Sialnya waktu ikut terbuang hanya untuk pertarungan bodoh dari dua pribadi yang sama-sama idealis.
Intelijen negara memang tengah memantau dan kacaunya tanpa diketahui sistem misi. Tiga tentara pengintai juga berbaur bersama warga, mereka menelisik kejadian konyol dengan intensi khusus.
Tiga jam telah berlalu dan terus bertarung, empat jam hingga delapan jam telah terlewati, namun tak ada tanda akan berhenti.
Dapat diikhtisarkan bila segi beladiri secara fisik mereka lumayan imbang. Begitu pula dari teknik memainkan pedang dan teknik beladiri Energi.
Tengah malam dalam pertarungan, Nerta serta Inky masih di kediaman Ketua Kehormatan Hagra sekaligus disaksikan para pribadi bersosial tinggi nan ekstrover.
Rerumputan rusak, beberapa tanah cekung, hangus, dan banyak senjata tajam berhamburan di pekarangan rumah Hagra. Kedahsyatan pertarungan itu memang tak dapat dibantah. Kendati hanya di pekarangan rumah, emosi serta ketegangan yang terbentuk sama saja hebohnya dengan arena tinju.
Sayap kanan Nerta serta Inky telah putus, darah emas telah menetes dari mulut, juga hidung mereka. Nerta sudah kehilangan tangan kanannya, kehilangan pula kuping kirinya.
Sedangkan Inky, kehilangan tangan kirinya, kehilangan juga kuping kanannya. Bonusnya banyaknya calar sudah tertoreh di beberapa bagian tubuh mereka.
Biarpun luka, atau rasa sakit dipikul tubuh mereka. Pil Pemulihan yang mereka punya sama sekali tak digunakan. Terlebih, mereka belum puas untuk melukai.
'Buuff' 'Buuff' 'Buuff' 'Buuff'. Bola-bola energi nuansa merah ditembakan pada Nerta oleh Inky. Teknik tembakan fundamental.
Namun dengan mengaggumkan Nerta memutar tongkat kujangnya oleh tangan kirinya, tepat di depan tubuhnya, tanpa hilang keseimbangan.
'Swoosh', seluruh bola-bola energi itu seketika lenyap, gagal melumpuhkan target.
Sayangnya, itu belum usai. Sesaat Nerta menghentikan putaran tongkatnya, Inky telah berada di atas ubun-ubun Nerta, melompat dengan sebilah kapak yang lebih besar dari ukuran tubuhnya, ditargetkan khusus untuk Nerta.
'Tang' kapak itu menghantam tongkat kujang yang Nerta angkat demi melindunginya.
Hingga 'Tang' 'Tang' 'Tang' bersipongang ngeri senjata yang silih beradu, sampai-sampai memercikkan bunga api ke sembarang tempat, lebih-lebih dinamika pertarungan tetap berkutat cepat.
Inky menyerang dari kanan, 'Tang' ditepis oleh tongkat kujang Nerta.
Nerta menyerang dari kiri, 'Trang' ditangkis oleh kapak besar Inky.
Inky lalu menyerang dari atas, 'Trang' masih sanggup ditangkis oleh tongkat kujang Nerta.
Kemudian dengan gesit Nerta menusukkan tongkat kujangnya kearah perut Inky. Sialnya 'Wush' Inky berputar, mampu mengelak.
Maka saling serang menyerang kembali silih berganti, begitu konsisten, begitu intensif. Dari setiap sudut, diagonal, celah hingga jarak tertentu dimanfaatkan, hanya supaya hasrat bisa melumpuhkan terpenuhi.
Satu jam pertarungan sangat mendebarkan itu berlangsung.
Nerta hanya sanggup memanfaatkan satu energi utama tongkat kujangnya, yaitu energi merah. Baginya satu energi saja sudah cukup merepotkan Inky.
Itu mulai terbukti dari Inky yang terpengaruh oleh kemampuan khusus energi merah; panas. Inky nampak kepanasan.
Hingga saat subuh telah menjelang. Inky mengambil jarak jauh, menghancurkan kapak besarnya dengan energi merahnya.
Kenyataannya, setiap senjata yang dimanifestasikan masih dalam genggaman sang pengguna, tanpa sempat dilepas, senjata apa pun itu dapat dimusnahkan kembali oleh energi sang pengguna. Sehingga ada pun senjata yang sudah sempat terlepas dari genggaman, secara otomatis senjata tersebut tak dapat dimusnahkan begitu saja oleh energi.
Inky membuat ancang-ancang, tangan kanannya kini memancarkan energi merah spesialisnya. Energi itu semakin pekat benderang.
Melihat itu sebagai suatu ancaman, Nerta berinisiatif mengembalikan lagi tongkat kujangnya keasalnya. Kemudian membentuk ancang-ancang sepersis Inky.
Pendaran energi putih kini benderang di tangan kiri Nerta, dan semakin masif seiring waktu bekerja.
Mereka berdua terus berkesinambungan memadatkan energinya dari kepalan tangan masing-masing. Tatapan mereka bersirobok, tajam penuh bahaya dan pikiran terfokus penuh.
Napas mereka, aliran darah mereka hingga jantung yang berdetak, seakan sempat terhenti dikarenakan pendaran energi mereka telah mutlak menguat.
Maka, bersama gairah emosi yang meninggi, disertai desiran angin subuh yang dingin. Secara berbarengan, tanpa dirundingkan sebelumnya.
'BOUF-BOUF', energi mereka dari jarak sepuluh meteran ditembakan.
Seluruh iris masyarakat saat itu refleks membulat dan berbinar kaget. Terfokus pada dua energi yang berbeda, yang siap berbenturan.
Kendati hal lazim warga mendapati pertarungan seperti itu, kenyataannya, selalu saja membangkitkan rasa tercengang dan menggirangkan suasana hati.
Energi putih milik Nerta bukan sebatas memuat destruktif 80% saja. Kemampuan khusus energi putih pun termuat di dalamnya; cahaya.
Begitu pula energi nuansa merah milik Inky. Destruktif 85% telah dipadu padankan dengan kemampuan energi merahnya; panas.
Tiba-tiba, 'BOOMM'.
Secara mencengangkan, kedua energi itu berbenturan. Meledak, menimbulkan pancaran sinar nan besar berwarna kemerahan. Membulat terang di halaman rumah Hagra, bak mentari di siang hari yang cerah, namun bercahaya merah.
Nuansa sinar energi yang beradu tersebut merah menyala diakibatkan sifat destruktif energi merah yang lebih unggul ketimbang energi putih milik Nerta.
Sinar kemerahan itu sangat besar dan semakin meluas seiring waktu berputar, meniupkan angin ke segala penjuru. Membuat angin mendesau, debu-debu mengepul, menciptakan hawa panas yang membakar rerumputan, sekaligus menghanguskan tanah dan menghangatkan suhu di luar ruangan ini.
Lima detik kemudian, sekedipan mata, bola sinar itu 'Bhuar' pecah dengan angin panas yang berembus ke setiap arah.
Meski Nerta dan Inky hingga masyarakat merasakan radiasi panas dampak ledakan dua energi yang beradu. Mereka masih betah di posisinya.
Hasilnya imbang. Tembakan bola energi itu tak melukai siapa pun. Terlebih, paras dua pelaku begitu cuek, tanpa merasa lelah.
Dan bersama semburat baskara yang mencuat gemilang, Inky melesat cepat pada Nerta. Sebilah pedang tajam telah digenggamnya erat, spesial untuk menusuk perut Nerta.
Nerta sadar, sangat sadar kalau pertempuran 11 jam ini nyatanya tak membuat Inky mengerti apa yang direncanakan dan diinginkan Nerta.
Momen renungan dalam krisis itu sempat juga Nerta isi untuk menatap paras imut Inky yang perlahan mendekat. Impresi tak memiliki belas kasihan tergurat tedas pada romannya, dan semakin kental dari sorot mata jingganya.
Membayangkan kalau rasa sakit adalah kesenangan, sepertinya cukup menenangkan. Pikir Nerta.
'Cleb' sebilah pedang telah menancap tembus hingga ke punggung Nerta. Dan rasa sakitnya tak dapat terelakkan. Merobek bagian depan juga belakang jaket kulitnya. Berdiri di sana dengan pasrah dalam pandangan penuh arti pada netra jingga Inky. Dalam waktu 30 detik, Nerta dipastikan mati.
Tangan kanan Inky melepas gagang pedangnya seraya dengan heran bertanya, “Mengapa kau tak menghindar?”
Dengan berlutut tak kuat menahan beban tubuh luka parahnya, Nerta menengadahkan wajah agar paras karismatiknya tetap terekspos oleh iris jingga Inky. Lalu tersenyum miring penuh makna dan menjawab, “Iya ... karena aku tahu, kau ingin melukaiku ....”
Kemudian Inky berpaling tak peduli, melangkah buru-buru menuju rumah Hagra. Dan Nerta seketika menelan pil Pemulihan yang diambil dari saku dalam jaket kulitnya.
'Klontang' pedang yang menancap di perutnya dicabut dengan dibuang ke tanah. Nerta bangkit berdiri dan kembali berusaha menghentikan Inky.
Secara ajaib dengan pil Pemulihan yang mereka punya, sekujur tubuh mereka telah sembuh, bagian tubuh yang sempat terpotong kini beregenerasi kembali dan mereka sehat sedia kala.
Bonusnya, dengan energi spesialis masing-masing, busana favorit mereka utuh kembali.
“Berhenti di sana!” sentak Nerta buru-buru menghampiri Inky. “Kenapa kau tidak paham juga?!”
Inky telah menempelkan telapak tangan kanannya pada cermin pintar di pintu rumah. Namun sayangnya, dua ajudan telah tak di sana. Mereka sudah pergi.
Inky berputar badan ke belakang dan memindai warga yang masih menyaksikan ke arahnya. Kalau bisa menganalisis adanya para intelijen negara.
Nerta telah berdiri di hadapan Inky dengan ke dua tangan terselip ke saku jaket kulitnya, memandang paras imut Inky yang tetap masa bodoh. “Kita mesti melewatnya.”
______________________________________________________________________
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
✅Demi mendukung /menghargai kinerja Author, cukup dengan hanya memberikan Like/Vote poin/koin.
(Bila ada kritik/kesan enggak perlu sungkan untuk menuliskannya dalam kolom komentar. Terima kasih.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments