengaduh kesakitan,...
BRUUUKKK
"Aduhhh,..."
🌻🌻🌻
Dreeettt. Drettttttt. Dreeeetttt.
Gendis tengah membasuh kedua tangannya di wastafel, ketika saku kemejanya bergetar. Ponselnya berbunyi. Ia bisa menebak siapa gerangan yang menghubunginya tanpa melihat ponsel. Pasti salah satu kakak kembarnya, Galang atau Gilang.
Telunjuknya menekan keran air, hingga alirannya berhenti. Tak perlu repot mengeringkan tangannya di bawah mesin pengering, cukup dengan mengusap celana jeans nya beberapa kali, otomatis kedua tangannya langsung kering. Setelah beres, ia merogoh saku kemejanya, mengeluarkan ponsel keren berwarna pink.
My Lovely Galang
Tuh kan, dugaannya tepat. Salah satu kakak kembarnya Galang menghubunginya.
" Sasa, gue tunggu di luar, ya. Kak Galang menelepon." Gendis mengangkat wajahnya ke bilik toilet yang terletak paling ujung. Di sana, sahabatnya sedang bersemedi alias buang hajat. Karena ada beberapa orang di ruang toilet dan mereka sedang bercakap-cakap, sehingga suasananya sedikit ramai. Gendis sengaja mengeraskan suaranya, agar terdengar oleh sahabatnya yang berada di bilik toilet sana.
" IYA." Terdengar sahutan dari balik bilik, tak kalah kerasnya," Gue ngga akan lama. Tunggu gue di depan, Jangan jauh- jauh,Gen, nanti gue kesulitan mencari.- cari."
" OK!" Setelah menyahut Gendis merapikan dua plastik besar berisi dua kotak, dan menjinjingnya di lengan kiri dan kanan. Ia menyambar gelas plastik berisi Bubble Coklat es, menghisapnya sekali, lalu beranjak menuju pintu. Dengan bahunya, Gendis mendorong pintu toilet hingga terbuka lebar.
" Ya, kak. " Setelah benar- benar keluar dari toilet, Gendis buru- buru menjawab panggilan masuk tersebut,
" Sudah jam berapa ini, Gendis? Di mana kau sekarang?" Suara Galang kakaknya, terdengar gusar di telinga. Gendis melirik arlojinya. Jam 8 lewat sedikit.
Ya, ampun...
" Masih di mall, kak Galang." Sahut Gendis apa adanya, " Sudah mau pulang, kok. Lagi nunggu Sasa di toilet."
" Kenapa tidak bilang sama kakak, Gendis? Kakak kan bisa jemput kamu tadi."
Wah, dia sengaja pergi ke mall diam- diam Bersama sahabatnya, Sasa, agar Galang dan Gilang tidak tahu. Ia berencana membeli kado untuk ulang tahun kakak kembarnya lusa. Kalo sampai salah satu dari mereka datang menjemput, bisa berantakan rencananya....
Untungnya, Gendis sudah tahu apa barang apa yang mau dibelinya, jadi tidak akan membuang banyak waktu. Tidak sampai dua jam, ia sudah mendapatkan barang yang dicari. Keduanya tersimpan rapi di kotak dan plastik mereka masing-masing.
" Sasa bawa motor, kak" Sahut Gendis setelah jeda semenit, " Dia akan mengantarku pulang, katanya."
" Oh, ya sudah kalau begitu." Terdengar tarikan napas lega dari Galang." Jangan kelamaan pulangnya, Gen. Besok kan masih sekolah, kamu harus bangun pagi. Lagi pula, papa dan Mama sudah nanyain kamu terus. Kalian hati- hati ya di jalannya. Jangan ngebut. Lihat rambu lalu lintas. Jangan bercanda di motor. Pakai helm. Pakai jaket biar tidak masuk angin..." Nasehat sang kakak tak terselesaikan, karena tubuhnya tiba-tiba tertabrak benda keras. Gendis masih belum dapat mengantisipasi, saat tubuhnya terlontar ke belakang, dan bokongnya sukses mencium lantai dengan kerasnya.
BRUUUKKK!!
Rasanya seperti terbentur karang terjal di bagian dada, dan kepalanya tertimpa batu berukuran besar.
Sejenak Gendis memejamkan matanya. Kepalanya berdengung hebat, disusul rasa nyeri yang menjalar dari kepala, turun ke leher lalu ke seluruh tubuhnya. Gendis hanya bisa mendesis menahan rasa sakit itu."
" Aduuuhhh,....!"
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments