Bab 19

“Alhamdulillah bukunya sudah aku dapatkan, setelah sampai rumah aku langsung saja buat makalah.” Batin Diana.

Diana berjalan ke tempat parkir, ia akan pulang dengan mengayuh sepedanya. Di tempat parkir Diana berpapasan dengan Akmal.

“Mau pulang?” Tanya Akmal.

“Iyah saya mau pulang.” Ucap Diana.

“Kalau begitu bareng aku aja!” Ajak Akmal.

“Terimakasih atas tawarannya, saya bisa pulang sendiri dengan menggunakan sepeda.” Diana berjalan ke arah sepedanya dan mengayuhnya untuk pulang ke rumah.

“Hum, seperti biasa. Selalu saja cuek, gadis yang aneh. ” Ucap Akmal memandang ke arah Diana yang telah berlalu.

Sampai di rumah, Diana mengucapkan salam dan masuk mengganti pakaiannya. Hari ini ia akan sedikit sibuk karena harus membuat makalah presentasi kelompok.

3 jam berlalu......

“Alhamdulillah, akhirnya makalahku sudah selesai. Waktunya nonton TV!” Ucap Diana.

Diana menyalakan TV, mencari film kartun yang dapat menghibur rasa lelahnya.

“Hahahaaha, kartun Upin & Ipin ini lucu sekali....” Diana tertawa menikmati keseruan film kartun yang ia tonton.

“Aku masak dulu, pasti Kakek & Nenek lapar setelah pulang dari pasar.” Ucap Diana.

Ia melangkah menuju dapur, memasak sayur asam dan tempe goreng.

“Makanan sudah siap dihidangkan!”

“Aku lapar, makan ah!”

“Bismillah” Ucap Diana, setelah makan Diana membersihkan dapur.

Terdengar suara pintu terbuka...

“Assalamu’alaikum...” Ucap Nenek Timah yang baru datang dari pasar.

“Wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh...” Jawab Diana di dalam rumah.

“Baru pulang, Nak?” Tanya Nenek Timah.

“Sudah dari jam 13.00 siang, Nek. Maaf tadi Diana tidak bisa menyusul ke pasar karena ada tuga sekolah yang mesti Diana kerjakan.” Ujar Diana.

“Iyah, tidak apa-apa. Kewajibanmu terhadap sekolah itu lebih penting dan harus kamu utamakan. Masalah pergi ke pasar kamu bisa kamu lakukan ketika ada waktu luang saja.”

“Baiklah, Nek.”

“Oh iyah, Nek. Diana barusan masak, Nenek & Kakek pasti lapar.” Ucap Diana.

“Kamu masak apa?”

“Diana Cuma masak sayur asam dan tempe goreng. Hehehehe” Jawab Diana.

“Ya sudah kamu istirahat di kamar.”

“Baiklah, Nek.” Diana memeluk dan mencium Neneknya kemudian menuju kamar untuk istirahat sejenak.

Di meja makan, Kakek dan Nenek Diana menikmati masakannya.

“Sayurnya enak. Siapa yang masak?” Tanya Kakek Edi.

“Diana yang masak.”

“Maa syaa Allah, ternyata cucu kita sudah pintar memasak.” Ujar Kakek Edi.

“Ya pintarlah, orang Neneknya yang ajar.” Ujar Nenek Timah.

“Iyah iyah, istriku tercinta memang pandai memasak.” Jawab Kakek Edi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.10, sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Nenek Timah berjalan ke arah kamar cucunya untuk membangunkan Diana melaksanakan shalat magrib.

Tok...tok...tok...Bunyi ketukan pintu di kamar Diana.

“Haaaap (Menahan mulutnya dengan tangan)....”Diana menguap karena ia terbangun ketika mendengar suara pintu diketuk.

“Iyah, Nek. Ada apa?” Masih dalam keadaan mengantung.

“Bangun, jangan tidur lagi. Ini sudah masuk waktu magrib!”

“Iyah, Nek. Diana tidak bisa shalat karena lagi halangan.” Ucap Diana dalam kamar.

“Oh iyah, baiklah kalau begitu. Tapi, jangan tidur lagi yah. Baca dzikir dan belajar.” Ujar Nenek Timah.

“Siap, Nek.” Diana bangun dari tempat tidurnya, membersihkan diri ke kamar mandi.

“Baca dzikir dulu...” Ucap Diana, ia mengambil buku ukuran kecil yang merupakan buku dzikir yang setiap pagi dan petang ia baca.

“Alhamdulillah sudah selesai, waktunya istirahat..”

Diana kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia tidak lagi peduli dengan kata “belajar”, sebab rasa sakit yang dulu masih membekas diingatannya. Kebencian, rasa sakit dan pengkhianatan itu hadir bersamaan dengan kebahagian yang pernah ia raih.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***