Chapter 08~ Ini Adalah Takdir

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Narayan dan Franda tidak langsung pulang ke rumah sekeluarnya mereka dari mall.

Ada sebuah kedai penjual mie tak jauh dari kediaman Franda. Kedai itu hanya ada di malam hari saja. Karena racikannya yang lain daripada yang lain dan sangat lezat, kedai itu selalu ramai. Narayan dan Franda sering nongkrong menghabiskan dua- tiga mangkuk mie di sana setiap kali datang.

Seperti biasa, kedai ramen ramai saat mereka tiba. sepuluh meja kayu sebagian besar telah berisi orang. Seperti mereka, para pengunjung yang datang begitu mengilai ramen.

" Aran dan Franda. Ayo, masuk- masuk. Silahkan cari tempat utk duduk. Paman akan buatkan ramen spesial kesukaan kalian." Pria kurus paruh baya menyambut keduanya di mulut kedai. Pria paruh baya itu adalah pemilik kedai. Mereka sudah saling mengenal.

" Buatkan sedikit pedas, Paman." Kata Franda ceria, sembari memimpin Aran menuju kursi yang masih kosong. Keduanya langsung menjatuhkan diri ke kursi kayu dan menunggu pesanan mereka datang.

" Sudah 12 tahun berlalu. Belum ada petunjuk sedikit pun mengenai keberadaannya." Narayan angkat bicara setelah beberapa saat kemudian. Franda mendengarkan, walaupun matanya berkelana memperhatikan para tamu yang ada di dalam kedai.

" Begitu lama dan masih belum terungkap. Apakah begitu sulit Kasusnya?" Mata Franda mengakhiri jalan- jalannya, kini menatap sahabatnya yang duduk tepat di depannya. Nada suaranya terdengar penasaran.

Menghela napas dengan sedih, Narayan mengangguk, " Hampir 12 tahun, Franda." Katanya, " Kasus penculikan itu belum terungkap hingga kini. Siapa dalangnya dan apa tujuannya, tidak ada yang tahu pasti. Mereka hanya membuat praduga dan mengira- ngira."

Pada akhirnya, Narayan menceritakan rahasia yang tersimpan lebih dari 12 tahun hidupnya kepada Franda. Ia membiarkan Franda tahu masalah bertahun- tahun yang lalu yang masih menghantuinya hingga kini. Franda sahabatnya, terlepas dari sifat dan kelakuan yang sering menyebalkan, ia sangat mempercayainya.

Walaupun mereka tumbuh besar bersama- sama, namun kebersamaan mereka nyatanya sangat jarang terjadi. Langka. Jika dihitung-hitung mungkin setahun hanya dua kali mereka bertemu, paling banyak tiga kali. Narayan besar dan menghabiskan hidupnya di luar negeri, tepatnya di Amerika.

Kedatangan Narayan kembali ke tanah air tidak pernah lebih dari seminggu setiap tahunnya. Kali ini pun sama. Dia akan berada di Indonesia hanya tiga hari saja, setelahnya dia akan kembali ke Amerika.

Malam ini adalah malam terakhir Narayan. Ia telah menyelesaikan urusannya selama dua hari ini bersama paman dan pengacara keluarganya. Menandatangi beberapa berkas penting dengan pengawasan ketat mereka. Pesawat akan membawanya pergi besok pagi-pagi sekali.

Narayan tidak memiliki banyak teman. Hanya Franda, satu- satunya orang yang bocah itu perbolehkan untuk dekat dengannya. Narayan memang sangat selektif dalam memilih orang- orang yang dekat dengannya. Banyak sekali alasannya. Jadi, ia sangat hati-hati.

Dua mangkuk ramen pesanan mereka telah datang. Narayan dan Franda segera mengambil sumpit dan sendok dan siap menghabisinya.

" Kejadiannya begitu lama, lebih dari 12 tahun yang lalu." Pipi Franda membulat karena mulutnya penuh dengan makanan. Larangan berbicara dengan mulut penuh tak berlaku baginya. Bersyukur, Narayan sudah terbiasa dengan kelakuannya dan tidak ambil pusing dengan hal itu. " Bagaimana kau bisa yakin mengatakan bahwa Gendis adalah bocah perempuan yang kau kenal bernama Aya?"

Narayan berhenti mengunyah, terdiam sejenak, sebelum melanjutkan kalimatnya,

" Suaranya, Sasa." Sahut Narayan, pelan," Aku mengenali suaranya. Jeritan Gendis waktu terjatuh begitu familiar di telingaku. Dulu aku sering menganggunya, jadi aku tahu jeritan khasnya. Dan suaranya, meskipun sedikit berbeda karena faktor usia, tapi aku sangat akrab mendengarnya. Sama persis. Dan kedua matanya. Warnanya abu-abu. Aya memiliki bola mata yang sama dengannya."

Franda telah menghabiskan semangkuk ramen miliknya. Ia meletakkan sumpit di mangkuk kosong dan meraih gelas.

Ia menangkap keseluruhan cerita Narayan. Kepalanya terangguk- angguk tanpa sadar. Akhirnya, keanehan Narayan hari ini, tepatnya setelah bertemu dengan gadis bernama Gendis itu, terjawab sudah. Ia tidak tahu ada cerita serumit itu dalam kehidupan kecil Narayan bertahun- tahun yang lalu.

" Bahkan saat kau menemukan titik awal pencarian sahabatmu, Aran, melalui Gendis, kau tidak akan berjalan terlalu jauh." Franda menatap Narayan dengan serius, " Maksudku adalah butuh waktu yang panjang untuk membuktikan hal itu. Kau harus menyelidiki Gendis, mendekatinya untuk tahu lebih banyak mengenai dirinya, dan memastikan bahwa dia memang bocah itu, Aya. Tapi, bukankah besok pagi kau akan kembali ke Amerika,...."

" Aku membatalkan keberangkatanku besok pagi." Potong Narayan pelan, membuat Franda nyaris terpelanting jatuh dari kursi saking kagetnya.

" Wowww! Kau serius?" Franda terpekik.

Narayan memperlihatkan mimik serius, " Lihat aku baik- baik, Franda." Titahnya," Apakah aku terlihat sedang bercanda denganmu?"

Sekali pandang, Franda tahu jika Narayan serius dengan perkataannya." Kau keren, seperti biasa."

" Bahkan mungkin kali ini aku akan tinggal lebih lama dari biasanya." Tambah Narayan.

Tak bisa menyembunyikan kekagetannya, Franda menutup mulut dengan telapak tangannya, " Aran, kau tahu, aku sangat senang mendengarnya. Kita bisa bersama- sama bermain seperti dulu."

Sebuah senyuman muncul di bibir Narayan, " Akhirnya, aku memiliki alasan untuk berada di sini. "

" Apa maksudmu?" Tanya Franda dengan kerutan di keningnya, " Kau lahir di sini, keluargamu di sini, tentu saja kau harus berada di sini. Bukan di negeri orang yang jauh itu."

Narayan tak menggubrisnya, " Kau tidak tahu apa- apa,..."

" Kau terlalu banyak menyimpan rahasia dariku, Aran." Sedikit kesal terdengar dari nada suara Franda, " Tapi, tak apa- apa. Aku selalu siap menyediakan kupingku, tenagaku, untukmu. Kau bisa minta bantuan si cantik ini kapanpun kau perlu."

Narayan tertawa pelan, " Kau murahan sekali."

" Karena kau sudah memutuskan untuk tetap berada di sini itu berarti besok kau bisa datang ke pesta ulang tahun adikku, kan? Aran, kau harus datang. Keluargaku sangat merindukanmu, terutama adikku itu. Dia pasti senang jika kau datang."

" Sepertinya aku bisa." Narayan menyahut pelan. Ia dan keluarga Franda sangat dekat. Orangtuanya dan orang tua Franda adalah sahabat baik. " Ngomong-ngomong tentang baby Vay dan ulang tahunnya, " Setelah jeda, Narayan melanjutkan, "aku mau lihat kado apa yang akan kau berikan padanya? Apakah aku masih sempat mencari kado untuk Baby Vay besok atau tidak."

Dengan antusias Franda meraih kantong plastik yang ia letakan di bawah kakinya.

" Aku membelikannya sepatu balet pink." Kata Franda, sembari mengeluarkan kotak dari platik dan meletakannya di atas meja.

Narayan segera mengulurkan tangannya, dan membuka penutup kotak di depannya itu. Setelah kotak terbuka, kedua alis Narayan menari- nari terkejut, " Sepatu balet pink? Franda, apakah kau yakin?"

Melihat kedua alis Narayan bergerak- gerak seakan sedang mengejeknya, gadis itu merasa ada yang aneh.

" Apa maksudmu?" Franda mengintip ke dalam kardus sepatu, untuk sepatu balet yang baru saja dibelinya. Tidak ada yang aneh menurutnya. Kenapa Narayan seperti itu?

Aneh.

" APA INI,....?" Kedua mata Franda membesar dan kerutan muncul di dahinya setelah melihat isi kotak.

Sepatu balet berwarna pink, hadiah yang sudah ia persiapkan untuk Baby Vay adiknya, berubah menjadi sepatu bola berwarna oranye!

" Aran, sepatu Baby Vay tertukar..." Kalimat itu tanpa sadar keluar dari bibir Franda.

Tawa Narayan pecah.

" Kenapa kau malah tertawa? Sepatu Baby Vay tertukar dengan sepatu bola entah milik siapa. Aran, tidak lucu!"

" Aku tidak tertawa untuk barang yang tertukar ini, Franda. Kau salah paham."

" Lalu untuk apa kau ketawa? DASAR ANEH!"

" Apakah kau percaya takdir, Franda?" Narayan menatap sahabatnya lekat- lekat. Mereka saling berpandangan dalam diam cukup lama.

" Gendis?" Franda menebak, " Apakah sepatu bola itu milik Gendis?"

" Benar sekali." Puas karena Franda dengan cerdas dapat menangkap maksudnya," Aku sedang membayangkan adegan lucu saat Gendis membuka kotak sepatunya. Pasti seru sekali."

💮💮💮

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 01~ Salah Sasaran
3 Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4 Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5 Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6 Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7 Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8 Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9 Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10 Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11 Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12 Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13 Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14 Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15 Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16 Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17 Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18 Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19 Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20 Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21 Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22 Chapter 21~ Hujan air mata
23 Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24 Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25 Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26 Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27 Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28 Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29 Chapter 28~ Keputusan Bastian
30 Chapter 29 Warna yang identik
31 Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32 Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33 Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34 Chapter 33 Bara yang kian menyala
35 Chapter 34 Berita terpanas!
36 Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37 Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38 Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39 Chapter 38 Rival (1)
40 Chapter 39 Rival (2)
41 Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42 Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43 Chapter 42 Satu di Antara Dua
44 Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45 Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46 Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47 Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48 Chapter 47 Meringkusnya
49 Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50 Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51 Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52 Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53 Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54 Chapter 53 Awal Persahabatan
55 Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56 Chapter 55 Gigitan Terakhir
57 Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58 Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59 Chapter 58 Berjumpa Narayan
60 Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61 Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62 Chapter 61 Mimpi versus Realita
63 Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64 Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65 Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66 Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67 Chapter 66 Mengambil Sikap
68 Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69 Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70 Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71 Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 01~ Salah Sasaran
3
Chapter 02~ Dendam si Paruh Tajam
4
Chapter 03~ Makan Malam Terakhir
5
Chapter 04~ Ulang Tahun si Kembar
6
Chapter 05~ Perjumpaan yang Menyakitkan (1)
7
Chapter 06~ Perjumpaan yang Menyakitkan (2)
8
Chapter 07~ Menawarkan Diri Menjadi Teman
9
Chapter 08~ Ini Adalah Takdir
10
Chapter 09~ Hukuman untuk Gendis
11
Chapter 10~Tugas Sang Ketua Kelas
12
Chapter 11~ Menyelidiki Kehidupan...
13
Chapter 12~ Menyambangi rumah Franda
14
Chapter 13~ Menerima Perbedaan, Itulah Teman
15
Chapter 14~ Sama- sama menyukai susu coklat (1)
16
Chapter 15~ Sama- sama menyukai susu coklat (2)
17
Chapter 16~ Bos mencarimu, Ken!
18
Chapter 17~ Tanpa Alas Kaki
19
Chapter 18~ Tim Pamela vc Tim Gendis
20
Chapter 19~ Pertumpahan Darah (1)
21
Chapter 20: Pertumpahan Darah (2)
22
Chapter 21~ Hujan air mata
23
Chapter 22~ Membawa Gendis ke rumah sakit
24
Chapter 23~ Sepuluh menit yang berharga
25
Chapter 24~ Kebersamaan yang membuat iri
26
Chapter 25~ Mengupas kulit bawang, selapis demi selapis
27
Chapter 26~ Nemenin mama reuni
28
Chapter 27~ Dua orang yang menyebalkan
29
Chapter 28~ Keputusan Bastian
30
Chapter 29 Warna yang identik
31
Chapter 30 Dunia,... begitu sempit
32
Chapter 31 Bahkan kami tidak saling mengenal, sampai,...
33
Chapter 32 Kami tidak pacaran!
34
Chapter 33 Bara yang kian menyala
35
Chapter 34 Berita terpanas!
36
Chapter 35 Membungkam mulut semua anak
37
Chapter 36 Karena kau sahabatku,...
38
Chapter 37 Menyelamatkan Morin
39
Chapter 38 Rival (1)
40
Chapter 39 Rival (2)
41
Chapter 40 Merah, Kuning, Hijau,...
42
Chapter 41 Menyelesaikan Masalah
43
Chapter 42 Satu di Antara Dua
44
Chapter 43 Dukungan untuk Morin
45
Chapter 44 Pemikiran Sederhana Gendis
46
Chapter 45 Sisi Paranoid Sasa
47
Chapter 46 Morin dan Kisah Hidupnya
48
Chapter 47 Meringkusnya
49
Chapter 48 Aku Menolongmu Karena,...
50
Chapter 49 Dia yang Bernama Gendis
51
Chapter 50 Penyelidikan Identitas Diri (1)
52
Chapter 51 Penyelidikan Identitas Diri (2)
53
Chapter 52 Penyelidikan Identitas Diri (3)
54
Chapter 53 Awal Persahabatan
55
Chapter 54 Berbagi Kebahagiaan Kecil
56
Chapter 55 Gigitan Terakhir
57
Chapter 56 Satu Rahasia Banyak Kisah (1)
58
Chapter 57 Satu Rahasia Banyak Kisah (2)
59
Chapter 58 Berjumpa Narayan
60
Chapter 59 Menangislah, bahu ini tersedia untukmu
61
Chapter 60 Pertengkaran Pertama Mereka
62
Chapter 61 Mimpi versus Realita
63
Chapter 62 Cuka di Wajah Gema
64
Chapter 63 Kesimpulan yang Keliru
65
Chapter 64 Meluruskan Simpul (1)
66
Chapter 65 Meluruskan Simpul (2)
67
Chapter 66 Mengambil Sikap
68
Chapter 67 Kegelisahan Gendis
69
Chapter 68 Si Kembar yang Menjengkelkan
70
Chapter 69 Mengumpulkan Sampel (1)
71
Chapter 70 Mengumpulkan Sampel (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!