Bab 12

Adzan subuh berkumandang, semua siswa telah terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan shalat shubuh berjamaah di lapangan. Setelah selesai shalat mereka membaca Alquran dan mendengar ceramah yang disampaikan oleh gurunya.

Matahari telah meninggi dan menampakkan sinar cahayanya, pagi itu semua siswa bersiap-siap membereskan semua barang-barangnya. Tapi, terdengar teriakan salah seorang siswa yang mencari barangnya yang hilang. Ia lalu melaporkan kepada guru agar segera ditangani. Karena kehilangan itu, membuat kepulangan siswa ditunda sampai barang yang hilang itu ditemukan kembali.

“Ya sudah tidak usah menangis lagi, Bapak akan mencari barangmu yang hilang.” Bujuk guru itu kepada siswanya setelah memberitahukan bahwa Hpnya telah hilang.

“Bapak harap kalian semua jangan dulu pulang, karena HP teman kalian baru saja hilang.” Ucap Pak Guru.

“Pak, kalau menurut saya jika semua tas kami diperiksa akan membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan kemarin kami melakukan kegiatan mendaki dan hanya ada 4 orang yang tinggal di perkemahan untuk menjaga barang-barang kita.” kata salah satu murid.

“Yah baiklah kalau begitu, siapa diantara kalian yang tidak pergi mendaki kemarin? Jawab cepat.” Ucap guru tersebut dengan nada tegas.

Diana merasa biasa-biasa saja karena ia tidak pernah merasa mengambil milik orang lain. Dengan cepat Diana mengangkat tangannya dan memberitahukan bahwa dia dan 3 temannya yang menjaga barang-barang itu.

“Kalian ber-4 cepat bawa ke depan tasnya?”

“Baik pak”Ucap Diana.

Guru tersebut memeriksa satu persatu tas dari ke-4 siswanya, lalu ia menemukan 2 Hp di tas Diana. Melihat itu Diana merasa terkejut, yang ia tahu bahwa Diana hanya memiliki 1 Hp dan sekarang tiba-tiba di dalam tasnya sudah ada 2 Hp.

“Diana Cahayati, coba kamu jelaskan kenapa ada 2 Hp di tas milikmu?” tanya Pak Guru.

“Astagfirullah, Pak. Diana juga merasa heran kenapa di tas saya ada 2 Hp, padahal kemarin saya hanya memiliki 1 Hp.” Ucap Diana, matanya mulai berkaca-kaca.

“Maksudmu Hp ini terbang sendiri dan menyelinap masuk ke dalam tasmu? haa...” Suara Pak Guru semakin meninggi.

Sedangkan teman-teman yang mendengar tertawa mengejek Diana. Ada secara terang-terangan mengatakan Diana pencuri, dan banyak makian yang mereka lontarkan pada Diana.

“Pak saya benaran tidak tahu dan saya bukan pencuri. (melihat ke arah Mutiah) Mutiah, kamu juga tahukan kemarin aku ke tempat penyimpan barang hanya untuk mengambil tasmu karena kamu membutuhkan obat sakit maag.” Diana menangis saat dirinya dituduh telah mencuri barang orang lain.

“Maaf Diana, aku tidak menyangka kalau kamu akan berbuat senekat itu. Aku tahu kamu hanya anak penjual sayur tapi perbuatan mencuri adalah perbuatan dosa. Dan sekarang kamu malah mengatakan aku yang menyuruhmu ke tempat itu, kamu mau menuduhku yang menyuruhmu untuk mengambil Hp itu.” Mutiah malah memojokkan Diana, ia malah menggelak kalau dia yang menyuruh Diana mengambil tasnya. Mendengar pernyataan Mutiah, hati Diana bagi tercabik-cabik dengan teganya Mutiah menghina keadaannya dan menuduh Diana mencuri.

“Aku tak menyangka Mutiah, kalau kamu orangnya munafik.” Diana benar-benar merasa kecewa.

“Pak, tolong percayalah pada saya....” Ucap Diana sambil mengatupkan keduan tangannya.

“Bapak tidak menyangka kalau siswa yang berprestasi seperti kamu suka mengambil milik orang lain. Untuk hukumannya Bapak akan melaporkan kejadian ini kepada orang tuamu.” Ucap Pak Guru.

“Hiks..hiks....Pak saya mohon, jangan memberitahukan orang tua saya. Saya akan menerima hukuman apa saja, tapi tolong jangan sangkut pautkan masalah ini dengan orang tua saya.” Diana menangis tersedu-sedu, ia merasa takut kalau masalah ini sampai dilaporkan kepada Kakek dan Neneknya.

“Baiklah kalau begitu, Bapak serahkan semua kepada Nita karena dialah korbannya. Bagaimanaa Nita, apakah kamu mau memaafkan Diana?” Tanya Pak Guru.

“Tidak usah diperpanjang lagi, Pak. Sekarang Hpnya sudah kembali ke saya, biarkan saja Diana pulang.” Ucap Nita.

“Makasih, Nita. Aku tidak akan lupakan kebaikanmu.” Diana memeluk Nita tetapi dengan kasar Nita malah menghempaskan tangan Diana.

Setelah masalah selesai, semua siswa bubar untuk pulang ke rumah masing-masing. Keadaan Diana sekarang sangat kacau, ia benar-benar merasa tidak beruntung pada pagi ini. Diana berjalan dengan lemas dan terlihat air mata menetes di pipinya.

“Diana...Tunggu!” Panggil Rio dari arah belakang. Diana terus berjalan tanpa memperdulikan panggilan dari Rio. Tapi dengan sedikit berlari Rio dapat menghentikan langkah Diana.

“Diana, pelan-pelan dong kalau jalan. Aku tahu kamu tidak bersalah dan aku yakin bukan kamu pelakunya”

“Tahu apa kamu tentang saya, kamu tidak lihat orang terdekat saya saja malah menuduh saya sebagai pencuri. Hik..hiks..” Diana kembali menangis mengingat kejadian tadi.

“Aku bukan dia, aku adalah Rio Abdurahman laki-laki tertampan di kelasmu tapi sayang selalu kamu jutekin” Rio malah bercanda padahal Diana sedang menaangis.

“Candaanmu tidak lucu, minggir aku mau pulang.” Diana kembali melangkahkan kakinya keluar dari gerbang sekolah.

Di dalam mobil Mutiah menangis, mengingat kejadian yang menimpa Diana. Ia merasa bersalah karena telah menjebak sahabatnya sendiri.

“Hiks...hiks.... Maafkan aku Diana, maafkan aku telah menoreh luka di hatimu. Aku tidak pantas menjadi bagian dari dirimu. Kamu perempuan baik, kamu berhak bahagia. Aku tahu, aku orangnya munafik, aku menusukmu dari belakang dan aku pengecut. ” Mutiah merasa sangat bersedih, ia juga terpaksa melakukan hal itu.

Flash Back On

“Mutiah, selamat pagi!” Sapaa kelima perempuan yang tak lain adalah

Tina, Dita , Lusi, Nita dan Laura.

“Ada apa? Saya tidak kenal kalian. Minggir, jangan halangi jalan.” Ucap Mutiah sambil berjalan ke arah mereka.

“Eits, tunggu dulu dong. Di sapa baik-baik ko’ malah pergi.” Ucap salah satu dari mereka.

“Jangan pegang-pegang bahu saya (menepis tangan yang memegang bahunya). Cepat katakan ada keperluan apa kalian sama saya.”

“Kamu lihat ini (memperlihatkan sebuah foto Mutiah yang sedang menyontek). Yah ini adalah gambar kamu yang sedang menyontek di ujian mata pelajaran Bahasa Inggris. Dan kamu tahu dampaknya kalau gambar ini sampai diketahui oleh Pak guru wali kelasmu maka nilaimu akan buruk dan bisa jadi kamu tidak akan lulus pada mata pelajaran ini”.

“Dari mana kalian mendapatkan gambar itu? Dan apa mau kalian hingga mengancam saya seperti ini?” Mutiah merasa marah dan khawatir.

“Mau kami itu hanya hal yang kecil.”

“Kamu harus membantu kami untuk menjebak Diana. Bagaimana mau?”

“Heh.. Kalian gila yah! Kenapa kalian begitu membenci Diana sampai-sampai mau menjebaknya lagi”

“Yah, kalau kamu tidak setuju itu tidak masalah bagi kami tapi pikirkan diri kamu sendiri.”

Mutiah merasa dijebak oleh ke-5 orang itu, dia terpaksa menyetujui rencana buruk mereka pada Diana. Tanpa berpikir panjang Mutiah menyetujui kesepakatan mereka, sebenarnya berat bagi Mutiah menghianati sahabatnya tetapi ia juga takut kalau gambar itu akan diserahkan kepada wali kelasnya, apalagi berkaitan dengan kelulusan.

“Diana, semoga engkau tidak akan membenciku sepenuh hatimu, aku terpaksa melakukan ini. Aku harap suatu saat kita akan kembali dipertemukan dan menjalin persahabatan. Maaf....” Mutiah meneteskan air matanya, ia merasa lemah dan tak berdaya.

Flash Back Off

Terpopuler

Comments

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Aku mampir

2021-01-18

0

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

halo thor aku datang lagi lanjut baca karya kerenmu, semangat terus ya.

Ditunggu feedbacknya di:
TERJEBAK DALAM PERNIKAHAN SEMU
CAHAYA YANG HILANG

2021-01-14

1

Nureti

Nureti

waduh tiap hari nya crazy up
semangat kak
12 like yanng tertinggal

2021-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!