Setibanya di rumah, Diana menngucapkan salam dan masuk dengan langkah yang lemah, tidak ada sapaan hanya wajah tak bersemangat tergambar di mukanya.
“Ko cepat pulang, Nak?” Tanya Nenek Timah dan menghentikan langkah Diana.
Diana berhenti sejenak mencoba menyeimbangkan pikirannya tapi itu sulit, dengan raut wajah kesedihan Diana membalikkan badan dan menghambur memeluk tubuh Neneknya.
“Ada apa, Nak? Apa kamu baik-baik saja? Ceritakan sama Nenek, jangan dipendam sendiri?” Nenek Timah mengelus punggung Diana untuk memberikan ketenangan.
“Hiks...hiks...hiks...”Tangis Diana pecah, air mata tak bisa terbendung lagi.
“Nek, apakah aku orang jahat? Apakah aku tak pantas bahagia? Kenapa saat aku mulai membuka hati tetapi lagi-lagi mereka melukainya?. Hiks...”
“Kamu ngomong apa, sih. Siapa bilang cucuku orang jahat?. Perihal bahagia itu tergantung presepsi kita, Nak. Dalam hidup ini kita akan selalu diuji oleh Allah Ta’ala, apakah kita mampu melewatinya dengan sabar dan ikhlas? atau malah meratapinya?. Jangan terlalu berlarut dalam sebuah masalah, sebab dalam alquran sudah dijelaskan setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan. Jadilah pribadi yang tegar dan mampu menanggapinya dengan tenang. Soal luka, ia pasti akan sembuh. Tetap dekatkan dirimu pada Allah, agar hatimu tenang.” Nenek Timah lagi-lagi memberi ketenangan pada Diana.
“Nek, apakah setelah memberikan surat kemarin, Mutiah pernah mengatakan sesuatu?” Tanya Diana.
“Setahu Nenek, Tidak. Setelah menyerahkan surat dia langsung pamit pulang karena kamu masih tertidur.” Ujar Nenek Timah.
“Hiks....Hiks...Hiks... Nek, Mutiah sudah pergi dan meninggalkan aku. Dia tidak akan datang lagi di kota ini.”
“Oh, jadi kemarin dia mau pamit. Qadarullah, Nak. Yang sabar, semua ketetapan Allah pasti indah pada waktunya.”
“Ya sudah jangan menangis lagi, kembalilah ke kamarmu bersihkan diri dan istirahat. Jangan larut dalam kesedihan.” Ucap Nenek Timah.
Hati Diana sekarang sedikit tenang setelah menceritakan semua kesedihannya kepada Nenek Timah, ia membersihkan diri dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap ke atas, memperlihatkan balkon yang terbuat dari kayu.
“Kau tahu, Mutiah? Keberadaanmu mengalihkan hatiku terhadap luka yang lama, membawa ketenangan dan menghidupkan kembali keceriaanku yang pernah redup. Sekarang, engkau malah memadamkan cahaya yang telah lama kita jaga dari tiupan angin yang berhembus. Akankah aku mampu menerima sosok baru setelah kepergianmu?” Batin Diana.
Diana tertidur setelah matanya yang sembab tak mampu lagi bertahan karena ngantuk. Nenek Timah masuk ke kamar cucunya dan mendapatkan Diana yang sedang tertidur pulas, ia mengelus kepala Diana dan menatapnya dengan sayu.
“Maafkan Nenek, Nak. Kamu harus merasakan kesedihan setelah orang-orang terdekatmu pergi meninggalkanmu.” Ucap Nenek Timah.
“Yakinlah kepada Allah, suatu saat kesedihanmu ini akan tergantikan dengan senyum indah yang mengambang di bibirmu kelak.”
Hari mulai sore, Diana bangun untuk melaksanakan shalat ashar dan membaca dzikir. Air matanya kembali menetes mengingat semua masa yang telah ia lewati, hatinya masih terasa sakit ketika mengingat bahwa sahabatnya telah pergi dan tak akan kembali lagi.
Ia memcoba menenangkan diri dengan meluapkan semua keluh kesahnya dalam doa.
“Ya Allah Ya Tuhanku, Engkaulah pemilik hati dan kehidupan ini, kuatkanlah batin dan fisikku untuk menghadapi semua cobaan dari-Mu. Tetaplah berada di sampingku, agar aku tidak mudah terjatuh dan terjerat dengan dosa dan kemaksiatan. Aku rindu orang tuaku, Ya Allah. Aku rindu sahabatku, pertemukan kami dalam keadaan yang saling berbahagia. Aamiin” Doa Diana dan lagi-lagi air matanya menetes.
Diana kembali meluapkan rasanya dengan sebuah tulisan di buku diary.
...Senja itu telah hilang....
Di saatku termenung, engkau datang menghibur.
Menyapaku dengan senyum indahmu, meruntuhkan kesedihanku dengan tawa garingmu.
Engkau merangkulku walau kau tahu antara kita begitu banyak perbedaan.
Di saat yang lain menghina dan membenci keberadaanku, lagi-lagi engkau datang mengulurkan tanganmu.
Aku memandangmu dengan mata sayuku, wajahmu memancarkan ketenangan dalam hatiku.
Waktu terus berjalan dan kunikmati kebersamaan denganmu.
Tapi perlahan, cahayamu menghilang diganti dengan kegelapan malam yang menyapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
BELVA
💕💕💕💕💕💕👍
2021-02-03
0
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
boom like 5 episod dulu dari aku, nanti aku lanjut bacanya
ditunggu feedbacknya 😍
2021-01-14
0
Hastini
Up terus yah, Thor. Like
2021-01-08
0