Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)

Pemudi berwajah pas-pasan berambut gimbal nuansa merah muda menyambut Nerta dengan serius, seolah Nerta adalah kekasihnya yang sempat menyakiti perasaan wanita dewasa itu, tetapi kini mereka mulai bicara sungguh-sungguh mengenai presensi Nerta di sini.

Adanya permintaan Nerta untuk menemui ketua sekte Udnih; Jida. Sayangnya sempat diinterupsi oleh sesosok pria nyentrik bin nyeleneh yang menebas sebilah pedang emas menuju leher keras Nerta. Dan kalau bukan karena pertolongan wanita berwajah pas-pasan yang menyentaknya itu, Nerta mungkin sudah tewas.

Nerta menunduk dan tebasan horizontal pedang itu berkelebat di atas kepalanya. Seper-sekian detik setelahnya, Nerta melayangkan kaki kirinya menendang ke belakang, dan 'Buk' menghantam keras perut sosok lelaki itu hingga terdorong lima meter ke belakang.

Secepat mungkin, Nerta berbalik badan dan mendapati jejaka berambut pirang keemasan telah berdiri penuh gaya di halaman rumah.

Sementara wanita berwajah pas-pasan itu kembali ke dalam hunian komfortabelnya. Nerta mesti berhadapan dengan jejaka nyeleneh ini.

Jejaka bernetra biru gelap itu berpose agak unik; kaki kanannya diposisikan secara garis lurus di depan kaki kirinya, seolah dirinya berdiri di atas tali tambang.

Tiba-tiba, sebilah pedang emasnya yang elegan itu diposisikan secara horizontal, tepat di depan dadanya; hendak menyajikan pesan.

Maka secara ajaib, garis-garis ukiran dalam linguistik ras Peri terukir indah di sana. Di bilah pedang itu tertulis: Salam kenal Nerta, sungguh suatu kehormatan, karena saya datang demi memverifikasi kebenaran Anda sebagai Dewa Kesetaraan.

Jejaka berambut rancung ke atas itu memiliki bibir yang dijahit. Wajahnya datar nan dingin, seolah emosi adalah sesuatu yang telah punah dan hilang dalam keabadian. Dia tak dapat bicara, sehingga menggunakan pedang untuk merepresentasikan unek-uneknya.

Penampilannya rapi, terawat nan beraroma bunga melati. Berbusana setelan jas jingga kantoran dengan celana formal dan warna yang senada jasnya. Kecuali dasi kantornya yang bercorak polkadot warna-warni.

Satu lagi orang sinting muncul dikenyataan hidup Nerta, seakan memprovokasinya supaya Nerta jatuh dalam kegilaan.

Pedang yang masih diposisikan di dada jejaka itu kembali mengguratkan tulisan; tunjukanlah padaku Dewa Kesetaraan itu, atau pedang ini yang akan menunjukkannya.

Uniknya, sayap sang jejaka seperti kelelawar. Nampaknya lelaki aneh itu hasil kawin silang antara ras Peri dengan siluman kelelawar.

Nerta dengan sikap kalemnya mengerling ke kanan dan ke kiri, khawatir bila kedok sebagai ras Peri terbongkar. Lalu kembali memandang tajam pada netra biru tua sang jejaka. “Untuk apa aku menunjukkan diriku yang asli padamu?”

Jejaka bertubuh normal itu kembali menunjukkan pedangnya yang mengukir tulisan: Untuk mengajak Anda bergabung membawa arwah manusia demi membentuk galaksi DewaDewi bersama Dewa Roh.

Nerta bahkan mesti menajamkan pandangan mata demi membaca sepenggal huruf-huruf itu dari jarak lima meteran.

Pedang emas yang dimiliki sang jejaka berambut pirang keemasan itu faktanya mirip seperti senjata tongkat kujang milik Nerta. Yakni, benda pusaka demi menikmati kesaktian yang terkandung di dalamnya.

Gagang pedang itu juga tertera simbol khusus, —moto dari sang pemilik pedang— dengan arti; kata-kata adalah pedang. Walau entah kesaktian apa yang tersembunyi dalam pedang emas itu.

Dewa Roh. Benar, dua kata yang mengikhtisarkan kalau mimpi Nerta perihal dirinya yang dulu bersahabat baik dengan Dewa Roh sepertinya fakta. Namun, Nerta tak pernah tahu di mana perwujudan ke tiga belas Dewa Roh itu.

Sebab satu hal yang pasti; Nerta malas untuk mencari tahunya.

“Siapakah Anda?” usut Nerta.

Maka, pedang emas itu menggurat kata-kata lagi: Cobalah Anda ingat, kalau dulu sekali, dalam alam Dewadewi Anda bersama Dewa roh adalah sahabat karib.

Nerta sengap. Meresapi baik-baik intensi tulisan itu. Nyaris memakan waktu terlampau lama. Sebelum akhirnya, 'Wush' sang jejaka bisu itu melesat cepat pada Nerta.

Pedang emasnya secara diagonal dari sudut kiri bawah ke sudut kanan atas dilayangkan, tetapi secara gesit Nerta melompat ke kanan, mengelak dari bahaya. Gravitasi yang kuat membuat Nerta agak kewalahan untuk mengambil lompatan.

Dan tak mungkin Nerta bertarung dengan tangan yang sukar digerakan karena terbungkus sayap.

Nerta berguling-guling ke depan, sejauh dia bisa menghindari jejaka nyeleneh itu. Kemudian berdiri lagi dengan kalem dan selamat.

Hanya saja, jejaka pemegang pedang emas itu kini berdiri di hadapan Nerta. Posenya tetap sama; mensejajarkan pedangnya di depan dada, dengan gaya kaki kanannya yang berposisi di depan kaki kirinya seakan berdiri di atas rel kereta api. Mereka kembali berhadapan.

Wajah jejaka itu lebih dingin dan terlihat lebih sadis ketimbang Inky, bagaikan pembunuh berdarah dingin. Pria yang seakan tak bisa tersenyum dan tak mungkin tersenyum dengan bibirnya yang terjahit. Estetika senyuman manis atau senyuman simpul agaknya punah bagi sang jejaka itu.

“Tenang bung ....” Nerta sebisa mungkin tak membuka kedoknya di ruang publik. “Biarkan kepalaku yang hangat ini memutar otak, supaya bisa aku menjustifikasimu.”

Iya, lelaki itu membisu. Tanpa ada lagi ukiran tulisan di pedangnya.

Selama Nerta berpikir, suara ledakan bergema di sekitar. Perang dunia masih berkecamuk ngeri.

Bersama kerjap mata Nerta, dengan percaya diri, berkata, “Kau adalah perwujudan Dewa Roh ....”

Ada momen hening saat takrif itu mengisi suasana tegang ini. Selang berlalunya lima detik, jejaka itu menggeleng, mengimplisitkan; takrif Nerta keliru.

Memacu sang jejaka meluncur menuju Nerta dengan tebasan pedang secara horizontal. Nerta yang tak bercita-cita mati konyol di alam Maan, kembali melompat indah, lantas bersalto di udara buru-buru mengelak lagi dari serangan mematikan itu.

Pedang berkelebat di bawah tubuhnya yang bersalto, kala gravitasi berpengaruh, Nerta mendarat selamat di rerumputan laut, tapi melompat-lompat lagi menjauhi jejaka nyeleneh itu. Tak sedikit pun berniat menyerangnya; terlalu berisiko.

“Maaf, maaf kalau aku salah,” sesal Nerta dengan wajah kalem tanpa mengimplisitkan penyesalan. “Kau adalah ... tabik Dewa Roh ....”

Jejaka yang berdiri dalam gaya uniknya itu, kembali menampilkan pesan tersurat dari pedang emasnya: Tepat sekali, aku termasuk tabik kesayangan beliau. Dewa Roh memiliki tabik lebih banyak ketimbang Dewa Kesetaraan.

Nerta yang masa bodoh dengan semua ini, berani berujar, “Maaf, tanpa mengurangi rasa hormatku pada Anda ... bisakah kita menghentikan kekonyolan ini. Aku sedang sibuk. Kau bisa 'kan bermain dengan makhluk bernyawa lainnya ....”

Pedang emas itu pun menggurat pesan lagi: Tidakah Anda penasaran mengenai keberadaan Dewa Roh sekarang?

Dengan cuek Nerta menjawab seadanya: “Entahlah ... aku dilematik, ini seperti harus memilih warna apa yang menjadi warna terfavorit kita ....”

'Wush' jejaka itu melompat kembali pada Nerta, menyerang Nerta dengan bermacam teknik pedang; Sambar Kelana, Dayang Kembar, hingga Tujuh Nyawa.

Secara mengagumkan, gerakan cekatan Nerta sanggup mengelak dari semua serangan berbahaya itu. Seakan rasa paniknya memacu bakat terpendamnya untuk mengendalikan tubuhnya pada keselamatan nyawa.

Di halaman rumah wanita berparas pas-pasan itu, bersama hari yang mulai malam dan perang dunia yang merebak, Nerta berkutat ke sana kemari, bergerak sangat telaten, menghindari segala teknik pedang nan mematikan dari seorang jejaka yang tak berbelas kasih.

Terpopuler

Comments

A.Sona.

A.Sona.

sip.

2021-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan.
2 Prolog.
3 Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4 Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5 Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6 Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7 Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8 Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9 Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10 Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11 Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12 Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13 Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14 Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15 Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16 Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17 Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18 Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19 Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20 Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21 Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22 Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23 Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24 Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25 Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26 Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27 Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28 Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29 Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30 Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31 Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32 Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33 Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34 Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35 Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36 Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37 Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38 Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39 Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40 Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41 Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42 Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43 Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44 Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45 Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46 Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47 Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48 Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49 Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50 Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51 Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52 Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53 Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54 Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55 Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56 Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57 Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58 Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59 Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60 Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61 Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62 Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63 Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64 Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65 Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66 Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67 Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68 Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69 Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70 Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71 Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72 Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73 Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74 Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75 Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76 Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77 Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78 Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79 Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80 Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81 Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82 Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83 Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84 Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85 Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86 Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87 Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88 Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89 Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90 Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91 Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92 Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93 Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94 Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95 Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96 Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97 Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98 Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99 Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100 Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101 Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102 Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103 Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104 Episode 1O2: Daftar Hitam.
105 Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106 Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107 Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108 Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109 Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110 Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111 Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112 Episode 11O: Sudahlah ....
113 Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114 Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115 Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116 Episode 114: Yang Penting Menang.
117 Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118 Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119 Episode 117: Momentum Terkendali.
120 Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121 Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122 Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123 Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124 Episode 122: Mengawali Akhir.
125 Episode 123: Korban Kenyataan.
126 Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127 Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128 Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129 Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130 Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131 Episode 129: Kaget.
132 Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133 Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134 Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135 Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136 Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137 Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138 Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139 Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140 Episode 138: Situasi Parah.
141 Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142 Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143 Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144 Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145 Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146 Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147 Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148 Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149 Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150 Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151 Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152 Episode 150: Mendesak Kemauan.
153 Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154 Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155 Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156 Episode 154: Stabilitas Strategi.
157 Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158 Episode 156: Beban Kebingungan.
159 Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160 Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161 Episode 159: Melawan Ketakutan.
162 Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163 Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164 Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165 Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166 Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167 Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168 Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169 Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170 Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171 Episode 169: Kebencian Terkendali.
172 Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173 Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174 Episode 172: Tuntutan Profesi.
175 Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176 Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177 Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178 Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179 Episode 177: Jumpa Pertama.
180 Episode 178: Penting Enggak Penting.
181 Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182 Episode 180: Provokasi Dunia.
183 Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184 Episode 182: Penghancuran Serentak.
185 Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Perkenalan.
2
Prolog.
3
Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4
Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5
Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6
Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7
Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8
Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9
Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10
Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11
Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12
Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13
Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14
Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15
Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16
Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17
Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18
Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19
Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20
Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21
Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22
Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23
Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24
Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25
Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26
Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27
Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28
Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29
Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30
Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31
Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32
Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33
Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34
Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35
Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36
Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37
Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38
Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39
Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40
Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41
Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42
Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43
Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44
Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45
Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46
Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47
Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48
Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49
Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50
Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51
Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52
Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53
Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54
Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55
Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56
Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57
Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58
Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59
Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60
Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61
Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62
Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63
Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64
Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65
Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66
Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67
Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68
Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69
Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70
Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71
Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72
Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73
Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74
Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75
Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76
Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77
Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78
Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79
Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80
Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81
Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82
Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83
Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84
Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85
Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86
Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87
Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88
Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89
Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90
Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91
Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92
Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93
Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94
Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95
Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96
Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97
Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98
Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99
Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100
Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101
Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102
Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103
Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104
Episode 1O2: Daftar Hitam.
105
Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106
Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107
Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108
Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109
Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110
Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111
Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112
Episode 11O: Sudahlah ....
113
Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114
Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115
Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116
Episode 114: Yang Penting Menang.
117
Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118
Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119
Episode 117: Momentum Terkendali.
120
Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121
Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122
Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123
Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124
Episode 122: Mengawali Akhir.
125
Episode 123: Korban Kenyataan.
126
Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127
Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128
Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129
Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130
Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131
Episode 129: Kaget.
132
Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133
Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134
Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135
Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136
Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137
Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138
Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139
Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140
Episode 138: Situasi Parah.
141
Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142
Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143
Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144
Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145
Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146
Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147
Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148
Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149
Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150
Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151
Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152
Episode 150: Mendesak Kemauan.
153
Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154
Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155
Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156
Episode 154: Stabilitas Strategi.
157
Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158
Episode 156: Beban Kebingungan.
159
Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160
Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161
Episode 159: Melawan Ketakutan.
162
Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163
Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164
Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165
Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166
Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167
Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168
Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169
Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170
Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171
Episode 169: Kebencian Terkendali.
172
Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173
Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174
Episode 172: Tuntutan Profesi.
175
Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176
Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177
Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178
Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179
Episode 177: Jumpa Pertama.
180
Episode 178: Penting Enggak Penting.
181
Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182
Episode 180: Provokasi Dunia.
183
Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184
Episode 182: Penghancuran Serentak.
185
Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!