Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)

" Ah,...leganya!"

Akhirnya remaja bermata kucing itu dapat mengakhiri penderitaannya, rasa melilit pada perutnya karena makanan pedas yang dikonsumsinya beberapa saat yang lalu. Ia melirik air yang menguyur kotorannya pergi jauh. Tangannya hanya melambai, mengucapkan selamat jalan dengan penuh sukacita, sebelum kotoran itu benar-benar menghilang dari depan matanya.

Sasa menghela napas lega lalu mendorong pintu bilik hanya untuk mendapati tiga orang gadis remaja seusianya sedang berdiri di depan cermin. Dua dari mereka sedang mecuci tangan sembari ngobrol, sementara satu orang lainnya sedang mengutak- Atik jerawat di depan cermin.

Teringat Gendis sedang menunggunya di luar, Sasa bergegas menuju wastafel. Ia ingin segera menyusul gadis itu sebelum menjadi kesal karena menunggu terlalu lama.

" Hai!" Sapa gadis yang berada di sisi kirinya dengan ramah. Sasa melirik cermin di depannya, dan mendapati jika gadis berambut keriting sebahu itu sedang memandangnya di sana. Sasa mendengus, tidak berminat untuk mengubrisnya. Tidak ada waktu.

" Gue bukan drakula yang akan mengigit, Sasa. Ramahlah sedikit." Sikap judes Sasa terlalu terlihat jelas di mata gadis itu. Seakan sudah terbiasa dengan hal itu, gadis itu sama sekali tidak kesal, malahan ia tersenyum manis.

" GUE NGGA ADA URUSAN SAMA LU, SALWA! JANGAN BERSIKAP KITA ADALAH TEMAN BAIK! BRENGSEK!"

Ledakan emosi Sasa seperti dinamit, mengejutkan semua orang yang Ada di sana, termasuk gadis bernama Salwa tersebut. Suasana jatuh dalam keheningan mencekam. Suara- suara percakapan terhenti, hanya menyisakan suara aliran air dari wastafel.

Setiap kepala menghentikan aktivitas mereka, dan menajamkan mata ke arah Sasa.

Tubuh remaja itu sedikit gemetar karena menahan emosi. Tangannya terkepal di samping tubuhnya. Ia terdiam sejenak, mencoba untuk mengendalikan diri. Lalu, setelah dua tarikan napas, tanpa berkata-kata Sasa memutar tubuhnya lalu melayang cepat menuju pintu keluar.

Salwa menundukkan kepalanya. Suasana hatinya berubah suram sepeninggal Sasa. Gadis itu, Sasa, benar- benar telah berubah, menjadi lebih pemarah dan mudah sekali tersinggung.

Apakah gadis itu menjadi pendendam karena kejadian di antara mereka dulu? Permintaan maaf yang ia lakukan, apakah itu tidak ada artinya bagi Sasa? Belum cukupkah ia merendahkan dirinya demi mendapatkan maaf dari Sasa?

Ck. Semua yang terjadi dulu memang salahnya. Harusnya ia tidak melakukan itu. Dasar bodoh! Ia hanya mencari kematian dengan membuat Sasa marah dan benci sampai mati kepadanya.

Nasi sudah menjadi bubur,...

Sementara itu, Sasa yang masih menahan sebal berderap dengan langkah terhentak- hentak. Sungguh sial.Orang yang tidak pernah ia harapkan muncul di depan hidungnya tahu- tahu ada. Siapa yang tahu jika mereka akan bertemu di sana.

Dunia sangat sempit. Moodnya segera menjadi buruk karena kejadian tadi.

Kurang dari 100 meter di depannya, Sasa menemukan punggung berkaos pink milik Sahabatnya, Gendis. Ia berdecak tidak suka melihat gadis itu berjalan santai dan asyik berbicara dengan seseorang di ponselnya tanpa melihat sekeliling.

Apa dia tidak bisa berbicara tanpa menggerakkan kakinya? Sulit sekali memintanya diam barang sebentar saja. Bagaimana kalau seseorang menabraknya saat ia sedang asyik berbicara di ponsel?"

Bahwa kata- kata itu hanya terlintas di otaknya saja, tidak berdoa atau berkeinginan hal itu menjadi kenyataan. Semoga yang ia takutkan tidak terjadi.

Tapi jika Tuhan sudah berkehendak, apa saja bisa terjadi. Bahkan, untuk lintasan pikiran buruk pun, jika memang sudah kehendak Tuhan terjadi, maka terjadilah.

Gendis sudah mau mencapai ujung, sebelum dua langkah lagi mendekati persimpangan jalan ke kiri dan ke kanan. Saat itu suasana nampak lenggang, karena semua pengunjung lebih banyak berpusat di lantai dasar yang sedang melangsungkan acara.

Tiba- tiba saja seorang remaja Laki- Laki muncul dari belokan sebelah kiri. Seperti halnya Gendis yang tidak menyadari bahaya akan menimpanya sebentar lagi, remaja itu pun sama. Jika Gendis asyik dengan ponselnya, remaja itu tidak sedang memegang ponsel. Hanya saja kepala remaja itu tidak menghadap ke jalan di depannya, melainkan fokus melihat ke arah lain.

Keduanya yang sembrono dan tidak memperhatikan jalan memang ditakdirkan untuk mengalami kecelakaan bersama.

" Aw,..." Sasa yang melihat dari jauh mencoba memperingati keduanya, namun sepertinya usahanya sia- sia. Sasa terlambat.

Hal yang ditakuti benar- benar terjadi. Tabrakan antara dua orang manusia tidak dapat terhindarkan. Bunyi gedebuk keras dua benda bertabrakan terdengar nyaring.

Mata Sasa terbelalak kaget. Ia melihat dengan ngeri bagaimana tubuh Gendis terpantul kembali ke belakang setelah bertabrakan dengan remaja Laki- Laki itu. Tubuh kurusnya terjengkang mencium lantai nan padat dan keras dengan pantat mendarat terlebih dahulu.

" Aduuuuhhh,..."

Sembari memaki kebodohan Gendis, Sasa mempercepat langkah menuju Gendis terjatuh.

" Gendis, lu ngga apa-apa?" Dalam empat langkah besar, Sasa sudah mendarat di samping sahabatnya. Ia berjongkok, memegangi pundak dan punggung gadis itu, membantunya untuk duduk.

" Sakit,..." Gendis meringis kesakitan sembari memegangi kepala dengan kedua tangannya.

" Kepala lu sakit, Gen?" Ia bertanya kembali, semakin cemas dan mulai ketakutan.

" BRENGSEK!" Melihat kondisi Gendis yang tak merespon pertanyaan, sepertinya sesuatu yang buruk terjadi padanya. Melihat lebih seksama kondisi sahabatnya, Sasa merutuk dengan keras.

Dua tas plastik berisi kotak- kotak kado dan juga ponsel pink milik Gendis tergeletak berantakan di sekitar mereka. Mengingat senangnya gadis itu dengan kado yang baru saja ia beli untuk kedua kakaknya, dan bagaimana ia menjaga kedua barang itu dengan sangat hati- hati sepanjang perjalanan, membuat Sasa memaki geram.

Belum cukup kesialan yang menimpa Gendis, hal lain yang menambah level kemarahan Sasa adalah begitu melihat kondisi Gendis berantakan, benar- benar berantakan. Kaos pink kesayangan yang membungkus tubuh kurusnya itu kini basah oleh cairan berwarna coklat. Dapat dipastikan bahwa itu berasal dari minuman yang tadi Gendis beli.

Musibah yang menimpa Gendis membuat emosi Sasa tersulut. Wajahnya merah padam,...

Gerakan Sasa begitu cepat dan mengagetkan. Ia bangkit dari posisi jongkok, membalikkan badannya menghadap si sumber kekacauan. Mata kucingnya begitu menakutkan. Hanya dengan dua langkah saja, ia sudah berada di hadapan remaja laki- laki itu.

"DASAR BRENGSEK! APA LU PIKIR INI JALANAN NENEK MOYANG LU! DI MANA LU SIMPAN MATA LU, HAH?!"

Nada yang mengelegar bagaikan petir mengejutkan Narayan. Remaja tampan itu membeku di tempat untuk beberapa saat lamanya.

Sasa maju dan mencengkram kerah kemeja Narayan, menariknya kuat- kuat.Tubuhnya gemetar menahan emosi.

" LIHAT APA YANG LU PERBUAT, BRENGSEK! BELUM PERNAH KENA PUKUL RUPANYA,..."

" Sasa,... tenanglah." Di tengah emosi Sasa yang sudah di ubun- ubun, sebuah suara menegurnya dengan tenang. Baik Sasa maupun Narayan terkesiap kaget." Gue ngga apa-apa."

Hanya kepala Sasa yang memutar ke arah sahabatnya yang masih duduk di lantai, " Lu yakin tidak apa-apa, Gendis? Gue akan memberi bocah berandal ini pelajaran karena sudah menyebabkan orang lain celaka."

Terdengar helaan napas sebelum Gendis menaikkan rahangnya, dan melempar tatapan penuh isyarat ke arah sahabatnya. " Jangan cari masalah, Sasa." Katanya, pelan namun tegas, " Kendalikan emosi lu. Gue beneran ngga apa-apa."

" Lu yakin,...?"

" Amat sangat yakin."

Akhirnya, kata- kata terakhir Gendis mampu meredam amarah Sasa yang memuncak, nyaris meledak tak terkendali. Dengan kekesalan yang tersisa, Sasa melepaskan cengkraman tangannya pada kerah kemeja Narayan dan mendorong bocah itu dengan kasar.

" Pakai mata lu lain kali! Awas lu ya!" Sembur Sasa kepadanya.

🌺🌺🌺

Terpopuler

Comments

Dia amanah

Dia amanah

semangat kak
Jangan lupa baca novel aku judulnya "Thanks"
Aku harap kita bisa saling support
Makasih kak

2021-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 01~ Salah Sasaran
3 Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4 Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5 Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6 Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7 Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8 Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9 Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10 Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11 Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12 Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13 Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14 Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15 Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16 Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17 Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18 Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19 Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20 Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21 Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22 Chapter 21~ Hujan air mata
23 Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24 Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25 Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26 Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27 Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28 Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29 Chapter 28~ Keputusan Bastian
30 Chapter 29 Warna yang identik
31 Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32 Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33 Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34 Chapter 33 Bara yang kian menyala
35 Chapter 34 Berita terpanas!
36 Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37 Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38 Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39 Chapter 38 Rival (1)
40 Chapter 39 Rival (2)
41 Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42 Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43 Chapter 42 Satu di Antara Dua
44 Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45 Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46 Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47 Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48 Chapter 47 Meringkusnya
49 Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50 Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51 Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52 Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53 Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54 Chapter 53 Awal Persahabatan
55 Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56 Chapter 55 Gigitan Terakhir
57 Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58 Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59 Chapter 58 Berjumpa Narayan
60 Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61 Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62 Chapter 61 Mimpi versus Realita
63 Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64 Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65 Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66 Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67 Chapter 66 Mengambil Sikap
68 Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69 Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70 Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71 Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 01~ Salah Sasaran
3
Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4
Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5
Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6
Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7
Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8
Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9
Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10
Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11
Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12
Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13
Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14
Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15
Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16
Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17
Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18
Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19
Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20
Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21
Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22
Chapter 21~ Hujan air mata
23
Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24
Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25
Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26
Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27
Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28
Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29
Chapter 28~ Keputusan Bastian
30
Chapter 29 Warna yang identik
31
Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32
Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33
Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34
Chapter 33 Bara yang kian menyala
35
Chapter 34 Berita terpanas!
36
Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37
Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38
Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39
Chapter 38 Rival (1)
40
Chapter 39 Rival (2)
41
Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42
Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43
Chapter 42 Satu di Antara Dua
44
Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45
Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46
Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47
Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48
Chapter 47 Meringkusnya
49
Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50
Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51
Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52
Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53
Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54
Chapter 53 Awal Persahabatan
55
Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56
Chapter 55 Gigitan Terakhir
57
Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58
Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59
Chapter 58 Berjumpa Narayan
60
Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61
Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62
Chapter 61 Mimpi versus Realita
63
Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64
Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65
Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66
Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67
Chapter 66 Mengambil Sikap
68
Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69
Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70
Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71
Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!