Suasana masih sepi, masih cerah dengan birunya panggung langit tanpa awan.
Tuntutan keakraban dari wanita berambut keriting terkesan kontradiktif dengan sikapnya yang dingin dan cuek.
Keraguan itu mengenai bagaimana caranya akrab dengan sosok yang kemungkinannya masa bodoh? Tapi Nerta plegma menyikapi itu, pasalnya semuanya bisa berubah secara ajaib.
Perundingan berlanjut mengenai cerita hidup sang wanita berambut keriting itu.
“Aku seorang pencari berita ... tak punya orang tua, keluarga atau semacamnya ... aku selalu mengejar cita-citaku, berusaha mempersembahkan kebenaran-kebenaran yang selama ini dimanipulatif oleh individual yang menjual berita demi kepentingan pribadi ....”
“... tepatnya, disaat para media berita bekerja untuk popularitas dan jabatan, aku hadir untuk mencerdaskan rakyat dan menegakkan kebenaran ... aku independen, tidak menjual berita, tapi memberikannya cuma-cuma ... aku selalu berada dalam garis maut, banyak yang mengejarku untuk membunuhku ... tetapi karena pekerjaan ini telah jadi arti hidupku, maka kujalani dengan senang hati ....”
“... aku tak punya pengalaman bekerja selain dari pencari berita, sekalinya terjun untuk hidup, inilah kehidupanku ... aku tak punya banyak teman, karena bagiku, tak sembarang pribadi untuk dijadikan teman ... aku wanita loyalitas pada pekerjaanku, aku siap hidup penuh susah dan menanggung maut asalkan pekerjaanku bisa memerdekakan hati dan jiwa masyarakat ....”
”... kamu adalah kesekian kalinya mitra kerjaku yang bersama dalam satu misi, sebelumnya, seluruh mitraku berakhir dengan tewas ... jadi, aku harap, kamu tidak sekarat dan merengek ingin ditolong hanya untuk bertahan hidup ... lebih baik mati, ketimbang kamu hidup merepotkan orang lain dan malah hidup tak berarti ...,“ tandas wanita berambut keriting dengan raut muka datar, tapi sangat lugas, tedas dan blakblakan.
Kendati beberapa bagian terdengar cukup naif serta arogan, hanya saja, bagi Nerta itu adalah idealisme.
Di sinilah dirinya semakin paham, bahwasanya, di dunia yang luas ini, dirinya masih bisa menemukan sosok langka yang mirip sepertinya.
Sosok berdikari, idealis dan cuek. Wanita berambut keriting itu bagaikan kloning Nerta dari perspektif wanita. Pikirnya.
“Menyebarkan berita untuk menegakkan kebenaran?” ulang Nerta dengan meresapi kalimat tersebut.
Sang wanita membisu dalam tatapan cueknya. Menanti waktu agar Nerta memahaminya, atau bersiap untuk kembali bicara.
Momen-momen perang seperti ini, berita seringkali tendensius pada kebohongan, propaganda dan sebangsanya, nyatanya banyak membuai masyarakat dan dengan kehadiran wanita muda ini, sebagai pencari serta penyebar berita, maka kebenaran masih bisa ditegakan. Demikianlah ikhtisar Nerta menyikapi cita-cita nona berambut keriting itu.
“Kini giliranmu ... bicarkanlah sedikit hidupmu,” pinta wanita berambut keriting itu dengan tatapan tajam.
Ingatan terputar kembali di kepala Nerta, menerbitkan masa lalu dari yang gembira hingga yang berakhir tragis.
“Aku seorang anak yang dididik sangat keras oleh ibuku dan ayahku. Sering kali, ibuku menyiksaku dengan tongkat hanya karena aku bermain selama purnawaktu ... ibuku pernah berkata, 'kau itu bukanlah seorang Dewa, jadi belajarlah dengan giat dan rajinlah bersekolah!' .... Tapi akhirnya, aku adalah seorang Dewa dan aku selalu menyayangi ibuku ....”
”... ibuku sudah tewas karena memanggil Siluman Dewa Mistik, ayahku serta kakakku tewas karena gagal dalam tugas ....”
“... impianku hanya satu, menyelamatkan masyarakat dari kebinasaan perang dunia, itu sudah jadi arti hidupku ... aku menjalani arti hidupku bersama empat sahabatku, kami mencapai popularitas pertama kali saat berhasil mengalahkan Dewi Karunia ... lalu kota Barata menciptakan lima patung kami di pusat kota sebagai apresiasi dan simbol kepahlawanan ... saat itu adalah di mana kami berlima sangat berjaya, warga dan gubernur provinsi Barat mengklaim kami sebagai lima pahlawan termuda, kami dipuja-puja dan dikagumi masyarakat ....”
“... selama perjalanan hidup berlangsung, kami sudah banyak mengalahkan sosok terkuat dan terkenal, seperti raja Iblis Neraka Satu. Kami tak terkalahkan dan selalu dapat diandalkan ... hingga teman-temanku mulai berubah dan tergiur provokasi dunia, kami bertengkar hebat ... lalu, disatu waktu, kami dikumpulkan dan bertempur melawan Siluman Dewa Mistik ... dan ketika sahabatku tewas, sekaligus Siluman Dewa Mistik berhasil aku kalahkan, disitulah semuanya berakhir ....”
“... aku mulai dikenal sebagai Dewa Kesetaraan, masyarakat berbondong-bondong ingin menemuiku, bahkan sampai mereka rela menginap di beranda rumahku hanya untuk dapat mencium punggung tanganku ... dan entah mengapa, aku membenci itu semua ... sejak itulah aku melarikan diri ke hutan dan hidup di sana, menjalani keseharianku untuk jauh lebih mengenal Dewa Kesetaraan dan menikmati sisa hidupku ... mungkin sekitar empat ribu tahun lebih aku bertahan di hutan ... aku bersembunyi dan selalu menolak ajakan bergabung dari mereka yang hendak memanfaatkanku ....”
“... hingga Kaca hadir, dia memberikan penawaran berbeda, seakan aku menempuh jalan lain, dengan tujuan yang sama; demi menuntaskan arti hidupku ... selain dari itu, aku pun tertarik dengan kepribadiannya yang sangat mirip denganku, seolah, aku menemukan teman baru yang sejalan ...,” pungkas Nerta dengan tatapan penuh pengharapan dalam pikiran yang berkutat pada hidupnya.
Wanita berambut keriting termangu, dirinya merasa kurang puas oleh pemaparan Nerta yang terus terang dan terkesan samar.
Singkat kata, Nerta hendak mati secara terhormat dengan mempersembahkan kebenaran pada bangsanya. Begitulah rekapitulasi dari wanita berambut keriting.
Angin bersiur kencang, menggoyang-goyangkan rambut hitam Nerta yang terkucir di belakang. Mengerjapkan mata wanita berambut keriting dengan anggukan memahami.
Kendati cerita hidup telah saling diutarakan. Walau tidak canggung, tetapi, sikap kaku masih terasa.
Mereka malah saling diam. Membiarkan kebungkaman mendekati kecanggungan dan terkesan kebingungan.
Tatapan mereka masih bersirobok dan wajah datar nan cuek terpampang tanpa ada perubahan. Mereka terpaku.
Akan tetapi, apa yang telah terjadi, secara batiniah adalah sedikit menciptakan koneksi keakraban. Seperti menemukan benda yang hilang ditumpukan sampah dan kembali ketemu; tak bisa dielakan mereka seperti saling memahami.
“Baiklah ... aku akan memanggilmu Inky, sekarang kita adalah mitra ... dan ...,” tutur Nerta sembari bangkit dari duduk. “Ayo kita selesaikan misi kita ....”
Nerta berdiri seraya menatap tajam pada cakrawala. Ke dua tangannya diselipkan pada saku jaket hitamnya. Berdiri tegap dalam raut muka datar. Mendengarkan keterangan sistem misi.
Diikuti oleh wanita berambut keriting, alias Inky. Berdiri di depan Nerta bersiap untuk pergi. Tak peduli juga Nerta memanggilnya Inky, dirinya menerimanya agar tak banyak basa-basi.
Secara garis besar, wanita berambut keriting sebahu itu berparas manis, tidak lebih cantik ketimbang Quin, tapi lebih imut daripada Quin. Inky berkulit senantan cerah sebagaimana ras Peri umumnya. Bibir tipis merah jelita dengan hidung tumpul nan mungil. Mata yang bulat nan berkilau, laksana permata. Tingginya hanya sebahu Nerta dan Wajahnya berbentuk 'Love'.
Penampilannya cukup menarik, setelan kemeja nuansa biru tua dengan lengan kemejanya yang dilipat hingga ke siku, sangat cocok dengan tubuh rampingnya. Celananya panjang nuansa hitam dengan ditimpali rok berenda nuansa biru muda selutut, nampak unik. Dirinya memiliki sayap peri yang putih bersih nan mulus.
Dan karena kebanyakan ras Peri tak pernah memakai alas kaki, Nerta serta Inky pun menelanjangi kaki mereka.
Inky adalah wanita cuek dan idealis, ambisuis tapi sedikit egois. Usianya sekitar 24.000 tahunan.
'Tning'.
Sistem misi: [Tuan, untuk memulai perjalanan pertama, datanglah menuju kota Arbez provinsi Timur, di sana, tuan mesti membawa Ketua kehormatan yang bernama Hagra ....]
'Tning'.
[... posisi telah ditemukan, tuan hanya perlu mengikuti preskriptif saya ....]
[... dan diharapkan tuan untuk sangat berhati-hati, sebab lawan tuan bukan hanya sebatas militer negara, melainkan para ajudan Ketua Kehormatan yang mumpuni ....]
__________________________________________
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
✅Demi mendukung /menghargai kinerja Author, cukup dengan hanya memberikan Like/Vote poin/koin.
(Bila ada kritik/kesan enggak perlu sungkan untuk menuliskannya dalam kolom komentar. Terima kasih.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
A.Sona.
Sip
2021-02-18
0