Dua remaja perempuan dan satu remaja laki-laki itu menatap tak berkedip gerbang hitam legam setinggi lebih dari tiga meter di hadapan mereka. Plakat besi dengan angka bertuliskan 50 terpaku di tembok.
" Apakah lu yakin kita berada di alamat yang benar?" Sasa menempelkan dagunya di setir dengan mata menatap lurus ke depan. Tiga puluh menit mereka mengarungi jalan selepas sekolah, tentunya tak mengharapkan mendatangi alamat yang keliru.
Hening. Gadis di sebelahnya tidak bersuara. Sasa menoleh, dan segera mendengus, " Gendis, lu mengeluarkan liur!"
Gendis memberikan lirikan mematikan, " Konyol!"
Sasa terkekeh, lalu dengan gemas ia mencubit pipi halus gadis itu, membuat si empunya mengeryit kesakitan," Sasa, sakit tahu!"
" Habis lu ngemesin banget tahu." Kata Sasa, " Ngaca coba, lihat muka mupeng lu itu, lucu seperti marmut. Seandainya tadi gue pegang hp, langsung akan ambil muka mupeng lu itu."
" Ck! Siapa sih yang mupeng. Masa lu ngga bisa bedain ekspresi muka, sih, Sa? Bedanya terlalu jauh antara muka kepengen sama muka terkejut akan sesuatu? Pinter sedikit kenapa jadi bocah."
Sasa nyengir, " Oh, jadi gw salah nebak?"
" Dari zaman nenek moyang lu datang ke tanah air ini, memang lu pernah bener kalo nebak?"
Kini giliran Sasa yang melonggo.
Terdengar Dengusan tertahan dari kursi belakang, lalu detik berikutnya ledakan tawa terlepas di sana.
" Ngapain lu ketawa?!" Sasa sewot, memutar kepalanya ke belakang secepat kilat, menatap sebal remaja laki- laki itu, " Ngga ada yang ngajak lu ngomong! Sebaiknya lu diam seperti batu!"
Kaneka makin ngakak, Gendis yang mendengarnya jadi ikut- ikutan ketawa.
" JANGAN KETAWA!!!" Sasa berteriak histeris, lalu tanpa aba- aba, ia sedikit bangun dari duduknya, dan tangannya terulur ke arah Kaneka,
" Aawwwwwww!" Kaneka kaget dan menjerit kesakitan saat Sasa menjambak rambutnya.
" Sasa, lepasin Ken! Lu gila ya!"
" Biar bocah sial*n ini botak!" Pekik Sasa semakin kuat menarik rambut bocah laki- Laki itu. Sepertinya dia bertekad kuat untuk melepaskan rambut Kaneka dari kulit kepalanya.
Aksi tawa berubah seketika menjadi aksi jerit dan pekikan. Kaneka dan Sasa seakan lupa akan niat mereka saat itu. Mereka sibuk saling membunuh satu sama lain sekarang.
Itu adalah pertengkaran pertama Sasa dan Kaneka. Akan ada pertengkaran dan keributan di masa yang akan datang.
Awalnya Gendis ingin melerai, entah kenapa ia menjadi ragu. Baik Sasa maupun Kaneka terlalu liar dan ganas. Salah- salah ia bakalan kena jambakan atau cakaran salah satu dari mereka lagi.
Terlalu malas untuk memisahkan mereka berdua, Gendis malah tersenyum- senyum lalu mengambil ponselnya. Akhirnya Sasa menemukan pasangan sparing yang cocok. Kaneka yang pendiam ternyata meladeni duel Sasa. Membiarkan gadis itu melampiaskan emosinya, tanpa berniat mundur.
Sepuluh menit berlalu.
Keributan telah usai. Suasana masih hangat karena pertempuran mereka. Jendela mobil terbuka, membiarkan dinginnya angin memasuki kabin mobil, juga mendinginkan kepala kedua remaja itu.
Baik Sasa maupun Kaneka menyandar di kursinya masing- masing tanpa mengeluarkan suara. Hanya napas mereka yang masih memburu.
" Apakah kita akan terus di sini? Kapan bocah itu datang membukakan gerbang?" Sasa, setelah emosinya mereda, memecah keheningan.
" Gue sedang menunggu kalian selesai saling membunuh." Sahut Gendis, dengan senyum lebar, " Bagaimana rasanya menemukan pasangan yang pas untuk berkelahi?'
" Pasangan apa?!"
" Jangan membuatku muntah, Gendis!"
Sasa dan Kaneka merespon dengan kompak, mengejutkan mereka bertiga. Lalu hening.
" Ck. Kalian berdua membuatku sakit kepala." Gendis memijat pelipisnya pelan, " Berbicara dengan normal saja, bisa kan? Ngga perlu berteriak segala."
" Gen, Sory." Kata Kaneka dari kursi belakang.
" Iya, ngga apa- apa. Gue hanya harus mulai membiasakan diri berada di tengah- tengah badai. Kita akan sering bareng, jadi gw rasa pemandangan kalian bergulat akan sering gw lihat.
" Kenapa brengs*k ini harus bareng kita, sih" Gw ngga suka dia, gw benci dia sampai mamp*s."
" Lu akan tahu alasannya nanti, ngga sekarang." Kata Gendis.
Tawa mengejek terdengar dari kursi belakang, " Di dunia ini hanya Gendis yang tahan dengan manusia barbar macam lu. Gue sampai heran, mau ya Gendis punya temen kayak lu."
" Tutup mulut lu?!" Pekik Sasa kembali panas, " Gue ngga takut sama lu, tahu!"
" Cewek gila!"
" Apa kata lu?!" Cari mati lu, ya?!"
" Cukuuuuppppp,.....!" Suara Gendis yang dingin menghentikan Sasa dan Kaneka yang berniat meneruskan pertikaian mereka. Keduanya terdiam dengan malu.
" Gendis, sebaiknya lu ralat kembali keinginan lu untuk membawa brengs*k ini bareng- bareng. Gue ngga tahan sama dia. Gue bisa darah tinggi terus adu bacot sama dia. Lama- lama gue bisa punya penyakit."
Dengan pengendalian diri yang kuat, Gendis mengabaikan rasa ingin menendang keduanya kencang- kencang. Wajahnya tetap datar, tidak memberikan reaksi atas permintaan Sasa yang sedikit memaksa.
" Biasakan diri kalian satu sama lain untuk bareng. Gue cukup memiliki kesabaran kali ini, tapi ngga tahu lain kali."
" Tapi,..."
" Apa lu ngga ngerti bahasa manusia?" Saking sebelnya dengan kebatuan Sasa, Kaneka bersuara lagi, " BIASAKAN DIRI MULAI SEKARANG. PAHAM KAGA?!"
" TAPI INI MOBIL GUE! GUE NGGA SUDI LU NAIK MOBIL GUE!"
" Ckckck,...sombong sekali gadis ini."Kaneka yang saling melotot dengan Sasa dengan cepat mengalihkan pandangannya ke sebelah, ke Gendis." Motor gue ada di rumah. Mulai besok dan seterusnya lebih baik lu berangkat sekolah bareng gue. Cewek gila di sebelah lu ini sombongnya selangit. Gue kuatir lu akan tertular sombongnya kalau dekat dengannya lama- lama."
Sasa yang kembali terprovokasi Kaneka menggeram. Di matanya, kobaran kemarahan sudah membakar dirinya, " SIAPA LU BERANI ATUR- ATUR GENDIS, HAH?!"
Dengan santai Kaneka melipat kedua tangannya di depan dada. Sambil mengambil udara banyak- banyak dengan hidungnya ia menempelkan punggungnya di kursi. " Lihat anak yang sombong ini. Gue binggung, sumpah. Bagaimana Gendis yang baik bisa memiliki teman berkelakuan buruk seperti lu." Kaneka menatap Sasa tajam. " Lu harus rubah tabiat lu, Sasa."
" GUE NGGA BUTUH LU UNTUK MENGURUSI HIDUP GUE, BRENGS*K!"
" Gendis, lebih baik lu hubungi teman lu itu sekarang. Katakan kepadanya bahwa kita sudah ada di depan pintu gerbang." Kaneka tak berniat meneruskan perang mulut dengan Sasa, ia lebih baik mundur.
" Oh,...oke, oke." Gendis melirik Sasa sejenak, dan melempar senyuman semanis madu, " Sasa, Kendalikan emosi lu." Katanya pelan, sedikit merayu," Wajah cantik lu bisa berubah menjadi monster rawa menakutkan jika lu marah- marah terus."
" Hueeekkk!" Kaneka nyaris muntah mendengarnya.
Tinju Sasa terangkat ke udara," Kau lihat, kan, dia sangat menyebalkan, Gendis." Hampir saja Sasa terpancing lagi. Teringat perkataan Gendis ia perlahan meredam kemarahannya. Tarik napas dan keluarkan perlahan- lahan. Akhirnya, sarafnya yang kaku mulai melemas.
Gendis menekan tombol radial di ponsel, lalu menempelkan benda pink itu di telinganya.
" Gendis, kau di mana?" Baru sekali nada panggil berbunyi, seseorang di ujung sana telah mengangkatnya. Sepertinya orang itu sudah menunggu mereka.
" Aran, kami sudah di depan gerbang sesuai lokasi yang kau berikan. Tapi, aku tidak yakin, apakah ini benar alamatnya."
Hening sejenak. " Apakah kalian naik mobil berwarna hitam dengan nomor XXX?"
Itu adalah mobil Sasa. " Ya," Sahut Gendis, " Benar. Kami naik mobil itu."
" Baiklah, Tunggu sebentar. Gerbangnya akan terbuka sebentar lagi."
Lega karena mereka tiba di lokasi yang benar, Gendis segera menyimpan ponselnya ke saku celananya.
" Benar ini alamatnya." Katanya memberitahu kedua orang yang masih saling terdiam. Ia menghela napas tak berdaya. Sepertinya akan sulit bagi keduanya untuk bersama tanpa bertengkar. Mereka tidak saling menyukai.
" Tunggu dia membuka gerbangnya."
Kurang dari tiga menit, gerbang besi berukuran raksasa di hadapan mereka mengeluarkan suara KLIK, lalu dengan otomatis bergerak ke samping.
Setelah dirasa cukup, Sasa bersiap. Ia memegang tuas gigi, menginjak gas, lalu membawa teman- temannya memasuki gerbang.
🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Candu_21
kaneka?
2021-03-13
0