Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Narayan dan Franda tidak langsung pulang ke rumah sekeluarnya mereka dari mall.
Ada sebuah kedai penjual mie tak jauh dari kediaman Franda. Kedai itu hanya ada di malam hari saja. Karena racikannya yang lain daripada yang lain dan sangat lezat, kedai itu selalu ramai. Narayan dan Franda sering nongkrong menghabiskan dua- tiga mangkuk mie di sana setiap kali datang.
Seperti biasa, kedai ramen ramai saat mereka tiba. sepuluh meja kayu sebagian besar telah berisi orang. Seperti mereka, para pengunjung yang datang begitu mengilai ramen.
" Aran dan Franda. Ayo, masuk- masuk. Silahkan cari tempat utk duduk. Paman akan buatkan ramen spesial kesukaan kalian." Pria kurus paruh baya menyambut keduanya di mulut kedai. Pria paruh baya itu adalah pemilik kedai. Mereka sudah saling mengenal.
" Buatkan sedikit pedas, Paman." Kata Franda ceria, sembari memimpin Aran menuju kursi yang masih kosong. Keduanya langsung menjatuhkan diri ke kursi kayu dan menunggu pesanan mereka datang.
" Sudah 12 tahun berlalu. Belum ada petunjuk sedikit pun mengenai keberadaannya." Narayan angkat bicara setelah beberapa saat kemudian. Franda mendengarkan, walaupun matanya berkelana memperhatikan para tamu yang ada di dalam kedai.
" Begitu lama dan masih belum terungkap. Apakah begitu sulit Kasusnya?" Mata Franda mengakhiri jalan- jalannya, kini menatap sahabatnya yang duduk tepat di depannya. Nada suaranya terdengar penasaran.
Menghela napas dengan sedih, Narayan mengangguk, " Hampir 12 tahun, Franda." Katanya, " Kasus penculikan itu belum terungkap hingga kini. Siapa dalangnya dan apa tujuannya, tidak ada yang tahu pasti. Mereka hanya membuat praduga dan mengira- ngira."
Pada akhirnya, Narayan menceritakan rahasia yang tersimpan lebih dari 12 tahun hidupnya kepada Franda. Ia membiarkan Franda tahu masalah bertahun- tahun yang lalu yang masih menghantuinya hingga kini. Franda sahabatnya, terlepas dari sifat dan kelakuan yang sering menyebalkan, ia sangat mempercayainya.
Walaupun mereka tumbuh besar bersama- sama, namun kebersamaan mereka nyatanya sangat jarang terjadi. Langka. Jika dihitung-hitung mungkin setahun hanya dua kali mereka bertemu, paling banyak tiga kali. Narayan besar dan menghabiskan hidupnya di luar negeri, tepatnya di Amerika.
Kedatangan Narayan kembali ke tanah air tidak pernah lebih dari seminggu setiap tahunnya. Kali ini pun sama. Dia akan berada di Indonesia hanya tiga hari saja, setelahnya dia akan kembali ke Amerika.
Malam ini adalah malam terakhir Narayan. Ia telah menyelesaikan urusannya selama dua hari ini bersama paman dan pengacara keluarganya. Menandatangi beberapa berkas penting dengan pengawasan ketat mereka. Pesawat akan membawanya pergi besok pagi-pagi sekali.
Narayan tidak memiliki banyak teman. Hanya Franda, satu- satunya orang yang bocah itu perbolehkan untuk dekat dengannya. Narayan memang sangat selektif dalam memilih orang- orang yang dekat dengannya. Banyak sekali alasannya. Jadi, ia sangat hati-hati.
Dua mangkuk ramen pesanan mereka telah datang. Narayan dan Franda segera mengambil sumpit dan sendok dan siap menghabisinya.
" Kejadiannya begitu lama, lebih dari 12 tahun yang lalu." Pipi Franda membulat karena mulutnya penuh dengan makanan. Larangan berbicara dengan mulut penuh tak berlaku baginya. Bersyukur, Narayan sudah terbiasa dengan kelakuannya dan tidak ambil pusing dengan hal itu. " Bagaimana kau bisa yakin mengatakan bahwa Gendis adalah bocah perempuan yang kau kenal bernama Aya?"
Narayan berhenti mengunyah, terdiam sejenak, sebelum melanjutkan kalimatnya,
" Suaranya, Sasa." Sahut Narayan, pelan," Aku mengenali suaranya. Jeritan Gendis waktu terjatuh begitu familiar di telingaku. Dulu aku sering menganggunya, jadi aku tahu jeritan khasnya. Dan suaranya, meskipun sedikit berbeda karena faktor usia, tapi aku sangat akrab mendengarnya. Sama persis. Dan kedua matanya. Warnanya abu-abu. Aya memiliki bola mata yang sama dengannya."
Franda telah menghabiskan semangkuk ramen miliknya. Ia meletakkan sumpit di mangkuk kosong dan meraih gelas.
Ia menangkap keseluruhan cerita Narayan. Kepalanya terangguk- angguk tanpa sadar. Akhirnya, keanehan Narayan hari ini, tepatnya setelah bertemu dengan gadis bernama Gendis itu, terjawab sudah. Ia tidak tahu ada cerita serumit itu dalam kehidupan kecil Narayan bertahun- tahun yang lalu.
" Bahkan saat kau menemukan titik awal pencarian sahabatmu, Aran, melalui Gendis, kau tidak akan berjalan terlalu jauh." Franda menatap Narayan dengan serius, " Maksudku adalah butuh waktu yang panjang untuk membuktikan hal itu. Kau harus menyelidiki Gendis, mendekatinya untuk tahu lebih banyak mengenai dirinya, dan memastikan bahwa dia memang bocah itu, Aya. Tapi, bukankah besok pagi kau akan kembali ke Amerika,...."
" Aku membatalkan keberangkatanku besok pagi." Potong Narayan pelan, membuat Franda nyaris terpelanting jatuh dari kursi saking kagetnya.
" Wowww! Kau serius?" Franda terpekik.
Narayan memperlihatkan mimik serius, " Lihat aku baik- baik, Franda." Titahnya," Apakah aku terlihat sedang bercanda denganmu?"
Sekali pandang, Franda tahu jika Narayan serius dengan perkataannya." Kau keren, seperti biasa."
" Bahkan mungkin kali ini aku akan tinggal lebih lama dari biasanya." Tambah Narayan.
Tak bisa menyembunyikan kekagetannya, Franda menutup mulut dengan telapak tangannya, " Aran, kau tahu, aku sangat senang mendengarnya. Kita bisa bersama- sama bermain seperti dulu."
Sebuah senyuman muncul di bibir Narayan, " Akhirnya, aku memiliki alasan untuk berada di sini. "
" Apa maksudmu?" Tanya Franda dengan kerutan di keningnya, " Kau lahir di sini, keluargamu di sini, tentu saja kau harus berada di sini. Bukan di negeri orang yang jauh itu."
Narayan tak menggubrisnya, " Kau tidak tahu apa- apa,..."
" Kau terlalu banyak menyimpan rahasia dariku, Aran." Sedikit kesal terdengar dari nada suara Franda, " Tapi, tak apa- apa. Aku selalu siap menyediakan kupingku, tenagaku, untukmu. Kau bisa minta bantuan si cantik ini kapanpun kau perlu."
Narayan tertawa pelan, " Kau murahan sekali."
" Karena kau sudah memutuskan untuk tetap berada di sini itu berarti besok kau bisa datang ke pesta ulang tahun adikku, kan? Aran, kau harus datang. Keluargaku sangat merindukanmu, terutama adikku itu. Dia pasti senang jika kau datang."
" Sepertinya aku bisa." Narayan menyahut pelan. Ia dan keluarga Franda sangat dekat. Orangtuanya dan orang tua Franda adalah sahabat baik. " Ngomong-ngomong tentang baby Vay dan ulang tahunnya, " Setelah jeda, Narayan melanjutkan, "aku mau lihat kado apa yang akan kau berikan padanya? Apakah aku masih sempat mencari kado untuk Baby Vay besok atau tidak."
Dengan antusias Franda meraih kantong plastik yang ia letakan di bawah kakinya.
" Aku membelikannya sepatu balet pink." Kata Franda, sembari mengeluarkan kotak dari platik dan meletakannya di atas meja.
Narayan segera mengulurkan tangannya, dan membuka penutup kotak di depannya itu. Setelah kotak terbuka, kedua alis Narayan menari- nari terkejut, " Sepatu balet pink? Franda, apakah kau yakin?"
Melihat kedua alis Narayan bergerak- gerak seakan sedang mengejeknya, gadis itu merasa ada yang aneh.
" Apa maksudmu?" Franda mengintip ke dalam kardus sepatu, untuk sepatu balet yang baru saja dibelinya. Tidak ada yang aneh menurutnya. Kenapa Narayan seperti itu?
Aneh.
" APA INI,....?" Kedua mata Franda membesar dan kerutan muncul di dahinya setelah melihat isi kotak.
Sepatu balet berwarna pink, hadiah yang sudah ia persiapkan untuk Baby Vay adiknya, berubah menjadi sepatu bola berwarna oranye!
" Aran, sepatu Baby Vay tertukar..." Kalimat itu tanpa sadar keluar dari bibir Franda.
Tawa Narayan pecah.
" Kenapa kau malah tertawa? Sepatu Baby Vay tertukar dengan sepatu bola entah milik siapa. Aran, tidak lucu!"
" Aku tidak tertawa untuk barang yang tertukar ini, Franda. Kau salah paham."
" Lalu untuk apa kau ketawa? DASAR ANEH!"
" Apakah kau percaya takdir, Franda?" Narayan menatap sahabatnya lekat- lekat. Mereka saling berpandangan dalam diam cukup lama.
" Gendis?" Franda menebak, " Apakah sepatu bola itu milik Gendis?"
" Benar sekali." Puas karena Franda dengan cerdas dapat menangkap maksudnya," Aku sedang membayangkan adegan lucu saat Gendis membuka kotak sepatunya. Pasti seru sekali."
💮💮💮
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments