Kendati Ras Peri tak memiliki pori-pori pada tubuh mereka, tak juga memiliki kelenjar keringat. Rasa lelah tetap pekat terasa.
Selepas wanita berambut keriting dan Nerta menelan pil Pemulihan, mereka telah berdiri tegap kembali sehat. Napas teratur, tatapan menerawang waspada, jantung berdetak stabil, juga tubuh bersiaga.
Pertunjukan yang bukan sandiwara ini masih disaksikan oleh para peri sebagai bahan hiburan.
Untuk itu, sebuah seni masa bodoh direalisasikan oleh Nerta dengan apik, jemari baalnya sangat erat mencengkram tongkat kujangnya dan tangan kirinya terselip keren ke saku jaket kulitnya.
Lebih-lebih, wanita berambut pirang yang hanya sempat sekali tersenyum miring pun, nampak elegan mengimplementasikan seni masa bodohnya. Raut wajah datar tak berperasaannya hingga gestur tubuh miringnya telah meringkas itu.
Bersamaan dengan embusan angin malam, dalam jarak 17 meteran, sesosok siluman kera berbulu putih dengan memegang tongkat berbahan batu Ruby miliknya, tengah berdiri memandang murka pada dua ras Peri.
Gigi runcingnya nampak basah oleh saliva yang menetes jijik lantaran sosok itu bergigit dengan napas menderu-deru, matanya merah benderang bak lampu hias.
Nerta serta wanita berambut keriting menyempatkan untuk menoleh, memandang penuh arti satu sama lain, hanya sekadar memberikan pesan implisit, kalau di sinilah penyelesaian puncak pertunjukan yang bukan main-main ini.
Maka 'Woush' Nerta serta sang wanita muda itu mengepak sayap, melesat pada pemimpin siluman kera.
Berbarengan dengan kekompakan tersebut, sang siluman kera memutar-mutar tongkat Ruby-nya di atas kepala sebelum akhirnya melesat maju, tanpa takut menghadapi dua peri sekaligus.
Kejadian itu cukup keren dalam perspektif sepasang kekasih yang tersenyum lebar hingga gigi putih mereka terekspos. Begitu semeringah sambil bertepuk tangan riang gembira tetap duduk manis di awan, di ketinggian 7 meteran.
'Whup' siluman kera melompat kala tongkat kujang milik Nerta menebas secara horizontal.
Lalu dengan gesit, tongkat Ruby sang siluman kera dilayangkan pada kepala wanita berambut keriting, hingga refleks, 'Tep' tangkisan oleh tangan kanan sang wanita muda berhasil menyelamatkan dirinya.
Saat kaki sang siluman mendarat mantap, sebuah tendangan dari sang wanita muda terarah pada perut sang siluman. Sayangnya siluman berputar ke kanan berhasil menghindar.
Nerta kembali melayangkan tongkat kujangnya pada kepala sang siluman dan 'Thung' dua tongkat malah beradu gegara sang siluman berhasil mengangkat tongkatnya, menahan serangan Nerta.
Serangan silih beralih, siluman kera menendang sambil melakukan salto ke udara, diakhiri oleh tembakan bola energi dari kakinya yang terarah pada Nerta.
'Buaf' Nerta terdorong 3 meter ke belakang berkat tertembak bola energi tersebut.
Sang wanita muda kembali menyerang sang siluman menggunakan energi nuansa merahnya yang melimbur ke dua tangannya.
Melakukan tinjuan secara vertikal dari bawah ke atas menuju dagu sang siluman, namun gagal gegara siluman menghindar ke kiri.
Tinjuan secara horizontal dari kiri terarah pada pipi sang siluman, tapi 'Whup' sang siluman mengedik mampu membiarkan tinjuan itu hanya melintas di hadapan wajah jeleknya. Berhasil mengelak.
Dan 'Syut' tinjuan dari tangan kanan wanita muda menelusup menuju wajah sang siluman, hanya saja, 'Siuw' sang siluman bergeser cepat ke kanan. Kembali menghindar.
Tinjuan-tinjuan terus mencecar sang siluman secara intens. Secara vertikal, horizontal, atau menusuk ke depan, semuanya menghasilkan nihil. Siluman kera berbulu putih bisa mengelak begitu cepat.
Nerta telah maju kembali. Satu tusukan dari tongkat kujangnya sanggup dihindari sang siluman. Hingga sang siluman berputar secara 360 derajat bersama tongkat Ruby-nya yang ditebaskan dengan sukses menghantam keras-keras pelipis kiri wanita berambut keriting, 'Buk'.
Efeknya membuat tubuh wanita muda itu terhuyung-huyung sekaligus menubruk Nerta hingga membuat mereka jatuh tersungkur.
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh sang siluman yang mengentakkan tongkatnya keras-keras pada mereka, 'Dhuak'.
Beruntungnya, sang wanita muda cepat tanggap menggunkan perisai energi nuansa merahnya, menahan serangan tersebut sekaligus melindungi Nerta serta dirinya.
Secara kompak, saat perisai pelindung dilenyapkan, Nerta dengan gesit menusukkan tongkat kujangnya pada sang siluman. Yang hebatnya siluman itu menangkisnya menggunakan tongkat Ruby miliknya, 'Dhung'.
Maka, pertarungan antara tongkat kujang berlian kepunyaan Nerta dengan tongkat berbahan Ruby milik siluman kera sengit berlangsung.
'Thung' 'Dheng' 'Thang' 'Dhung' berirama tak beraturan senjata mereka karena silih beradu.
Beberapa tebasan serta tusukan dari tongkat kujang Nerta ditangkis hebat oleh siluman kera, 'Dhung' 'Thung' 'Thung'.
Atau beberapa tusukan serta tebasan dari siluman kera pun mampu Nerta halau, 'Thang' 'Dheng' 'Dheng'.
Pertempuran itu terus berkutat. Menyerang lalu bertahan, atau bertahan kemudian menyerang.
Setelah 30 menit terlewati, wanita berambut pirang keriting kembali nimbrung dalam pertarungan.
Silih bergantinya serangan tak dapat terelakan. Realisasi teknik serangan beladiri Energi sempat beberapa menit terjadi. Seperti teknik; Empat Mata Elang, Rajam Jari, hingga Telunjuk Dewi Inteligensi.
Lantas serangan pukulan disertai tendangan pun bermenit-menit berkutat. Hingga seluruh serangan campuran santer terjadi.
Menit ikut berganti menjadi jam. Pertempuran itu telah menghabiskan waktu tujuh jam lebih.
Tak menghiraukan mentari yang telah pagi. Baskara menerangi cerahnya hari ini dan menyingkirkan bayang kegelapan malam.
Perumahan di sini masih sepi terasa. Tak ada sosok yang sekadar lewat, tanpa adanya tambahan pengunjung pada restoran, kosong seperti hampa.
Dampak dari pertempuran yang berlangsung mengakibatkan halaman restoran yang tadi diselimuti rerumputan hijau, kini malah lenyap menyisakan hamparan tanah nan tandus. Lebih lagi, pemandangan diperburuk oleh beberapa lubang cekung yang bertebaran.
Eksistensi suasana mendebarkan masih meliputi tempat tersebut. Segala serangan dari Nerta serta wanita muda, atau dari sang siluman kera tendensius pada hasil imbang.
Tapi, itu hanyalah sementara. Sebab, secara mengagumkan Nerta menggunakan dua energi utama dari tongkat kujangnya; energi merah serta pingai.
Kecepatan meningkat 20% Nerta meliukan tongkat kujangnya begitu mahir. Melayang ke atas atau ke bawah, diagonal hingga menusuk.
'Thung' 'Thang' 'Tsrat' beberapa kali siluman kera mampu menangkis, akan tetapi, berkali-kali juga Nerta sanggup menggoreskan luka di tubuh berbulu sang target.
'Tsrat' 'Thang' 'Tsrep' sayatan demi sayatan banyak mengenai siluman kera, membuatnya sangat kelabakan, sampai mendadak tangan kirinya berhasil dipotong dan tongkat Ruby-nya jatuh ke tanah.
Kendati mulai menandakan adanya kekalahan, sang siluman kera tak habis ide. Seraya melompat dan bergeser mengelak, dirinya memanifestasikan lagi tongkat dari batu Ruby sambil merapal mantra sihir.
Pemimpin siluman kera itu memiliki tingkat sihir level Langit Satu. Normalnya, penyihir dengan tingkat seperti itu masih butuh media prantara untuk memanifestasikan sihirnya. Seperti; tongkat.
Secara umum, kemampuan penyihir Langit Satu hanyalah mampu menguasai sihir penyegelan dan sihir kesehatan.
Dengan demikian, intensitas emosional lebih bergelegak lagi, darah mengalir deras dan pikiran dalam waswas.
“....” Sang siluman kera merapal mantra sihir Kesehatan. Dirinya hendak memulihkan sekujur tubuhnya yang terluka parah.
Energi kuning lemon pun terpancar dari seluruh luka di tubuhnya. Meski ini pertanda baik baginya, sayangnya ini jadi pertanda buruk bagi Nerta.
Menggugah kejiwaan Nerta untuk segera mengantisipasi. Dalam lonjakan kesal, detak jantung yang berdebar hebat, napas naik turun dengan dahsyat.
Iris hitam Nerta yang agak kebiruan saat tersorot sinar baskara, mengilat, lantas terfokus pada leher sang siluman.
Hingga 'Shrep' sekonyong-konyongnya, Nerta terpaku dengan mata terbelalak, tongkat kujangnya terhenti di sana; sesenti di dekat leher sang siluman.
Nerta membeku diposisinya, karena tanpa diduga sebelumnya, sebilah pedang milik wanita berambut keriting sudah lebih cepat memenggal kepala siluman kera.
'Bruk' siluman kera jatuh menerima maut, mati tanpa sempat menyembuhkan dirinya dan wanita berambut keriting dengan cueknya menghancurkan pedangnya. Dia sudah mewakili niatan Nerta.
Akan hal itulah, pertempuran dalam waktu 9 jam lebih sudah berakhir. Seluruh jasad para siluman mulai hancur jadi debu, inklusif jasad pemimpinnya, musnah dari realitas. Suasana damai pekat kembali.
“Yeah!”
“Fantastis!”
“Fantastis!”
Sepasang kekasih itu konyolnya malah bersorak kegirangan. Raut wajah mereka ceria. Bertepuk tangan seakan terkesan dengan pertunjukan bagai opera teaternya yang ditutup sangat menakjubkan.
Kecuali para karyawan restoran yang kembali menyingkirkan dinding gaib, dan melanjutkan perkerjaan membosankannya, bagaikan hanya sekadar ingin tahu dan menjadikan derita makhluk lain sebagai bahan penghiburan.
Hingga entah apa maksudnya, sesosok pria di atas awan itu dengan lantang berkata, “Kami akan datang lagi! Dan ingatlah ... hei wanita yang terikat janji! Anda tak akan dapat kabur!”
Kalimat itu sepertinya ditujukan pada wanita berambut keriting. Walau dirinya nampak masa bodoh, melenggang santai menuju restoran. Tak dapat dipungkiri kalau Nerta sedikit paham; wanita ini memiliki implikasi dengan dua peri itu dan para siluman.
Entah perkara jelasnya bagaimana, namun akan jadi pertanyaan yang terpendam dalam jangka waktu tak ditentukan.
Sepasang kekasih itu pun terbang, lalu anehnya memudar dan hilang dari kenyataan. Laksana tak pernah ada, tapi jadi bagian ingatan masa lampau.
__________________________________________
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
✅Demi mendukung /menghargai kinerja Author, cukup dengan hanya memberikan Like/Vote poin/koin.
(Bila ada kritik/kesan enggak perlu sungkan untuk menuliskannya dalam kolom komentar. Terima kasih.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments