Di malam dingin, tak berbintang. Nerta telah tiba tepat semeter memasuki kota Tartus. Melayang terbang dengan memandang sepinya suasana kota.
Deretan bangunan-bangunan yang melayang di ketinggian 3 meter dari tanah, terkesan begitu hampa. Ratusan hunian dan toko berbahan berlian nampak kosong tanpa kesan ramainya kehidupan. Tak satu pun sosok bersayap Peri yang Nerta temui, seolah kota ini telah mati.
Walau deretan kristal sebagai penyingkap kegelapan malam terlihat berpendar terang. Atau waktu yang berdetik tak berhenti. Belum muncul adanya penghuni kota Tartus.
Jalanan lengang, di udara senyap. Begitu kosong nan misterius.
'Tning'.
Sistem misi: [Selamat datang tuan, di kota Tartus. Kota yang dijam malam seluruh penghuni diwajibkan di dalam rumah. Dan inilah informasinya ....]
[Jumlah perumahan: 13.]
[Jumlah penduduk: 52.432
Dan sebagainya ....]
Suara wanita menjadi pengisi suara sistem misi tersebut. Suaranya terdengar merdu, seakan para pria kesepian dapat menebak dengan akurat kalau wanita pengisi suara sistem ini sangat jelita. Walau nyatanya hanyalah suara robot.
Dan faktanya, suara sistem tersebut hanya dapat didengar oleh Nerta sebagai pengguna lensa kontak.
Karena info yang diberikan kurang penting. Nerta dalam hati meminta sistem menunjukkan posisi target sang mitra.
Sistem misi pun tanpa kendala menampilkan secara visual jalan dan posisi target yang hanya dapat dilihat oleh Nerta seorang. Bonusnya foto wanita yang dicari pun ditampilkan.
Rupanya, di restoran awan dengan ketinggian 3 meter dari tanah, seorang wanita berambut pirang keriting tengah berjibaku melawan beberapa siluman kera.
Wanita ras Peri berambut pirang keriting terus menembakkan bola-bola energi nuansa merah pada dua siluman di halaman restoran. Tembakan silih berganti cukup sengit terjadi.
Tak ada yang membantunya. Dua pengunjung restoran hanya diam menonton kejadian tersebut. Sedangkan para pekerja restoran tetap sibuk dengan menjaga restoran menggunakan dinding gaib pelindung.
Sistem misi: [Tuan, terdapat 33 siluman dengan ilmu Energi rendah, serta pemimpinnya memiliki ilmu Energi menengah dan ilmu Sihir level Langit Satu ....]
Nerta tengah melesat menuju seekor siluman kera putih di jalanan perumahan. Tangan kanannya telah menggenggam tongkat kujang berliannya. Siap untuk membunuh.
Tongkat kujang warisan ayahnya adalah senjata sakti kujang dengan gagangnya yang diubah menjadi tongkat dari bahan berlian. Senjata itu di simpan di dalam tenggorokan Nerta, tepatnya disembunyikan pada angin di tubuhnya.
Senjata sakti ini jelas berbeda dari senjata bentukan energi. Senjata yang mampu menguasai empat energi; Merah, Hitam, Kuning dan Hijau.
Pusaka atau pun senjata sakti adalah wujud dari manifestasi ilmu sang pemilik kesaktian, biasanya mereka yang cukup mumpuni mengkloning atau merefleksikan ilmu mereka pada benda-benda khusus, agar keturunan mereka yang tak mampu mencapai kultivasi, atau kesaktian tinggi bisa menikmati ilmu orang-orang terdahulu.
Seekor siluman kera melompat pada tanah penopang restoran lalu mendarat di halaman depan. Sedetik kemudian, Nerta mengarahkan tongkat kujangnya dengan energi merah yang telah melimbur tongkat tersebut.
'Wush' saat Nerta meluncur terbang, siluman kera refleks berputar badan ke belakang, hingga 'Shrep' dengan satu kali tebasan, siluman tewas bersama kepalanya yang copot dari badannya dan hancur bagaikan asap rokok terhempas angin.
Belum selesai. Wanita muda berambut pirang keriting tadi memanifestasikan sebilah pedang, maju berlari menuju seekor siluman kera yang menembakinya sembari menangkis setiap tembakan bola energi oleh pedangnya.
'Buaf'.
'Buaf'.
'Buaf'.
Setelah cukup dekat pada target, itu memicu tangan wanita berambut keriting secara impulsif menusukkan pedangnya tepat pada sang siluman kera.
'Cleb' pedang itu sukses tertancap ngeri di dada sang target dan dengan sekali koyakan 'Srat', wanita berambut keriting itu sanggup merobek dada sang siluman kera, hingga 'Bruk' tewas begitu saja. Dan hancur menjadi debu.
Momen mendebarkan itu diperindah oleh seekor siluman kera lainnya yang melompat dari belakang sang wanita.
Kemudian 'Bruk' siluman itu mendadak terhunjam ke rerumputan dengan Nerta yang telah menginjak dada sang siluman. 'Cleb' tongkat kujang Nerta pun ditancapkan pada kepala sang target, sampai hancur jadi debu.
Kini sebuah senyuman miring yang seakan-akan tak sengaja tertarik, terlukis pada roman imut nan datar wanita berambut keriting itu. Mungkin itu penjelmaan apresiasinya. Terlebih menatap Nerta dengan mengimplisitkan rasa terima kasih.
Tapi, belum sempat Nerta memberikan senyuman balasan kesopanan. Secara frontal dan mendadak. Sisa para siluman kera lainnya pun hadir.
Dari dua arah berlainan, para siluman kera menerjang angin, berlari dengan garang pada Nerta serta sang wanita.
Dengan disaksikan oleh dua pribadi sepasang kekasih yang duduk manis di awan. Pertempuran dua peri dengan para siluman tersuguh.
Semakin emosional dan melonjakkan insting bertarung semakin tajam.
“Hyaaaaaat ...!” Nerta maju dengan tongkat kujangnya.
Wanita berambut keriting maju dengan sebilah pedangnya.
Dan 'Srat' 'Swriing' 'Cleb' 'Shriing' seluruh bunyi pertemputan bersipongang syahdu di malam tak berbintang, tepat di halaman depan restoran.
Tiga siluman kera menyerang wanita berambut keriting, tapi 'Shriing' pedang dilayangkan secara horizontal mengenai leher tiga siluman, membuat mereka seketika mati.
Namun, sang wanita terus melangkah mantap, meliukan pedangnya, ke kanan, ke kiri, berputar bak balerina, menyerang silih berganti menyelaraskan bersama datangnya para siluman.
Tak jauh dari sana, empat siluman kera berusaha menghajar Nerta yang sangat hebat dalam menghindar.
Dengan napas teratur, pandangan waspada, Nerta berputar cukup keren sambil menebaskan tongkat kujangnya. Berlutut dan keempat siluman kera serempak ambruk menanggung mati.
Bersama tempo yang semakin terpacu, Nerta melompat dengan mengepak sayap, bergerak lihai ke sana kemari, melayangkan tongkatnya pada setiap siluman kera yang menyerang.
Terlihat mencengangkan kala kolaborasi itu cukup mudah menumbangkan para siluman kera.
Tak begitu berarti. Tiga patah kata itu pun sudah cukup meringkas payahnya serangan para siluman.
Malam sepi ini, pertunjukkan bagaikan opera nan dramatis menjadikan sepasang kekasih di atas awan itu tersenyum kegirangan dan bertepuk tangan suka cita. Duduk manis memandang sangat antusias.
Entah apa itu kabar bagus atau kabar buruk. Malahan Nerta masih tak mengetahui intensi apa yang diinginkan para siluman kera ini.
'Tsrat' tiga siluman ditebas oleh tongkat kujang Nerta, lalu hancur jadi debu. 'Shriing' pedang milik wanita berambut keriting berhasil melayang membunuh lima siluman sekaligus.
Diterangi pendar kristal di sekitar halaman restoran, pertempuran mendebarkan tersebut terpampang jelas. Tiga karyawan restoran menjadikan peristiwa di depan mereka sebagai hiburan demi menyingkirkan jemunya bekerja.
Nerta sama sekali tak menghiraukan ketidakpedulian para penoton itu. Tak juga curiga atau marah. Jelasnya, dirinya belum sempat memberi penilaian perihal hal tersebut.
Hingga sedikit dari sisa para siluman kera mulai berani menggunakan pedang. Membuat senjata tajam mereka saling beradu menimbulkan bunyi 'Trang' 'Tang' 'Klang'.
Dan 'Srat' tebasan dari seekor siluman sukses memotong tangan kiri serta sayap kiri wanita berambut keriting. Kendati hebatnya, wanita itu secara profesional tetap bertarung dengan gesit.
Sedangkan Nerta justru bertarung semakin menggila, bergerak liar melayangkan pedangnya pada beberapa lagi siluman kera tersisa.
“YEEEEEAAAAAAAAAAAH ...!” Nerta bertarung secara membabi buta. Tak peduli telinga kirinya terpotong, tak peduli sayap kirinya teriris. Yang dipedulikan hanya agar para siluman habis.
Bahkan peringatan dari sistem misi supaya bertarung secara teratur tak diindahkan sama sekali oleh Nerta.
Dengan gairah dan emosional berkantaran, dua peri itu secara mengagumkan akhirnya menghabisi seluruh para siluman kera putih. Kecuali satu kera lagi; pemimpinnya.
Dari jarak empat meteran Nerta serta wanita berambut keriting telah bersimpuh di sana dengan kondisi memprihatinkan.
Nerta berdarah, kehilangan dua sayap indahnya, kehilangan jemari kelingking kirinya, mata kiri yang buta, tubuhnya yang bercalar, nampak lemah menunduk dengan bergigit menahan sakit.
Sementara sang wanita muda pun demikian parahnya. Tapi mata kirinya tak buta dan jemari kelingking kirinya masih sehat.
“Kau bertarung seperti pemabuk ...,” sindir wanita berambut keriting seraya menunduk menahan derita dalam raut datar, dengan kaki kirinya telah terpotong oleh kujang milik Nerta.
Nerta memang tak sengaja memotong kaki kiri wanita muda itu gegara terhanyut dalam pertempuran di malam ini.
Iris mereka saling bertemu pandang. Nerta yang perlahan mulai bangkit berdiri dengan membungkuk menahan sakit, tanpa membentuk kata-kata, hanya melempar sebutir pil Pemulih pada wanita berambut keriting itu.
Wanita itu menangkapnya dengan raut wajah datar. Benar-benar datar seakan emosi adalah sesuatu yang langka untuk digunakan.
Bersama wanita muda yang menelan pil pemberian Nerta dan dirinya yang telah berdiri tegap, dalam nada datar seakan tak bersalah pun berujar, “Maaf ... sudah empat ribu tahun lebih aku tak memenggal makhluk bernyawa ....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Zulfa
Hai kak.. JIKA sudah mampir lagi membawa 2likenya.. ditunggu selalu feedbacknya kakak😍terimakasih
2021-03-07
1
A.Sona.
Oke
2021-02-18
1