Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)

Kendati Ras Peri tak memiliki pori-pori pada tubuh mereka, tak juga memiliki kelenjar keringat. Rasa lelah tetap pekat terasa.

Selepas wanita berambut keriting dan Nerta menelan pil Pemulihan, mereka telah berdiri tegap kembali sehat. Napas teratur, tatapan menerawang waspada, jantung berdetak stabil, juga tubuh bersiaga.

Pertunjukan yang bukan sandiwara ini masih disaksikan oleh para peri sebagai bahan hiburan.

Untuk itu, sebuah seni masa bodoh direalisasikan oleh Nerta dengan apik, jemari baalnya sangat erat mencengkram tongkat kujangnya dan tangan kirinya terselip keren ke saku jaket kulitnya.

Lebih-lebih, wanita berambut pirang yang hanya sempat sekali tersenyum miring pun, nampak elegan mengimplementasikan seni masa bodohnya. Raut wajah datar tak berperasaannya hingga gestur tubuh miringnya telah meringkas itu.

Bersamaan dengan embusan angin malam, dalam jarak 17 meteran, sesosok siluman kera berbulu putih dengan memegang tongkat berbahan batu Ruby miliknya, tengah berdiri memandang murka pada dua ras Peri.

Gigi runcingnya nampak basah oleh saliva yang menetes jijik lantaran sosok itu bergigit dengan napas menderu-deru, matanya merah benderang bak lampu hias.

Nerta serta wanita berambut keriting menyempatkan untuk menoleh, memandang penuh arti satu sama lain, hanya sekadar memberikan pesan implisit, kalau di sinilah penyelesaian puncak pertunjukan yang bukan main-main ini.

Maka 'Woush' Nerta serta sang wanita muda itu mengepak sayap, melesat pada pemimpin siluman kera.

Berbarengan dengan kekompakan tersebut, sang siluman kera memutar-mutar tongkat Ruby-nya di atas kepala sebelum akhirnya melesat maju, tanpa takut menghadapi dua peri sekaligus.

Kejadian itu cukup keren dalam perspektif sepasang kekasih yang tersenyum lebar hingga gigi putih mereka terekspos. Begitu semeringah sambil bertepuk tangan riang gembira tetap duduk manis di awan, di ketinggian 7 meteran.

'Whup' siluman kera melompat kala tongkat kujang milik Nerta menebas secara horizontal.

Lalu dengan gesit, tongkat Ruby sang siluman kera dilayangkan pada kepala wanita berambut keriting, hingga refleks, 'Tep' tangkisan oleh tangan kanan sang wanita muda berhasil menyelamatkan dirinya.

Saat kaki sang siluman mendarat mantap, sebuah tendangan dari sang wanita muda terarah pada perut sang siluman. Sayangnya siluman berputar ke kanan berhasil menghindar.

Nerta kembali melayangkan tongkat kujangnya pada kepala sang siluman dan 'Thung' dua tongkat malah beradu gegara sang siluman berhasil mengangkat tongkatnya, menahan serangan Nerta.

Serangan silih beralih, siluman kera menendang sambil melakukan salto ke udara, diakhiri oleh tembakan bola energi dari kakinya yang terarah pada Nerta.

'Buaf' Nerta terdorong 3 meter ke belakang berkat tertembak bola energi tersebut.

Sang wanita muda kembali menyerang sang siluman menggunakan energi nuansa merahnya yang melimbur ke dua tangannya.

Melakukan tinjuan secara vertikal dari bawah ke atas menuju dagu sang siluman, namun gagal gegara siluman menghindar ke kiri.

Tinjuan secara horizontal dari kiri terarah pada pipi sang siluman, tapi 'Whup' sang siluman mengedik mampu membiarkan tinjuan itu hanya melintas di hadapan wajah jeleknya. Berhasil mengelak.

Dan 'Syut' tinjuan dari tangan kanan wanita muda menelusup menuju wajah sang siluman, hanya saja, 'Siuw' sang siluman bergeser cepat ke kanan. Kembali menghindar.

Tinjuan-tinjuan terus mencecar sang siluman secara intens. Secara vertikal, horizontal, atau menusuk ke depan, semuanya menghasilkan nihil. Siluman kera berbulu putih bisa mengelak begitu cepat.

Nerta telah maju kembali. Satu tusukan dari tongkat kujangnya sanggup dihindari sang siluman. Hingga sang siluman berputar secara 360 derajat bersama tongkat Ruby-nya yang ditebaskan dengan sukses menghantam keras-keras pelipis kiri wanita berambut keriting, 'Buk'.

Efeknya membuat tubuh wanita muda itu terhuyung-huyung sekaligus menubruk Nerta hingga membuat mereka jatuh tersungkur.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh sang siluman yang mengentakkan tongkatnya keras-keras pada mereka, 'Dhuak'.

Beruntungnya, sang wanita muda cepat tanggap menggunkan perisai energi nuansa merahnya, menahan serangan tersebut sekaligus melindungi Nerta serta dirinya.

Secara kompak, saat perisai pelindung dilenyapkan, Nerta dengan gesit menusukkan tongkat kujangnya pada sang siluman. Yang hebatnya siluman itu menangkisnya menggunakan tongkat Ruby miliknya, 'Dhung'.

Maka, pertarungan antara tongkat kujang berlian kepunyaan Nerta dengan tongkat berbahan Ruby milik siluman kera sengit berlangsung.

'Thung' 'Dheng' 'Thang' 'Dhung' berirama tak beraturan senjata mereka karena silih beradu.

Beberapa tebasan serta tusukan dari tongkat kujang Nerta ditangkis hebat oleh siluman kera, 'Dhung' 'Thung' 'Thung'.

Atau beberapa tusukan serta tebasan dari siluman kera pun mampu Nerta halau, 'Thang' 'Dheng' 'Dheng'.

Pertempuran itu terus berkutat. Menyerang lalu bertahan, atau bertahan kemudian menyerang.

Setelah 30 menit terlewati, wanita berambut pirang keriting kembali nimbrung dalam pertarungan.

Silih bergantinya serangan tak dapat terelakan. Realisasi teknik serangan beladiri Energi sempat beberapa menit terjadi. Seperti teknik; Empat Mata Elang, Rajam Jari, hingga Telunjuk Dewi Inteligensi.

Lantas serangan pukulan disertai tendangan pun bermenit-menit berkutat. Hingga seluruh serangan campuran santer terjadi.

Menit ikut berganti menjadi jam. Pertempuran itu telah menghabiskan waktu tujuh jam lebih.

Tak menghiraukan mentari yang telah pagi. Baskara menerangi cerahnya hari ini dan menyingkirkan bayang kegelapan malam.

Perumahan di sini masih sepi terasa. Tak ada sosok yang sekadar lewat, tanpa adanya tambahan pengunjung pada restoran, kosong seperti hampa.

Dampak dari pertempuran yang berlangsung mengakibatkan halaman restoran yang tadi diselimuti rerumputan hijau, kini malah lenyap menyisakan hamparan tanah nan tandus. Lebih lagi, pemandangan diperburuk oleh beberapa lubang cekung yang bertebaran.

Eksistensi suasana mendebarkan masih meliputi tempat tersebut. Segala serangan dari Nerta serta wanita muda, atau dari sang siluman kera tendensius pada hasil imbang.

Tapi, itu hanyalah sementara. Sebab, secara mengagumkan Nerta menggunakan dua energi utama dari tongkat kujangnya; energi merah serta pingai.

Kecepatan meningkat 20% Nerta meliukan tongkat kujangnya begitu mahir. Melayang ke atas atau ke bawah, diagonal hingga menusuk.

'Thung' 'Thang' 'Tsrat' beberapa kali siluman kera mampu menangkis, akan tetapi, berkali-kali juga Nerta sanggup menggoreskan luka di tubuh berbulu sang target.

'Tsrat' 'Thang' 'Tsrep' sayatan demi sayatan banyak mengenai siluman kera, membuatnya sangat kelabakan, sampai mendadak tangan kirinya berhasil dipotong dan tongkat Ruby-nya jatuh ke tanah.

Kendati mulai menandakan adanya kekalahan, sang siluman kera tak habis ide. Seraya melompat dan bergeser mengelak, dirinya memanifestasikan lagi tongkat dari batu Ruby sambil merapal mantra sihir.

Pemimpin siluman kera itu memiliki tingkat sihir level Langit Satu. Normalnya, penyihir dengan tingkat seperti itu masih butuh media prantara untuk memanifestasikan sihirnya. Seperti; tongkat.

Secara umum, kemampuan penyihir Langit Satu hanyalah mampu menguasai sihir penyegelan dan sihir kesehatan.

Dengan demikian, intensitas emosional lebih bergelegak lagi, darah mengalir deras dan pikiran dalam waswas.

“....” Sang siluman kera merapal mantra sihir Kesehatan. Dirinya hendak memulihkan sekujur tubuhnya yang terluka parah.

Energi kuning lemon pun terpancar dari seluruh luka di tubuhnya. Meski ini pertanda baik baginya, sayangnya ini jadi pertanda buruk bagi Nerta.

Menggugah kejiwaan Nerta untuk segera mengantisipasi. Dalam lonjakan kesal, detak jantung yang berdebar hebat, napas naik turun dengan dahsyat.

Iris hitam Nerta yang agak kebiruan saat tersorot sinar baskara, mengilat, lantas terfokus pada leher sang siluman.

Hingga 'Shrep' sekonyong-konyongnya, Nerta terpaku dengan mata terbelalak, tongkat kujangnya terhenti di sana; sesenti di dekat leher sang siluman.

Nerta membeku diposisinya, karena tanpa diduga sebelumnya, sebilah pedang milik wanita berambut keriting sudah lebih cepat memenggal kepala siluman kera.

'Bruk' siluman kera jatuh menerima maut, mati tanpa sempat menyembuhkan dirinya dan wanita berambut keriting dengan cueknya menghancurkan pedangnya. Dia sudah mewakili niatan Nerta.

Akan hal itulah, pertempuran dalam waktu 9 jam lebih sudah berakhir. Seluruh jasad para siluman mulai hancur jadi debu, inklusif jasad pemimpinnya, musnah dari realitas. Suasana damai pekat kembali.

“Yeah!”

“Fantastis!”

“Fantastis!”

Sepasang kekasih itu konyolnya malah bersorak kegirangan. Raut wajah mereka ceria. Bertepuk tangan seakan terkesan dengan pertunjukan bagai opera teaternya yang ditutup sangat menakjubkan.

Kecuali para karyawan restoran yang kembali menyingkirkan dinding gaib, dan melanjutkan perkerjaan membosankannya, bagaikan hanya sekadar ingin tahu dan menjadikan derita makhluk lain sebagai bahan penghiburan.

Hingga entah apa maksudnya, sesosok pria di atas awan itu dengan lantang berkata, “Kami akan datang lagi! Dan ingatlah ... hei wanita yang terikat janji! Anda tak akan dapat kabur!”

Kalimat itu sepertinya ditujukan pada wanita berambut keriting. Walau dirinya nampak masa bodoh, melenggang santai menuju restoran. Tak dapat dipungkiri kalau Nerta sedikit paham; wanita ini memiliki implikasi dengan dua peri itu dan para siluman.

Entah perkara jelasnya bagaimana, namun akan jadi pertanyaan yang terpendam dalam jangka waktu tak ditentukan.

Sepasang kekasih itu pun terbang, lalu anehnya memudar dan hilang dari kenyataan. Laksana tak pernah ada, tapi jadi bagian ingatan masa lampau.

__________________________________________

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

✅Demi mendukung /menghargai kinerja Author, cukup dengan hanya memberikan Like/Vote poin/koin.

(Bila ada kritik/kesan enggak perlu sungkan untuk menuliskannya dalam kolom komentar. Terima kasih.)

Episodes
1 Perkenalan.
2 Prolog.
3 Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4 Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5 Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6 Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7 Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8 Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9 Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10 Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11 Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12 Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13 Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14 Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15 Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16 Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17 Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18 Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19 Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20 Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21 Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22 Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23 Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24 Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25 Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26 Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27 Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28 Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29 Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30 Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31 Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32 Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33 Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34 Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35 Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36 Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37 Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38 Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39 Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40 Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41 Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42 Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43 Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44 Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45 Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46 Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47 Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48 Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49 Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50 Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51 Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52 Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53 Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54 Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55 Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56 Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57 Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58 Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59 Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60 Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61 Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62 Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63 Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64 Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65 Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66 Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67 Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68 Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69 Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70 Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71 Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72 Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73 Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74 Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75 Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76 Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77 Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78 Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79 Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80 Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81 Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82 Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83 Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84 Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85 Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86 Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87 Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88 Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89 Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90 Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91 Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92 Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93 Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94 Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95 Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96 Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97 Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98 Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99 Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100 Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101 Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102 Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103 Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104 Episode 1O2: Daftar Hitam.
105 Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106 Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107 Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108 Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109 Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110 Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111 Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112 Episode 11O: Sudahlah ....
113 Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114 Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115 Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116 Episode 114: Yang Penting Menang.
117 Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118 Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119 Episode 117: Momentum Terkendali.
120 Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121 Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122 Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123 Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124 Episode 122: Mengawali Akhir.
125 Episode 123: Korban Kenyataan.
126 Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127 Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128 Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129 Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130 Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131 Episode 129: Kaget.
132 Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133 Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134 Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135 Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136 Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137 Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138 Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139 Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140 Episode 138: Situasi Parah.
141 Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142 Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143 Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144 Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145 Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146 Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147 Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148 Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149 Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150 Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151 Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152 Episode 150: Mendesak Kemauan.
153 Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154 Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155 Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156 Episode 154: Stabilitas Strategi.
157 Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158 Episode 156: Beban Kebingungan.
159 Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160 Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161 Episode 159: Melawan Ketakutan.
162 Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163 Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164 Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165 Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166 Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167 Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168 Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169 Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170 Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171 Episode 169: Kebencian Terkendali.
172 Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173 Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174 Episode 172: Tuntutan Profesi.
175 Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176 Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177 Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178 Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179 Episode 177: Jumpa Pertama.
180 Episode 178: Penting Enggak Penting.
181 Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182 Episode 180: Provokasi Dunia.
183 Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184 Episode 182: Penghancuran Serentak.
185 Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Perkenalan.
2
Prolog.
3
Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4
Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5
Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6
Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7
Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8
Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9
Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10
Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11
Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12
Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13
Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14
Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15
Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16
Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17
Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18
Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19
Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20
Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21
Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22
Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23
Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24
Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25
Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26
Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27
Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28
Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29
Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30
Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31
Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32
Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33
Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34
Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35
Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36
Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37
Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38
Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39
Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40
Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41
Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42
Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43
Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44
Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45
Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46
Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47
Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48
Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49
Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50
Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51
Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52
Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53
Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54
Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55
Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56
Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57
Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58
Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59
Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60
Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61
Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62
Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63
Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64
Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65
Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66
Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67
Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68
Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69
Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70
Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71
Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72
Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73
Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74
Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75
Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76
Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77
Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78
Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79
Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80
Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81
Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82
Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83
Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84
Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85
Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86
Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87
Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88
Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89
Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90
Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91
Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92
Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93
Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94
Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95
Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96
Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97
Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98
Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99
Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100
Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101
Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102
Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103
Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104
Episode 1O2: Daftar Hitam.
105
Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106
Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107
Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108
Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109
Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110
Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111
Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112
Episode 11O: Sudahlah ....
113
Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114
Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115
Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116
Episode 114: Yang Penting Menang.
117
Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118
Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119
Episode 117: Momentum Terkendali.
120
Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121
Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122
Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123
Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124
Episode 122: Mengawali Akhir.
125
Episode 123: Korban Kenyataan.
126
Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127
Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128
Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129
Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130
Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131
Episode 129: Kaget.
132
Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133
Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134
Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135
Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136
Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137
Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138
Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139
Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140
Episode 138: Situasi Parah.
141
Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142
Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143
Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144
Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145
Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146
Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147
Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148
Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149
Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150
Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151
Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152
Episode 150: Mendesak Kemauan.
153
Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154
Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155
Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156
Episode 154: Stabilitas Strategi.
157
Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158
Episode 156: Beban Kebingungan.
159
Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160
Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161
Episode 159: Melawan Ketakutan.
162
Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163
Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164
Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165
Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166
Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167
Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168
Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169
Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170
Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171
Episode 169: Kebencian Terkendali.
172
Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173
Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174
Episode 172: Tuntutan Profesi.
175
Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176
Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177
Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178
Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179
Episode 177: Jumpa Pertama.
180
Episode 178: Penting Enggak Penting.
181
Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182
Episode 180: Provokasi Dunia.
183
Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184
Episode 182: Penghancuran Serentak.
185
Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!