Tepat pukul 12 lewat satu menit keluarga Darma merayakan ulang tahun putera kembar mereka, Galang dan Gilang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada perayaan khusus atau pesta meriah yang mengundang begitu banyak orang. Hanya keluarga inti yang hadir, pasangan orang tua yang telah melahirkan mereka ke dunia dan adik cantik kesayangan mereka.
Acara sederhana ini diadakan di ruang keluarga. Setelah sebelumnya memberi kejutan dengan mendatangi kamar si kembar, membuka pintu kamar mereka secara diam-diam, dan membunyikan alarm kebakaran persis di telinga mereka yang sedang terlelap. Si bungsu, yang dapat menebak reaksi kedua kakak kembarnya, tertawa terbahak-bahak begitu mereka terbangun dengan teriakan kalap. Menjerit sekeras-kerasnya seakan terjadi kebakaran sungguhan di rumah mereka.
Papa dan Mama juga ikut tertawa sampai perut mereka sakit. Sungguh, reaksi panik yang ditunjukkan Galang dan Gilang sangat lucu. Ketiganya sampai tidak berhenti tertawa untuk beberapa waktu lamanya. Rencana memberi kejutan berhasil!
Kejutan pertama telah sukses, kini si bungsu membawa kedua kakak gantengnya ke ruang tengah, di mana kejutan kedua telah menanti.
Dengan kedua mata tertutup kain, lima manusia itu memasuki ruangan yang sengaja digelapkan. Papa yang menuntun Galang, dan mama yang menuntun Gilanf, memposisikan keduanya berdampingan, lalu membuka ikatan kain yang menutupi mata mereka.
Betapa terkejutnya si kembar, ketika mata mereka sudah terbebas dari kain penutup. Dengan kompak papa, mama dan adiknya bernyanyi sembari bertepuk tangan di depan meja yang di tengah-tengahnya berdiri sebuah cake penuh bunga mawar dengan lilin menyala di atasnya. Inilah kejutan kedua dari sang adik tercinta!
" Oh my god,... sungguh cantik sekali kuenya!" Senyuman lebar menghiasi wajah si kembar, melihat cakes ulang tahun mereka. Keduanya melirik sang mama dan adik perempuan mereka secara bergantian. Menduga-duga siapa di antara mereka yang telah membuat cakes mawar itu.
Perlu diketahui bahwa wanita cantik yang telah melahirkan si kembar dan Gendis adalah seorang Pastry Chef terkenal, bukan hanya di dalan negeri tapi juga di luar negeri. Ya, Gladys, pernah menyandang predikat juara pertama lomba memasak yang diadakan Setiap tahun di dalam negeri, juga sering memenangkan perlombaan di kancah internasional.
Kecintaannya Gladys pada dunia pastry dan bakery juga mengantarkannya ke Paris Perancis untuk menimba ilmu di salah satu restoran terkenal di sana. Di negara romantis itu juga Gladys bertemu dengan pria pujaan hatinya, Darma Saputra, yang sekarang menjadi suami seumur hidupnya.
Kedua muda mudi yang sedang jatuh cinta itu kembali ke tanah air dan segera melangsungkan pernikahan. Mereka kembali menaiki pesawat ke Paris Perancis untuk berbulan madu di sana. Di bawah Menara Effel dan di bawah guyuran salju keduanya menunjukkan cincin pernikahan mereka
Janji sehidup semati di tempat romantis di dunia, adalah momentum yang tak terlupakan seumur hidup. Duh, romantisnya!
Dua bulan keduanya menghabiskan waktu berbulan madu di Paris Perancis. Banyak rencana sudah mereka susun sekembalinya mereka ke tanah air Darma tidak pernah melarang istrinya untuk bekerja. Ia adalah tipe pria yang selalu mendukung apapun keinginan Gladys, Asalkan wanita itu senang. Dan, saat sang istri berencana membuka kedai Cakes and Pastry, ia pun langsung menyetujuinya.
Pada tahun pertama pernikahan mereka, sebuah kedai Cakes and Pastry telah berdiri yang diberi nama LO🍰🎂🍮🍩VE. Pada tahun yang sama pula, Gladys dinyatakan positif hamil. Sungguh, lengkap sudah kebahagiaan mereka.
Kembali ke acara ulang tahun si kembar, Galang dan Gilang.
Setelah kelimanya menyanyikan lagu ulang tahun bersama- sama, Galang dan Gilang yang berdiri bersisian, dengan kompak mengangkat kedua tangan mereka di depan dada, memejamkan mata lalu tengelam dalam doa.
Entah apa yang mereka panjatkan dalam doa- doa mereka, yang pasti, setelah dua menit berselang, keduanya membuka mata secara bersamaan. Galang dan Gilang menghadap satu sama lain lalu berpelukan. Mata keduanya berkaca-kaca kala berpandangan.
" Selamat ulang tahun, Bro!" Kata Galang pada saudaranya, dengan senyuman.
" Selamat ulang tahun juga, my bro!" Balas Gilang ikut melebarkan bibirnya.
Mama tak sanggup menahan air mata menyaksikan kedua puteranya berpelukan dan saling mengucapkan selamat ulang tahun. Air matanya menetes di pipi. Dengan lembut papa menyentuh pipinya, menghapus air mata itu. Lalu memeluk Mama.
Gendis yang berada di samping tidak mau ketinggalan. Ia memeluk sang Mama tercinta sama eratnya dengan pelukan papa.
Fokus ke acara inti. Menyudahi acara peluk cium yang mengharu biru, Galang dan Gilang kini menumpahkan seluruh perhatian mereka ke arah cakes taman mawar nan cantik Dengan lilin menyala di atasnya. Si kembar menarik napas dalam bersamaan, kemudian dengan sedikit membungkuk ke depan, mereka meniup lilin yang menyala hingga padam.
" Horeee!" Gendis langsung bertepuk tangan diikuti kedua orang tuanya.
" Apakah kau yang membuat kue ini?" Galang melempar senyum sumringah ke arah adiknya.
" Bagaiman menurutmu, kak?" Gendis malah meminta pendapatnya sebagai jawaban," Penilaian pertama dari kaca mata pecinta rasa. Dari segi penampilan, terlebih dahulu."
Kakak kembarnya tidak segera menjawab. Memberi penilaian hanya dengan sekali pandang bukanlah hal yang mudah. Mereka terlahir dari rahim seorang wanita yang memiliki tangan ajaib dan cita rasa yang tinggi terhadap hasil karya. MENGHARGAI adalah sesuatu yang melekat pada kepribadian mereka, akan hal apa pun, terutama penciptaan karya.
" Untuk pencinta rasa sepertiku, lidah dan mata adalah hal penting untuk menilai. Meski terkadang saling menipu satu sama lain, semestinya mereka akur dan memiliki penilaian yang sama. Jika mataku berbicara, kue ini sangat sempurna! melebihi batas tertinggi imajinasiku."
Sementara Galang memberi komentar, kembarannya Gilang dengan Hati- hati mencabut dua lilin yang tertancap di sana. Ia tidak ingin merusak hasil karya Gendis yang langka. Lilin angka satu dan delapan itu ia letakan di piring kecil di sebelah kue.
" Jika membandingkan dengan hasil karya master pastry kita, Nyonya Gladys," Mata Gilang menyambung perkataan saudaranya, sambil melirik sang mama yang tersenyum-senyum di samping papa dan adiknya," Gendis, aku ucapkan selamat untukmu, kau berhasil membawa namamu sejajar dengannya."
Pujian itu berhasil membuat si empunya karya, Gendia, melompat kegirangan, " Benarkah, kak?" Katanya tidak percaya.
Si kembar menganggukan kepala dengan kompak, " Ya, benar."
" Anak Mama yang imut ini adalah mutiara terpendam keluarga Darma." Sambung mama dengan kebanggaan yang terlihat jelas di matanya. Ia mencium pucuk kepala Gendis.
Jika ada rasa lain selain kebahagiaan saat melihat interaksi antara mama dan Gendis, si kembar mengusirnya jauh- jauh dari lubuk hati mereka. Keduanya tidak pernah memiliki rasa iri terhadap kasih sayang sang mama yang berlebihan terhadap adik mereka. Melihat Mama bahagia itu adalah yang terpenting. lagipula, siapa sih yang tidak akan sayang setengah mampus sama gadis secantik Gendis?
Tidak ada!
" Waktunya buka kado!" Papa berseru, mengejutkan mama dan anak-anaknya. Entah kapan papa menghilang, tahu- tahu, ia sudah muncul kembali dengan membawa dua bungkusan besar dengan pita pink pada masing- masing kotak kadonya.
" Waahhh!!!" Kedua remaja kembar itu tanpa sadar menangkupkan tangan pada pipi mereka bersamaan, terlihat girang. " Terima kasih, pa!"
" Apa ya isinya," Sembari cekikikan, Galang menerima kado dari papa, begitu juga Gilang.
" Bolehkan kami buka sekarang, pa?" Tidak sabaran, Gilang merobek kertas pembungkus kado.
Waaahhhhh!!!
Lagi-lagi teriakan keduanya mengema, mulut mereka menganga lebar, melihat apa yang ada di dalam kotak kadonya.
Dua lembar tiket konser BTS!
Bukan rahasia lagi jika keduanya adalah ARMY, fans setia boyband K-Pop asal Korea Selatan yang cukup terkenal itu.
Melihat kehebohan kedua kakak kembarnya, Gendis ikut- ikutan teriak. " Sekarang ini kado dariku, kak,..." Gendis buru- buru mengeluarkan dua kotak yang sudah terbungkus rapi dari bawah meja, dan mengulurkannya ke arah Galang dan Gilang.
" Wah,...kau memberikan kado juga?" Alis Galang terangkat, sedikit kaget campur heran," Bukankah kau adik paling pelit sedunia,..."
" Kakak,... Kau jahat sekali." Bibir mungil Gendis mencebik lucu.
" Seandainya kalian tahu, bagaimana kerasnya adik kalian ini bekerja untuk membelikan kalian hadiah ulang tahun." Mama lagi-lagi mencium pipi Gendis dengan kasih sayang.
" Oya?" Gilang benar- benar kaget mendengar itu. Meskipun tangannya merobek kertas kado, matanya menatap lekat adiknya. Ia berkata," Jangan bilang kau merayu mama untuk memberimu upah di kedai?"
Raut wajah Gendis memerah, karena rahasianya terbongkar. " Aku kan bekerja, kakak." Katanya membela diri, " Meskipun di kedai mama."
" Wahhhhh,...bagusnya!" Galang mengangkat sepatu futsall berwarna navy blue dari dalam kotak. Ia mencium sepatu itu dengan penuh cinta, " Gendis, terima kasih. Kau sungguh adik yang penuh perhatian. Bentuk dan warnanya sangat keren."
Gendis tersenyum lebar, " Kak Galang, warna itu sangat sulit aku dapat. Aku harus menunggunya berminggu- Minggu."
" Tentu saja aku menyukainya. Amat sangat menyukainya."
Setelah melihat kado Gendis untuk Galang, Gilang berpikiran jika kadonya pun tidak akan jauh- jauh dari sepatu. Sambil menduga-duga sepatu apa yang berada di dalam kardus, Gilang merobek bungkusan kadonya dengan sedikit lebih cepat.
" Hah,...apa ini,..?" Kening Gilang mengkerut melihat sepatu kain berwarna pink yang terlihat sangat imut di dalam kotak kadonya. Dengan ragu, tangannya meraih benda itu, dan mengangkatnya ke depan muka
" Gendis,...ini apaan, sih?"
Bukan Gilang saja yang terkaget- kaget dengan benda yang ada di depan hidungnya, tapi juga Galang, kedua orangtuanya, dan si pemberi kado, Gendis. Mulut kelimanya melonggo seperti ikan mas kekurangan air.
Itu adalah sepatu balet wanita berwarna pink....
🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Candu_21
terus?
2021-03-13
0