Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)

Restoran sepi pengunjung ini memiliki gaya bangunan menyerupai cincin yang berdiri secara vertikal, berbahan batu berlian serta permata, arsitekturnya unik, interior dan eksteriornya futuristis. Ditambah, kesan elegan sekaligus mewah terlukis oleh gradasi bening dan berkilaunya bangunan.

Awan-awan nuansa warna-warni melayang di udara sekeliling restoran. Awan-awan itu menjadi tempat para pengunjung untuk bersantap, atau menikmati pemandangan artistik hamparan bunga-bunga di belakang restoran.

Nerta serta wanita berambut keriting telah duduk bersimpuh di atas awan restoran yang paling tinggi. 100 meter dari tanah menantikan kehadiran pramusaji.

“Maaf, nona ... tolong konfirmasi, benarnya info dari sistem misiku ... apakah benar nama nona adalah ... Inky?” tanya Nerta memastikan.

Wanita berambut keriting nampak sibuk dengan jam tangan pintarnya. Mengerjakan sesuatu yang seakan teramat fundamental. Pandangannya serta fokus atensinya tertuju pada pancaran hologram jam tangan yang menampilkan visual data-data berharga.

Tiga detik selepasnya. Pramusaji pria muda yang berpenampilan setelan kemeja rapi nan wangi datang menanyakan intensi kedatangan mereka kemari. Pramusaji yang nampak malas dan begitu sinis terhadap kedatangan mereka.

Namun nyatanya, itu membuat wanita berambut keriting refleks memandang penuh intensi pada pramusaji tersebut.

“Coba Anda lihat ... lelaki di depan Anda ini adalah seorang Dewa ...,” pinta wanita berambut keriting dengan menunjuk Nerta dalam raut wajah datar. Dan berusaha memanfaatkan status Nerta demi dihormati atau sejenisnya.

Berkat pernyataan tersebut, sang pramusaji beberapa saat menatap Nerta sangat intens, memindainya demi mengonfirmasi dan segala sikap malasnya berubah drastis. Tercengang dan melonjak bergairah.

“Maaf, maaf ... saya tidak sadar, kalau rupanya Dewa Kesetaraan datang ke restoran kami ...,” sesal pramusaji sambil beberapa kali membungkuk.

Bertolak belakang dari sikap sebelumnya, kini pria itu tersenyum senang dan antusias. Bertanya dengan penuh kesopanan: “Tuan dan nyonya, silakan mau pesan apa?”

Nerta tak begitu senang dengan kejadian ini. Baginya statusnya bukanlah untuk jual beli kepedulian. Lebih-lebih dirinya hanya ingin dihormati sesama makhluk bernyawa, itu sudah cukup. Dengan sikap santai, tapi mengguratkan wajah datar, Nerta menjawab, “Apa saja ... yang penting sehat ....”

Pramusaji dengan sikap antusias dan bergairahnya, malah nyeletuk, “Kami akan berikan hidangan dan minuman paling laris dan paling lezat ... tenang saja ... tuan nyonya ....”

Tak butuh waktu lama, pria itu langsung menyuguhkan beberapa santapan khas bangsa Barat ke hadapan Nerta serta wanita berambut keriting. Lalu dengan bakat 'penjilatnya' dia berbasa-basi, kemudian pergi bak perampok amatiran yang takut ketahuan.

Nerta yang pada dasarnya kelaparan langsung menyantap hidangan yang tersaji.

Tidak seperti umat manusia, umat jin hanya menyantap energi —sari pati— dari makanannya, dihirup oleh mulut lalu ditelan dan dicerna dalam tubuh.

Begitu pula dengan air minum, Nerta menghirup segarnya air, sekaligus menghirup jus anggur.

Satu hal yang penting, bila energi —sari pati— dari makanan tersebut telah lenyap, rasa minuman atau makanan tersebut menghilang, kendati warnanya tetap cerah, tetapi vitamin mau pun rasanya telah sirna; telah menjadi ampas.

Sinar cerah tanda pertengahan hari menghangatkan suasana senyap, sorot baskara yang benderang menyinari seluruh lingkungan sekitar.

Hingga memperjelas setiap garis wajah imut nan datar wanita berambut keriting itu dan iris jingganya yang tergurat vertikal bagaikan mata kucing, seakan-akan berubah warna jadi pingai kala cahaya menerpa mata eloknya.

Dirinya tengah melamun sambil menatap jauh menuju kaki langit ke belakang pundak kiri Nerta. Seperti ada beban pikiran yang perlahan mengalun menghanyutkan perasaannya. Entah baik atau buruk, tapi seolah sangat emosional.

Nerta yang sibuk makan, beberapa kali menawarkan wanita itu agar makan. Hanya saja, tak ada respons secara verbal atau isyarat bersedia, justru wanita itu tetap mematung terhanyut dalam lamunannya.

Hingga Nerta harus berhenti bersantap tepat disaat rasa kenyang ditanggung. Tatapannya kini terkunci serius pada wajah imut nan datar wanita berambut keriting itu. Sebuah tatapan penuh arti, bukan nafsu, bukan pula cinta.

Dalam tatapannya, Nerta seakan-akan mengenali siapa sebenarnya wanita muda di depannya ini. Seperti pernah melihatnya dan tahu identitasnya, namun Nerta menampiknya dengan kemungkinan; barangkali hanyalah perasaan lewat saja.

Sedetik selepasnya, wanita berambut keriting itu tersadar dari lamunanya dan bagaikan tak terjadi apapun, dirinya mulai menyantap hidangan yang tersaji di depannya.

Nerta tak banyak tingkah. Dia bungkam sambil menikmati suasana dengan menanti wanita itu bersantap.

Dari atas sini, iris hitam Nerta menyorot segala suguhan alam. Mulai dari hamparan bunga, hingga sepinya perumahan.

Kendati perumahan ini telah dilanda siang hari yang cerah, kelengangan tetaplah kental terasa. Tak satu pun pengunjung hadir, malahan tak satu pun eksistensi pribadi yang lewat daerah sini.

Tak terlalu peduli juga perihal keganjilan itu. Keheranan yang mengisi relung pikiran Nerta hanya dijejali oleh asumsi-asumsi bermakna positif; mungkin saja warga lewat jalan lain, atau masih berdiam diri dalam rumah.

Restoran ini pun demikian; sepi dan terasa hampa.

Dan waktu yang berlalu tanpa terasa. Menghentikan pikiran Nerta agar tak melambung ke mana-mana, memaksa segenap atensinya tertuju pada misi.

Sepuluh menit telah terpakai wanita berambut keriting untuk menghabiskan sari pati seluruh hidangan lezat yang tersaji.

Mereka yang kembali duduk bersila berhadapan, mulai menatap satu sama lain dalam keseriusan.

“Dalam misi ini, aku adalah mitramu ... jadi, Nerta ... aku memiliki pesan penting untukmu ... yakni, prioritaskanlah misi dan para saksi ... jangan menolong kalau hanya memperhambat misi ... apakah kamu paham?” tuntut wanita berambut keriting dengan raut paras nan datar, tanpa ada isyarat emosi, tapi tatapannya yang menelusuk tajam, mewakili betapa seriusnya kata-katanya.

Nerta mengernyit kening. Menyikapinya sangat serius. Terdiam sesaat meresapi tuntutan tersebut. Agak bingung untuk mengikhtisarkan apakah tuntutan itu bermakna positif atau negatif.

“Apakah kamu paham, Nerta?” desak wanita berambut keriting dengan alis kiri yang terangkat.

Tatapan serius wanita itu secara drastis berubah jadi tatapan intimidasi. Nerta yang merasa kalau tuntutan tersebut tak begitu buruk, tapi dengan keraguan hanya mengangguk pelan.

“Iya ... aku paham ...,” jelas Nerta dengan intonasi penuh penekanan di setiap kata. Agak memaksa terlihat semeyakinkan mungkin.

Karenanya, sikap serius wanita berambut keriting mulai melunak, secara drastis tatapannya kini berubah masa bodoh.

“Kita mesti akrab ... supaya ikatan kerja sama tim jadi lebih kuat,” ujar wanita berambut keriting mengisyaratkan adanya rencana. “Jadi ... kamu mesti banyak bercerita padaku ... setiap keluh kesah harus tertumpah padaku ... segala unek-unek, mesti disampaikan tanpa takut aku sakit hati ... kalau aku jelek, katakanlah ... kalau aku bau, ucapkanlah ... dan kalau kau benci padaku ... ujarkanlah ... apakah kau paham?”

Kembali lagi pernyataan imperatif yang taksa ditujukan pada Nerta. Kebingungan sempat menjerat pikiran Nerta. Lagi-lagi meragu untuk mengikhtisarkan apakah tuntutan itu bermakna negatif atau positif.

“Apakah kamu paham, Nerta?” desak wanita berambut keriting dengan alis kanan yang terangkat.

Tatapan itu kembali berganti jadi intimidasi. Nerta yang kesannya dipaksa pun, memutuskan untuk mengangguk cepat.

“Iya, aku paham,” balas Nerta dengan tegas. Memutuskan untuk sepakat karena merasa tak mau berbasa-basi dan tetap terlihat meyakinkan.

Sang wanita muda menerimanya dengan baik. Tanpa senyuman keakraban, tanpa jabat tangan formalitas dan tanpa komplain. Tetap datar, masa bodoh, tapi sungguh-sungguh.

“Oh, satu lagi ... jangan menanggap pekerjaan kita adalah untuk menjadi seorang pahlawan,” imbuh wanita berwajah imut dengan preventif.

Untuk takrif itu Nerta melontarkan argumen tanya, “Mengapa demikian?”

”Ayolah pemuda ... di mana ada pahlawan, pasti ada masalah, atau mungkin penjahat ... dan masalahnya tak ada yang ingin dicap sebagai pelaku kejahatan ... jadi ... saya harap, Anda menghilangkan persepsi Anda kalau apa yang kita lakukan adalah demi menjadi pahlawan ...,“ jelas wanita berhidung mungil itu.

“Pahlawan hanyalah nama lain dari sosok yang belum berkesempatan menunjukkan sisi gelap dirinya ... bagiku, saat menjalankan kewajiban, tak etis mengklaim diri sebagai pahlawan ... dan kamu mesti paham,” pungkasnya.

Nerta termangu. Sedetik selepasnya, dia mengangguk-angguk, memahami satu hal; wanita berwajah imut ini memiliki kesamaan interpretasi noda kehidupan seperti Nerta.

Sementara untuk semua tuntutan wanita berambut keriting sebahu itu, nyatanya hanya menjadi satu ringkasan bagi Nerta, yakni; tak begitu penting.

Tak begitu penting positif atau negatif, karena secara pengalaman hidup Nerta, banyaknya pribadi yang ditemui, atau cerita-cerita yang didengar. Faktanya, setiap keinginan dan harapan dapat runtuh oleh realita yang membangkitkan emosi dan secara berani, sumpah bisa dilanggar karena semuanya tak sesuai dengan selera hati.

Benar, Nerta paham betul siklus dunia yang naif dan putus asa ini, terutama penghuni buminya. Oleh sebab itu, Nerta berani menerimanya, tapi dengan sumpah dalam hati; dirinya dapat melanggarnya.

Episodes
1 Perkenalan.
2 Prolog.
3 Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4 Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5 Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6 Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7 Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8 Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9 Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10 Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11 Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12 Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13 Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14 Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15 Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16 Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17 Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18 Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19 Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20 Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21 Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22 Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23 Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24 Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25 Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26 Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27 Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28 Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29 Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30 Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31 Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32 Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33 Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34 Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35 Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36 Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37 Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38 Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39 Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40 Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41 Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42 Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43 Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44 Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45 Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46 Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47 Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48 Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49 Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50 Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51 Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52 Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53 Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54 Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55 Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56 Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57 Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58 Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59 Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60 Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61 Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62 Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63 Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64 Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65 Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66 Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67 Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68 Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69 Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70 Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71 Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72 Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73 Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74 Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75 Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76 Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77 Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78 Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79 Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80 Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81 Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82 Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83 Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84 Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85 Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86 Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87 Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88 Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89 Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90 Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91 Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92 Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93 Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94 Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95 Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96 Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97 Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98 Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99 Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100 Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101 Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102 Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103 Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104 Episode 1O2: Daftar Hitam.
105 Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106 Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107 Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108 Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109 Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110 Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111 Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112 Episode 11O: Sudahlah ....
113 Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114 Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115 Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116 Episode 114: Yang Penting Menang.
117 Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118 Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119 Episode 117: Momentum Terkendali.
120 Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121 Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122 Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123 Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124 Episode 122: Mengawali Akhir.
125 Episode 123: Korban Kenyataan.
126 Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127 Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128 Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129 Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130 Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131 Episode 129: Kaget.
132 Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133 Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134 Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135 Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136 Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137 Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138 Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139 Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140 Episode 138: Situasi Parah.
141 Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142 Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143 Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144 Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145 Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146 Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147 Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148 Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149 Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150 Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151 Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152 Episode 150: Mendesak Kemauan.
153 Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154 Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155 Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156 Episode 154: Stabilitas Strategi.
157 Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158 Episode 156: Beban Kebingungan.
159 Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160 Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161 Episode 159: Melawan Ketakutan.
162 Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163 Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164 Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165 Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166 Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167 Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168 Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169 Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170 Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171 Episode 169: Kebencian Terkendali.
172 Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173 Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174 Episode 172: Tuntutan Profesi.
175 Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176 Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177 Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178 Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179 Episode 177: Jumpa Pertama.
180 Episode 178: Penting Enggak Penting.
181 Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182 Episode 180: Provokasi Dunia.
183 Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184 Episode 182: Penghancuran Serentak.
185 Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Perkenalan.
2
Prolog.
3
Episode 1: Representasi Ambiguitas. (Part 1.)
4
Episode 2: Representasi Ambiguitas. (Part 2.)
5
Episode 3: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 1.)
6
Episode 4: Rekonsiliasi Tiga Sahabat. (Part 2.)
7
Episode 5: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 1.)
8
Episode 6: Kontradiktif Despotisme Dan Teokrasi. (Part 2.)
9
Episode 7: Seni Masa Bodoh. (Part 1.)
10
Episode 8: Seni Masa Bodoh. (Part 2.)
11
Episode 9: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 1.)
12
Episode 10: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 2.)
13
Episode 11: Diplomasi Dua Kepala. (Part 1.)
14
Episode 12: Diplomasi Dua Kepala. (Part 2.)
15
Episode 13: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 1.)
16
Episode 14: Prinsip Bersama Egoisme. (Part 2.)
17
Episode 15: Konfrontasi Dua Personal. (Part 1.)
18
Episode 16: Konfrontasi Dua Personal. (Part 2.)
19
Episode 17: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 1.)
20
Episode 18: Senyuman Manis Yang Punah. (Part 2.)
21
Episode 19: Demi Kekuatan Absolut. (Part 1.)
22
Episode 20: Demi Kekuatan Absolut. (Part 2.)
23
Episode 21: Di Malam Yang Putih. (Part 1.)
24
Episode 22: Di Malam Yang Putih. (Part 2.)
25
Episode 23: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 1.)
26
Episode 24: Mengorbankan Tenaga Pada Waktu. (Part 2.)
27
Episode 25: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 1.)
28
Episode 26: Titik Di Mana Kematian Adalah Kemenangan. (Part 2.)
29
Episode 27: Bagai pinang dibelah dua. (Part 1.)
30
Episode 28: Bagai Pinang Dibelah Dua. (Part 2.)
31
Episode 29: Berbagi Rasa Sakit. (Part 1.)
32
Episode 30: Berbagi Rasa Sakit. (Part 2.)
33
Episode 31: Tangisan Masa Lampau. (Part 1.)
34
Episode 32: Tangisan Masa Lampau. (Part 2.)
35
Episode 33: Tugas Kematian. (Part 1.)
36
Episode 34: Tugas Kematian. (Part 2.)
37
Episode 35: Motivasi Akhir. (Part 1.)
38
Episode 36: Motivasi Akhir. (Part 2.)
39
Episode 37: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 1.)
40
Episode 38: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 2.)
41
Episode 39: Menyinkronkan Bakat Dan Pikiran. (Part 3.)
42
Episode 4O: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 1.)
43
Episode 41: Melepas Keajaiban Mimpi-Mimpi. (Part 2.)
44
Episode 42: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 1.)
45
Episode 43: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 2.)
46
Episode 44: Mengharap Keajaiban Lengkapi Waktu. (Part 3.)
47
Episode 45: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 1.)
48
Episode 46: Merenungi Langkah Kemarin. (Part 2.)
49
Episode 47: Resolusi Terintegrasi. (Part 1.)
50
Episode 48: Resolusi Terintegrasi. (Part 2.)
51
Episode 49: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 1.)
52
Episode 5O: Merasionalisasi Tindakan Nyata. (Part 2.)
53
Episode 51: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 1.)
54
Episode 52: Memupus Kualitas Mentalitas. (Part 2.)
55
Episode 53: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 1.)
56
Episode 54: Sepele Untuk Ditertawakan. (Part 2.)
57
Episode 55: Histeria Realita Kegagalan. (Part 1.)
58
Episode 56: Histeria Realita Kegagalan. (Part 2.)
59
Episode 57: Hengkang Dari Neraka. (Part 1.)
60
Episode 58: Hengkang Dari Neraka. (Part 2. Tamat Jilid Satu.)
61
Episode 59 (Prolog Jilid Dua): Tidak Seperti Kemarin. (Part 1.)
62
Episode 6O: Tidak Seperti Kemarin. (Part 2.)
63
Episode 61: Provokasi Konflik. (Part 1.)
64
Episode 62: Provokasi Konflik. (Part 2.)
65
Episode 63: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 1.)
66
Episode 64: Bangkit Dari Mati Suri. (Part 2.)
67
Episode 65: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 3.)
68
Episode 66: Sesuai Preskriptif Sistem. (Part 4.)
69
Episode 67: Senandung Kematian. (Part 1.)
70
Episode 68: Senandung Kematian. (Part 2.)
71
Episode 69: Senandung Kematian. (Part 3.)
72
Episode 70: Senandung Kematian. (Part 4.)
73
Episode 71: Senandung Kematian. (Part 5.)
74
Episode 72: Senandung Kematian. (Part 6.)
75
Episode 73: Demi Arti Pertemuan. (Part 1.)
76
Episode 74: Demi Arti Pertemuan. (Part 2.)
77
Episode 75: Kasus Subversif. (Part 1.)
78
Episode 76: Kasus Subversif. (Part 2.)
79
Episode 77: Kasus Subversif. (Part 3.)
80
Episode 78: Kasus Subversif. (Part 4.)
81
Episode 79: Kasus Subversif. (Part 5.)
82
Episode 8O: Kasus Subversif. (Part 6)
83
Episode 81: Persembahan Kematian Untuk-Nya. (Part 1.)
84
Episode 82: Hari Tanpa Libur.
85
Episode 83: Persetan Dengan Moral. (Part1.)
86
Episode 84: Persetan Dengan Moral. (Part 2.)
87
Episode 85: Persetan Dengan Moral. (Part 3.)
88
Episode 86: Persetan Dengan Moral. (Part 4.)
89
Episode 87: Persetan Dengan Moral. (Part 5.)
90
Episode 88: Persetan Dengan Moral. (Part 6.)
91
Episode 89: Persetan Dengan Moral. (Part 7.)
92
Episode 9O: Persetan Dengan Moral. (Part 8.)
93
Episode 91: Persetan Dengan Moral. (Part 9.)
94
Episode 92: Persetan Dengan Moral. (Part 1O.)
95
Episode 93: Persetan Dengan Amal.
96
Episode 94: Para Keparat Yang Baik Hati.
97
Episode 95: Jujur Demi Kebohongan Kedua.
98
Episode 96: Demi Satu Keparat Bermahkota.
99
Episode 97: Dari Sang Bedebah, Demi Sang Bedebah.
100
Episode 98: Pengabdian Otoriter. (TAMAT Jilid Dua.)
101
Episode 99: Mengumandangkan Lagu Perang. (Prolog Jilid 3.)
102
Episode 1OO: Keluguan Melukai Teman.
103
Episode 101: Terlampau Bersikukuh.
104
Episode 1O2: Daftar Hitam.
105
Episode 1O3: Kedunguan Yang Cemerlang.
106
Episode 1O4: Demi Akhir Bahagia Sang Keparat.
107
Episode 1O5: Sebening Kehampaan Do'a.
108
Episode 1O6: Penantian Mengikatkan Diri Pada Kesengsaraan.
109
Episode 1O7: Angan-Angan Hati.
110
Episode 1O8: Tujuan Hati Memberatkan Akal Sehat.
111
Episode 1O9: Semoga Terkabul Do'a-Do'a Yang Ada.
112
Episode 11O: Sudahlah ....
113
Episode 111: Pil Pahit Kenyataan.
114
Episode 112: Meregas Kebencian Terdalam.
115
Episode 113: 'Dewa Kesetanan'.
116
Episode 114: Yang Penting Menang.
117
Episode 115: Kebungkaman Mengundang Pertanyaan.
118
Episode 116: Kebenaran Mengeksekusi Nyawa.
119
Episode 117: Momentum Terkendali.
120
Episode 118: Demi Mengendalikan Kenyataan.
121
Episode 119: Kerinduan Dewi Anggrek.
122
Episode 12O: Kembalinya Dewa Setara.
123
Episode 121: 'Semburat Di Tengah Jalan'.
124
Episode 122: Mengawali Akhir.
125
Episode 123: Korban Kenyataan.
126
Episode 124: Selektif Dalam Otoritas.
127
Episode 125: Sumbangsih Kepedulian.
128
Episode 126: Dramatis Dalam Ujian.
129
Episode 127: Sebatas Melindungi Nama.
130
Episode 128: Adanya Anomali Bahaya.
131
Episode 129: Kaget.
132
Episode 130: Mendengar Suara Kenyataan.
133
Episode 131: Menunggu Matahari Mereda.
134
Episode 132: Untuk Harapan Di Hati.
135
Episode 133: Demi Perdamaian Abadi.
136
Episode 134: Mempertaruhkan Moralitas.
137
Episode 135: Mengamankan Sedikit Semangat.
138
Episode 136: Tetes Air Mata Kenyataan.
139
Episode 137: Kenyataan Memacu Harapan.
140
Episode 138: Situasi Parah.
141
Episode 139: Tiga Target Pikiran.
142
Episode 140: Kebencian Ini Tak Akan Berhenti.
143
Episode 141: Dan Do'a Mengobati Luka.
144
Episode 142: Lalu Kerinduan Terlupakan.
145
Episode 143: Melampiaskan Kebencian Terdalam. (TAMAT JILID 3.)
146
Episode 144: Dan Nasionalisme Merupakan Perdebatan. (Prolog Jilid 4.)
147
Episode 145: Kebaikan Terabaikan.
148
Episode 146: Kekasih Yang Menambatkan Luka.
149
Episode 147: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 1.)
150
Episode 148: Rekonsiliasi Dua Dewa. (Part 2.)
151
Episode 149: Hasrat Tersalurkan.
152
Episode 150: Mendesak Kemauan.
153
Episode 151: Menyambut Hari Yang Cerah.
154
Episode 152: Perang Dunia Adalah Bisnis.
155
Episode 153: Mendiskreditkan Lewat Pikiran.
156
Episode 154: Stabilitas Strategi.
157
Episode 155: Ini Muslihat Untuk Kemenangan.
158
Episode 156: Beban Kebingungan.
159
Episode 157: Rasa Mengutamakan.
160
Episode 158: Patriotisme Merupakan Bisnis.
161
Episode 159: Melawan Ketakutan.
162
Episode 160: Hiburan Basi Politik.
163
Episode 161: Memalukan Dan Menyedihkan.
164
Episode 162: Pengganggu Malu-Malu.
165
Episode 163: Kenyataan Menjawab.
166
Episode 164: Fakta Dan Kenyataan.
167
Episode 165: Kenyataan Dalam Perjuangan.
168
Episode 166: Perangainya Merenggut Hati.
169
Episode 167: Dalam Waktu Samar-Samar.
170
Episode 168: Kemarahan Terlupakan.
171
Episode 169: Kebencian Terkendali.
172
Episode 170: Pertarungan Terakhir.
173
Episode 171: Melampiaskan Kebanggaan Diri.
174
Episode 172: Tuntutan Profesi.
175
Episode 173: Kepatuhan Memburu Bantuan.
176
Episode 174: Firasat Jadi Beban.
177
Episode 175: Insting Sang 'Pendekar'.
178
Episode 176: Pemicu Detak Jantung.
179
Episode 177: Jumpa Pertama.
180
Episode 178: Penting Enggak Penting.
181
Episode 179: Klasifikasi Perspektif.
182
Episode 180: Provokasi Dunia.
183
Episode 181: Kedamaian Merupakan Masalah.
184
Episode 182: Penghancuran Serentak.
185
Episode 183: Eksekusi Massal. (Tamat jilid 4.)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!