Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)

Di malam dingin, tak berbintang. Nerta telah tiba tepat semeter memasuki kota Tartus. Melayang terbang dengan memandang sepinya suasana kota.

Deretan bangunan-bangunan yang melayang di ketinggian 3 meter dari tanah, terkesan begitu hampa. Ratusan hunian dan toko berbahan berlian nampak kosong tanpa kesan ramainya kehidupan. Tak satu pun sosok bersayap Peri yang Nerta temui, seolah kota ini telah mati.

Walau deretan kristal sebagai penyingkap kegelapan malam terlihat berpendar terang. Atau waktu yang berdetik tak berhenti. Belum muncul adanya penghuni kota Tartus.

Jalanan lengang, di udara senyap. Begitu kosong nan misterius.

'Tning'.

Sistem misi: [Selamat datang tuan, di kota Tartus. Kota yang dijam malam seluruh penghuni diwajibkan di dalam rumah. Dan inilah informasinya ....]

[Jumlah perumahan: 13.]

[Jumlah penduduk: 52.432

Dan sebagainya ....]

Suara wanita menjadi pengisi suara sistem misi tersebut. Suaranya terdengar merdu, seakan para pria kesepian dapat menebak dengan akurat kalau wanita pengisi suara sistem ini sangat jelita. Walau nyatanya hanyalah suara robot.

Dan faktanya, suara sistem tersebut hanya dapat didengar oleh Nerta sebagai pengguna lensa kontak.

Karena info yang diberikan kurang penting. Nerta dalam hati meminta sistem menunjukkan posisi target sang mitra.

Sistem misi pun tanpa kendala menampilkan secara visual jalan dan posisi target yang hanya dapat dilihat oleh Nerta seorang. Bonusnya foto wanita yang dicari pun ditampilkan.

Rupanya, di restoran awan dengan ketinggian 3 meter dari tanah, seorang wanita berambut pirang keriting tengah berjibaku melawan beberapa siluman kera.

Wanita ras Peri berambut pirang keriting terus menembakkan bola-bola energi nuansa merah pada dua siluman di halaman restoran. Tembakan silih berganti cukup sengit terjadi.

Tak ada yang membantunya. Dua pengunjung restoran hanya diam menonton kejadian tersebut. Sedangkan para pekerja restoran tetap sibuk dengan menjaga restoran menggunakan dinding gaib pelindung.

Sistem misi: [Tuan, terdapat 33 siluman dengan ilmu Energi rendah, serta pemimpinnya memiliki ilmu Energi menengah dan ilmu Sihir level Langit Satu ....]

Nerta tengah melesat menuju seekor siluman kera putih di jalanan perumahan. Tangan kanannya telah menggenggam tongkat kujang berliannya. Siap untuk membunuh.

Tongkat kujang warisan ayahnya adalah senjata sakti kujang dengan gagangnya yang diubah menjadi tongkat dari bahan berlian. Senjata itu di simpan di dalam tenggorokan Nerta, tepatnya disembunyikan pada angin di tubuhnya.

Senjata sakti ini jelas berbeda dari senjata bentukan energi. Senjata yang mampu menguasai empat energi; Merah, Hitam, Kuning dan Hijau.

Pusaka atau pun senjata sakti adalah wujud dari manifestasi ilmu sang pemilik kesaktian, biasanya mereka yang cukup mumpuni mengkloning atau merefleksikan ilmu mereka pada benda-benda khusus, agar keturunan mereka yang tak mampu mencapai kultivasi, atau kesaktian tinggi bisa menikmati ilmu orang-orang terdahulu.

Seekor siluman kera melompat pada tanah penopang restoran lalu mendarat di halaman depan. Sedetik kemudian, Nerta mengarahkan tongkat kujangnya dengan energi merah yang telah melimbur tongkat tersebut.

'Wush' saat Nerta meluncur terbang, siluman kera refleks berputar badan ke belakang, hingga 'Shrep' dengan satu kali tebasan, siluman tewas bersama kepalanya yang copot dari badannya dan hancur bagaikan asap rokok terhempas angin.

Belum selesai. Wanita muda berambut pirang keriting tadi memanifestasikan sebilah pedang, maju berlari menuju seekor siluman kera yang menembakinya sembari menangkis setiap tembakan bola energi oleh pedangnya.

'Buaf'.

'Buaf'.

'Buaf'.

Setelah cukup dekat pada target, itu memicu tangan wanita berambut keriting secara impulsif menusukkan pedangnya tepat pada sang siluman kera.

'Cleb' pedang itu sukses tertancap ngeri di dada sang target dan dengan sekali koyakan 'Srat', wanita berambut keriting itu sanggup merobek dada sang siluman kera, hingga 'Bruk' tewas begitu saja. Dan hancur menjadi debu.

Momen mendebarkan itu diperindah oleh seekor siluman kera lainnya yang melompat dari belakang sang wanita.

Kemudian 'Bruk' siluman itu mendadak terhunjam ke rerumputan dengan Nerta yang telah menginjak dada sang siluman. 'Cleb' tongkat kujang Nerta pun ditancapkan pada kepala sang target, sampai hancur jadi debu.

Kini sebuah senyuman miring yang seakan-akan tak sengaja tertarik, terlukis pada roman imut nan datar wanita berambut keriting itu. Mungkin itu penjelmaan apresiasinya. Terlebih menatap Nerta dengan mengimplisitkan rasa terima kasih.

Tapi, belum sempat Nerta memberikan senyuman balasan kesopanan. Secara frontal dan mendadak. Sisa para siluman kera lainnya pun hadir.

Dari dua arah berlainan, para siluman kera menerjang angin, berlari dengan garang pada Nerta serta sang wanita.

Dengan disaksikan oleh dua pribadi sepasang kekasih yang duduk manis di awan. Pertempuran dua peri dengan para siluman tersuguh.

Semakin emosional dan melonjakkan insting bertarung semakin tajam.

“Hyaaaaaat ...!” Nerta maju dengan tongkat kujangnya.

Wanita berambut keriting maju dengan sebilah pedangnya.

Dan 'Srat' 'Swriing' 'Cleb' 'Shriing' seluruh bunyi pertemputan bersipongang syahdu di malam tak berbintang, tepat di halaman depan restoran.

Tiga siluman kera menyerang wanita berambut keriting, tapi 'Shriing' pedang dilayangkan secara horizontal mengenai leher tiga siluman, membuat mereka seketika mati.

Namun, sang wanita terus melangkah mantap, meliukan pedangnya, ke kanan, ke kiri, berputar bak balerina, menyerang silih berganti menyelaraskan bersama datangnya para siluman.

Tak jauh dari sana, empat siluman kera berusaha menghajar Nerta yang sangat hebat dalam menghindar.

Dengan napas teratur, pandangan waspada, Nerta berputar cukup keren sambil menebaskan tongkat kujangnya. Berlutut dan keempat siluman kera serempak ambruk menanggung mati.

Bersama tempo yang semakin terpacu, Nerta melompat dengan mengepak sayap, bergerak lihai ke sana kemari, melayangkan tongkatnya pada setiap siluman kera yang menyerang.

Terlihat mencengangkan kala kolaborasi itu cukup mudah menumbangkan para siluman kera.

Tak begitu berarti. Tiga patah kata itu pun sudah cukup meringkas payahnya serangan para siluman.

Malam sepi ini, pertunjukkan bagaikan opera nan dramatis menjadikan sepasang kekasih di atas awan itu tersenyum kegirangan dan bertepuk tangan suka cita. Duduk manis memandang sangat antusias.

Entah apa itu kabar bagus atau kabar buruk. Malahan Nerta masih tak mengetahui intensi apa yang diinginkan para siluman kera ini.

'Tsrat' tiga siluman ditebas oleh tongkat kujang Nerta, lalu hancur jadi debu. 'Shriing' pedang milik wanita berambut keriting berhasil melayang membunuh lima siluman sekaligus.

Diterangi pendar kristal di sekitar halaman restoran, pertempuran mendebarkan tersebut terpampang jelas. Tiga karyawan restoran menjadikan peristiwa di depan mereka sebagai hiburan demi menyingkirkan jemunya bekerja.

Nerta sama sekali tak menghiraukan ketidakpedulian para penoton itu. Tak juga curiga atau marah. Jelasnya, dirinya belum sempat memberi penilaian perihal hal tersebut.

Hingga sedikit dari sisa para siluman kera mulai berani menggunakan pedang. Membuat senjata tajam mereka saling beradu menimbulkan bunyi 'Trang' 'Tang' 'Klang'.

Dan 'Srat' tebasan dari seekor siluman sukses memotong tangan kiri serta sayap kiri wanita berambut keriting. Kendati hebatnya, wanita itu secara profesional tetap bertarung dengan gesit.

Sedangkan Nerta justru bertarung semakin menggila, bergerak liar melayangkan pedangnya pada beberapa lagi siluman kera tersisa.

“YEEEEEAAAAAAAAAAAH ...!” Nerta bertarung secara membabi buta. Tak peduli telinga kirinya terpotong, tak peduli sayap kirinya teriris. Yang dipedulikan hanya agar para siluman habis.

Bahkan peringatan dari sistem misi supaya bertarung secara teratur tak diindahkan sama sekali oleh Nerta.

Dengan gairah dan emosional berkantaran, dua peri itu secara mengagumkan akhirnya menghabisi seluruh para siluman kera putih. Kecuali satu kera lagi; pemimpinnya.

Dari jarak empat meteran Nerta serta wanita berambut keriting telah bersimpuh di sana dengan kondisi memprihatinkan.

Nerta berdarah, kehilangan dua sayap indahnya, kehilangan jemari kelingking kirinya, mata kiri yang buta, tubuhnya yang bercalar, nampak lemah menunduk dengan bergigit menahan sakit.

Sementara sang wanita muda pun demikian parahnya. Tapi mata kirinya tak buta dan jemari kelingking kirinya masih sehat.

“Kau bertarung seperti pemabuk ...,” sindir wanita berambut keriting seraya menunduk menahan derita dalam raut datar, dengan kaki kirinya telah terpotong oleh kujang milik Nerta.

Nerta memang tak sengaja memotong kaki kiri wanita muda itu gegara terhanyut dalam pertempuran di malam ini.

Iris mereka saling bertemu pandang. Nerta yang perlahan mulai bangkit berdiri dengan membungkuk menahan sakit, tanpa membentuk kata-kata, hanya melempar sebutir pil Pemulih pada wanita berambut keriting itu.

Wanita itu menangkapnya dengan raut wajah datar. Benar-benar datar seakan emosi adalah sesuatu yang langka untuk digunakan.

Bersama wanita muda yang menelan pil pemberian Nerta dan dirinya yang telah berdiri tegap, dalam nada datar seakan tak bersalah pun berujar, “Maaf ... sudah empat ribu tahun lebih aku tak memenggal makhluk bernyawa ....”

Terpopuler

Comments

Zulfa

Zulfa

Hai kak.. JIKA sudah mampir lagi membawa 2likenya.. ditunggu selalu feedbacknya kakak😍terimakasih

2021-03-07

1

A.Sona.

A.Sona.

Oke

2021-02-18

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan.
2 Prolog.
3 Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4 Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5 Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6 Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7 Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8 Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9 Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10 Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11 Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12 Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13 Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14 Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15 Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16 Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17 Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18 Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19 Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20 Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21 Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22 Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23 Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24 Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25 Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26 Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27 Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28 Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29 Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30 Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31 Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32 Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33 Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34 Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35 Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36 Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37 Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38 Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39 Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40 Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41 Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42 Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43 Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44 Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45 Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46 Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47 Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48 Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49 Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50 Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51 Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52 Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53 Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54 Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55 Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56 Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57 Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58 Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59 Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60 Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61 Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62 Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63 Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64 Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65 Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66 Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67 Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68 Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69 Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70 Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71 Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72 Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73 Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74 Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75 Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76 Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77 Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78 Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79 Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80 Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81 Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82 Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83 Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84 Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85 Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86 Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87 Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88 Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89 Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90 Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91 Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92 Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93 Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94 Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95 Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96 Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97 Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98 Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99 Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100 Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101 Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102 Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103 Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104 Episode 1O2: Daftar Hitam.
105 Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106 Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107 Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108 Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109 Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110 Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111 Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112 Episode 11O: Sudahlah ....
113 Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114 Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115 Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116 Episode 114: Yang Penting Menang.
117 Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118 Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119 Episode 117: Momentum Terkendali.
120 Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121 Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122 Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123 Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124 Episode 122: Mengawali Akhir.
125 Episode 123: Korban Kenyataan.
126 Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127 Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128 Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129 Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130 Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131 Episode 129: Kaget.
132 Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133 Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134 Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135 Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136 Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137 Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138 Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139 Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140 Episode 138: Situasi Parah.
141 Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142 Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143 Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144 Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145 Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146 Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147 Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148 Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149 Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150 Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151 Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152 Episode 150: Mendesak Kemauan.
153 Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154 Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155 Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156 Episode 154: Stabilitas Strategi.
157 Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158 Episode 156: Beban Kebingungan.
159 Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160 Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161 Episode 159: Melawan Ketakutan.
162 Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163 Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164 Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165 Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166 Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167 Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168 Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169 Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170 Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171 Episode 169: Kebencian Terkendali.
172 Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173 Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174 Episode 172: Tuntutan Profesi.
175 Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176 Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177 Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178 Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179 Episode 177: Jumpa Pertama.
180 Episode 178: Penting Enggak Penting.
181 Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182 Episode 180: Provokasi Dunia.
183 Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184 Episode 182: Penghancuran Serentak.
185 Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Perkenalan.
2
Prolog.
3
Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4
Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5
Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6
Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7
Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8
Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9
Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10
Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11
Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12
Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13
Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14
Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15
Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16
Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17
Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18
Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19
Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20
Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21
Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22
Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23
Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24
Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25
Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26
Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27
Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28
Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29
Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30
Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31
Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32
Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33
Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34
Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35
Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36
Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37
Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38
Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39
Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40
Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41
Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42
Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43
Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44
Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45
Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46
Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47
Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48
Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49
Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50
Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51
Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52
Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53
Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54
Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55
Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56
Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57
Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58
Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59
Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60
Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61
Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62
Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63
Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64
Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65
Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66
Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67
Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68
Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69
Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70
Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71
Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72
Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73
Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74
Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75
Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76
Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77
Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78
Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79
Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80
Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81
Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82
Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83
Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84
Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85
Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86
Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87
Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88
Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89
Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90
Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91
Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92
Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93
Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94
Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95
Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96
Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97
Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98
Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99
Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100
Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101
Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102
Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103
Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104
Episode 1O2: Daftar Hitam.
105
Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106
Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107
Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108
Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109
Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110
Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111
Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112
Episode 11O: Sudahlah ....
113
Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114
Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115
Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116
Episode 114: Yang Penting Menang.
117
Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118
Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119
Episode 117: Momentum Terkendali.
120
Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121
Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122
Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123
Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124
Episode 122: Mengawali Akhir.
125
Episode 123: Korban Kenyataan.
126
Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127
Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128
Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129
Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130
Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131
Episode 129: Kaget.
132
Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133
Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134
Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135
Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136
Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137
Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138
Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139
Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140
Episode 138: Situasi Parah.
141
Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142
Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143
Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144
Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145
Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146
Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147
Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148
Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149
Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150
Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151
Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152
Episode 150: Mendesak Kemauan.
153
Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154
Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155
Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156
Episode 154: Stabilitas Strategi.
157
Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158
Episode 156: Beban Kebingungan.
159
Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160
Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161
Episode 159: Melawan Ketakutan.
162
Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163
Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164
Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165
Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166
Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167
Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168
Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169
Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170
Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171
Episode 169: Kebencian Terkendali.
172
Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173
Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174
Episode 172: Tuntutan Profesi.
175
Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176
Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177
Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178
Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179
Episode 177: Jumpa Pertama.
180
Episode 178: Penting Enggak Penting.
181
Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182
Episode 180: Provokasi Dunia.
183
Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184
Episode 182: Penghancuran Serentak.
185
Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!