2A
"Hadirmu membawa rasa yang berbeda
Dan segala tentangmu adalah pesona yang tak biasa"
***
TETTTT… Bel pulang sekolah terdengar di antero SMA Kencana. Hujan masih turun rintik-rintik sehingga koridor masih dipenuhi oleh beberapa siswa yang menunggu hujan reda dengan sempurna. Seperti biasa, setiap pulang sekolah Ari selalu menunggu Ara di depan kelasnya. Dan sudah menjadi kebiasaan Ara juga yang selalu paling lambat diantara yang lain saat membereskan buku-bukunya.
Ari pun akhirnya memasuki kelas Ara dan langsung menghampiri gadisnya itu.
“Ra, ayo! Kebiasaan nih lama banget! Apa yang diberesin si?”cerocos Ari membuat Ara melengos dan mendongakkan kepalanya menatap sang cowok.
“Sabar kepala duyung! Ini aku lagi masukin buku-buku aku ke kolong meja. Jadi aku pulang gak bawa apa-apa, soalnya kan hujan.”
Mata Ari mendelik, dan menatap Ara geregetan.
"Halah alasan. Hujan atau gak hujan juga tuh buku-buku di taruh kolong meja." Sahut Ari.
Ara nyengir, "Kan kamu tau aku gak suka bawa buku banyak-banyak. "
Ya, tiap hari Ara selalu menaruh buku-bukunya di kolong meja. Alasannya karena ia tak suka membawa tas berat dan ia juga malas untuk menaruh buku-bukunya di loker yang jauh dari kelasnya.
“Vaura Azzalea, aku tuh.. "
"Ssssstt!!"Ara menempelkan telunjuknya di depan bibir Ari sebelum pria itu melanjutkan perkataannya.
"Yuk pulang! aku udah selesai. "Ucap Ara sambil tersenyum memamerkan rentetan gigi rapihnya. Ari jamin, siapapun bisa luluh ketika melihatnya.
“Gak usah senyum, nanti aku tambah suka.” Ucap Ari kemudian berlalu pergi.
Ara lekas berdiri dan menyandang tasnya di satu lengan, “Maklum, titisan dewi khayangan harus banyak senyum!" Sahut Ara sambil tertawa kecil.Lalu ia berjalan mendahului Ari yang makin gemas dibuatnya.
Ari pun berjalan mensejajarkan langkahnya dengan Ara. Kemudian merangkul Ara sambil mengacak rambut puncak kepalanya.
“Tunggu di koridor aja ya. Aku ambil mobil ke parkiran. Kamu ga usah ikut. Masih gerimis.” Jelas Ari.
Ara memicingkan matanya, “Yaudah lah hujan turunnya air ini. Kita mandi juga pake Air. What’s the problem?”
Ari mencubit pipi Ara dengan gemas, “Aku gak mau dibantah. Tunggu sini, jangan kemana-mana!” Pintah Ari dengan lembut dan diakhiri sebuah senyuman.
Lalu Ari berjalan cepat menuju parkiran. Namun bukan Ara namanya jika tidak ngeyel. Ia berlari kecil menyusul Ari ke parkiran. Melewati rintikan air hujan. Ari yang merasa di ikuti langsung menoleh. Benar saja Ara berlari menyusulnya. Gadis itu benar-benar keras kepala. Ari menghentikan langkahnya menatap tajam gadisnya itu. Lagi-lagi Ara melengkungkan senyum manis di bibirnya.
“Kenapa berhenti?”Tanya Ara dengan senyum polosnya.
Ari menghela napas. Gadis ini benar-benar membuatnya gemas. Terkadang, ingin rasanya Ari memasukkan Ara ke dalam botol agar aman dan bisa ia bawa kemana-mana dengan mudah.
Hujan yang semula rintik-rintik, perlahan mulai menderas. Ari langsung merangkul Ara dan menenggelamkan kepala gadis itu pada dadanya. Lalu ia menutupi puncak kepala Ara dengan telapak tangannya sebab ia tak membawa jaket. Ari membawa Ara berlari kecil menuju parkiran. Sementara itu, Ara berusaha menetralisir debaran jantungnya yang tak karuan. Di sisi lain, perilaku Ari membuat puluhan pasang mata memandangnya. Sebagian memandang kagum, dan sebagian lagi memandang iri dengan posisi Ara. Namun apa daya, mereka sadar Ara memang sepantas itu untuk Ari. Mereka adalah best couple di SMA Kencana. Bahkan beberapa anak sekolah lain juga mengetahui tentang hubungan mereka.
Kini Ara dan Ari sudah berada dalam mobil. Suasana hening menyelimuti mereka. Tiba-tiba Ari membuka knop mobil dan mengambil sebuah handuk kecil. Lalu ia mengusap rambut Ara yang agak sedikit basah karena terkena gerimis hujan.
“Kamu kepingin punya adek ya Ri?” Tanya Ara tiba-tiba.
“Hah?” Ari dibuat bingung. Ya, dia memang anak tunggal dari keluarga Bagaskara.
“Iya, abis perhatian kamu kayak Kak Reza.” Jawab Ara sambil tersenyum, “Hm.. bedanya kalo sama kamu, aku kayak kena gejala stroke ringan. Jantung aku loncat-loncat.”
Ari tertawa mendengarnya, selalu saja setiap harinya ia dibuat tertawa oleh tingkah atau sekedar ucapan polos dari Ara. Tak pernah terbayangkan apa jadinya Ari jika tak ada gadis itu. Itulah mengapa semenjak ia memiliki Ara, ia sangat menjaga jarak dengan cewek-cewek lain, selain untuk menjaga perasaan Ara, ia juga merasa sangat cukup dengan hadirnya Ara di hari-harinya. Hubungan mereka telah berjalan setahun lamanya. Kini Ari telah menginjak kelas 12. Dan Ara di kelas 11.
“You are my girl. And always be my girl. Bilang sama Bang Reza, makasih udah jagain Vaura Azzalea, cewek yang statusnya terancam punah.Haha..” Ledek Ari.
“Ish.. emangnya aku badak cap kaki tiga! Aku tuh limited bukan terancam punah.”Sahut Ara tak terima.
Ari hanya terkekeh. Lalu mulai melajukan mobilnya. Ara masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang diberikan Ari.
“Ra, seminggu kemarin kamu rutin jogging kan kayak yang aku suruh?”Tanya Ari memastikan.
“Iya kalo gak salah.” Jawab Ara asal.
Ari mengernyitkan dahinya, “Kok kalo gak salah si?”
“Kalo gak salah artinya benar.” Jelas Ara Lagi-lagi sambil tersenyum.
“Dasar kamu. Jogging itu penting buat persiapan mendaki. Supaya otot-otot kaki kamu nanti gak kaget saat dibawa naik gunung. Apalagi ini pertama kalinya kamu daki gunung.” Tutur Ari dengan serius.
Ara dan Ari masuk ke ekskul pecinta Alam. Pada ekskul ini juga pertama kalinya mereka dipertemukan. Awalnya Ari sedikit kaget ketika melihat Ara mendaftarkan diri dalam ekskul yang di ketuainya. Sebab yang masuk ekskul ini rata-rata cewek yang sedikit tomboy, dan memang mayoritas cowok. Tapi ketika melihat Ara dengan gaya feminimnya, rambut yang digerai indah, dan suaranya yang unik sedikit cempreng kekanak-kanakan, datang pada Ari untuk mendaftarkan diri, Ari terperangah. Ada angin apa cewek seperti Ara yang ia kira biasa mainnya di mall tiba-tiba ingin ikut menjelajah alam.
\~FLASHBACK ON\~
Setelah demo ekskul selesai, para siswa SMA Kencana sibuk mendaftarkan diri pada ekskul yang diminati nya masing-masing. Sejak Ara mengetahui bahwa ada ekskul pecinta alam di sekolahnya, ia langsung tertarik untuk mengikuti ekskul itu. Padahal sebelumnya ia tak ingin ambil ekskul apapun meskipun nanti dipaksa ikut ekskul. Namun ia berubah pikiran sejak melihat demo ekskul tadi. Ia membayangkan betapa serunya ikut ekskul pecinta alam itu.
“Ra, daftar cheers yuk!” ajak Nindy sahabatnya. Ara telah bersahabat dengan Nindy sejak duduk di bangku taman kanak-kanak.
“Hah?! Gak mau! Gue mau ikut ekskul pecinta alam.”Ucap Ara dengan senyum yakinnya.
Nindy terperangah, “WHATTTT?!!! Otak lo masih di kepala kan Ra?”Nindy memegang kepala Ara, “ Akal lo masih berjalan kan?!”
Ara mengangguk yakin. “Lo mau temenin gue kan?”
Nindy menghembuskan nafas kasar. “Untuk kali ini, gue butuh berfikir 1000x buat nemenin lo." Ucap Nindy tak menyangka, "Lo tau gak sih seberapa keras ekskul pecinta alam? Kita gak bakal kuat Ra! Itu bukan dunia cewek kayak kita! Udahlah pilih yang jelas aja.”
Ara sedikit kecewa dengan jawaban sahabatnya itu, “It’s okey.” Ara mengedikkan bahunya,
“Gue gak maksa lo ikut kok.” Kemudian Ara hendak melangkahkan kakinya untuk pergi.
“Tante Rani gak mungkin ngizinin lo ikut tanpa gue!”gertak Nindy membuat Ara mengurungkan niatnya untuk pergi. Ia tertegun. Memang benar yang dikatakan sahabatnya itu. Saking dekatnya Ara dan Nindy, Mama Ara alias Rani selalu mempercayakan Ara pada Nindy.
“Nindy Shakira sahabat gue satu-satunya yang paling gue sayang,belahan jiwa gue, guardian angel gue, please mau ya ikut ekskul ini.”Ara mengatupkan kedua tangannya sambil mengeluarkan senyum mautnya .
“Gue pengen mencoba hal baru, Nin. Gue ngerasa selama ini hidup gue terlalu monoton. Toh banyak juga kok cewek yang daftar, tuh liat!” Ara menunjuk ke sebuah meja yang tertulis tempat pendaftaran ekskul Pecinta Alam.
Begitu banyak siswi-siswi yang mengantri untuk mendaftar. Aneh, padahal biasanya ekskul ini sangat jarang diminati oleh kaum hawa.
Nindy tertawa terbahak, “Lo tau gak kenapa mereka ngantri mau daftar?”
Ara menggeleng dan mengernyitkan dahinya.
“Itu karena Kak Ari ketua nya! Haha.. mereka semua Cuma modus tau gak?! Biar deket sama Kak Ari.” Ucap Nindy, dan tiba-tiba memicingkan matanya menatap Ara, “Jangan-jangan…lo juga mau modus sama Kak Ari! Iya kan?! Ngaku!”
“Ih apaan sih! Gue aja gak tau dia siapa!” Tukas Ara, “Siapa tadi lo bilang? Kak siapa?”Tanya Ara tidak tahu.
“Kak Ari Bagaskara! Ketua Osis SMA Kencana. Cowok paling popular di sekolah ini."Jelas Nindy, "Kok lo bisa gak tau sih?”Tanyanya heran.
“Lo lupa kalo gue kemarin gak ikut MOS?” Tanya Ara balik. “Oh jadi dia ketua osis kita.” Ucap Ara datar.
“Iya Vaura ku sayang. Nih ya gue kasih tau, dia itu juga ketua ekskul pecinta alam. Makanya banyak banget yang mau masuk tuh ekskul, secara ketua ekskulnya seganteng dia. Tapi gue denger-denger nih ya, gak gampang buat masuk tuh ekskul. Kak Ari orangnya selektif banget. Cuma beberapa cewek aja yang berhasil masuk tuh ekskul.” Jelas Nindy, lalu memegang pundak kanan Ara, “Lo tau gak sih seberat apa ekskul pecinta alam? Lo yakin mau ikut Ra? Kalo Om Daniel sama Tante Rani gak ngizinin gimana?”
“Papa bilang kalo gue mau nurutin kemauan dia untuk masuk SMA Kencana ini, dia bakal turutin mau gue. Lo tau kan gue dulu maunya masuk SMA Cendrawasih. Ya meskipun SMA Kencana jauh lebih unggulan.” Ara tersenyum simpul, “ Tapi kan Michael disana. ”
Nindy mendorong pelan pundak Ara, “Alah.. lo kagum sama dia tapi gak diungkapin buat apa juga. Bahagia lo gak pasti. Jelas lah mending lo disini sama gue.”
Ya, Ara memang mengagumi Michael,teman seangkatannya. Ia cukup dekat dengan Michael. Namun hanya sebatas teman dekat tidak lebih. Banyaknya cewek yang berada didekat Michael membuat Ara lebih memilih mengaguminya dalam diam. Entahlah, rasanya Ara hanya ingin rasa kagum ini tak berubah menjadi suka sebab ia belum siap jatuh cinta dengan sosok cowok pujaan di sekolahnya dulu.
Tiba-tiba Nindy merangkul Ara, “Yaudah gih daftar.” Ucapnya sambil tersenyum, “Keinginan lo udah terlalu sering diabaikan. Gue ngerti, sekarang lo butuh kebebasan untuk memilih apa yang lo mau. Gue dukung lo.”
Ara tersenyum lebar, “Jadi lo mau ikut ekskul pecinta alam bareng gue?”
“Enggak.” Jawab Nindy membuat Ara melengos. “Gue dukung lo bukan berarti gue harus ikut lo kan?”
Meskipun sedikit kecewa tapi Ara menganguk mengerti. “Yaudah gue daftar dulu ya, bye! Nanti kita ketemu di kantin ya!” Ucap Ara lalu berderap pergi dari hadapan Nindy.
Ara berjalan menghampiri meja pendaftaran ekskul pecinta alam yang sudah mulai sepi barisan. Hanya tersisa 2 orang laki-laki yang sedang mendaftar. Meja itu dijaga oleh seorang laki-laki dan perempuan yang Ara lihat dari nametag nya bernama Yudha Ananta dan yang perempuan Melly Zavira.
Kini tibalah giliran saatnya Ara yang mendaftar.
“Halo Kak, nama Saya Vaura Azzalea. Biasa dipanggil Ara. Saya mau daftar ekskul pecinta alam.” Ucap Ara diiringi senyum manisnya.
Yudha tercengang ketika melihat Ara. Sungguh ia berani bersumpah hanya cowok tidak normal yang tidak terpesona ketika melihat cewek secantik Ara. Rambutnya tergerai indah, tubuhnya sangat ideal bagi wanita,kulit nya putih,bulu matanya lentik, hidungnya mancung, ditambah lagi senyumannya sangat menawan. Sementara Melly hanya senyum meremehkan. Ia yakin cewek seperti Ara mendaftar hanya sekedar ingin pdkt dengan ketua ekskul mereka.
“Silahkan diisi formulirnya.” Ucap Melly sedikit sinis sambil memberikan secarik kertas.
Seorang cowok tampan bertubuh tinggi, berhidung mancung, berkulit sawo matang tiba-tiba muncul dihadapan mereka.
“Ehem!” ia berdeham membunyarkan lamunan Yudha. Dan membuat Ara dan Melly mendelik ke arahnya.
Ketika melihat cowok tersebut, fokus mata Ara langsung pada name tag yang terpasang di atas saku bajunya.
“Ari Bagaskara.” Gumam Ara mengeja nama itu dalam hati. “Jadi dia orangnya.”
Ari menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Ara dengan mata tajamnya, “Dari awal gue peringatkan, gak sembarang orang bisa masuk ekskul ini. Kalo lo mau dekat atau modus sama gue, sorry gak lewat ekskul ini. Jadi lebih baik ngundurin diri dari awal.”
Sumpah demi apapun, Ara merasa darahnya mendidih mendengar perkataan cowok itu. Tangannya mengepal kuat. Selama hidupnya ia tak pernah diremehkan seperti ini apalagi dengan predikat “MODUS”. Tak pernah melintas di otaknya modus dengan cowok manapun, sebab selama ini dirinyalah yang selalu jadi primadona dimanapun ia berada. Ara menarik nafas sejenak mencoba mengontrol emosi dalam dirinya. Ia bukanlah orang yang mudah terpancing amarah. Lalu Ara tersenyum. Ya, itu juga salah satu cara ampuh bagi Ara untuk meredam emosinya. Ara tersenyum dengan lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapih.
“Kak Ari Bagaskara. Maaf sebelumnya, tapi aku baru lihat kakak detik ini. Kemarin aku gak ikut mos. Jadi aku gak tau kakak siapa.” Ucap Ara membuat Ari tersentak. Dan membuat Yudha menahan tawa atas kepedean Ari.
Yudha menepuk bahu Ari ,“Bro, kayaknya lo terlalu percaya diri deh. Haha.. udahlah biarin aja dia daftar. Toh setelah ini ada seleksi nya lagi.”
Ari tetap memasang wajah tegasnya, “Terserah. Pokoknya gue mau yang ikut Diklatsar nanti hanya orang-orang terpilih. Lo bisa bedain kan mana yang serius sama yang main-main? Gue gak mau buang waktu.”tutur Ari kemudian berderap pergi.
Ara menunduk diam. Rasanya baru saja ia ingin belajar hal baru, namun halangan seolah tak pernah berhenti
menghampirinya.
“Lo beneran serius mau ikut ekskul ini?”Tanya Melly dengan tatapan sedikit iba.
Ara hanya mengangguk sambil tersenyum getir. Tiba-tiba Melly mengusap pundak Ara lembut. Awalnya ia kira Ara termasuk dari sekian banyak cewek yang tadi mendaftar dengan niat modus. Ternyata ia salah. Melly melihat kesungguhan dari mata Ara.
“Lo tenang aja. Gue sama Yudha bakal pastiin kalo lo ikut Diklatsar. Gue akan masukin formulir lo ke anggota Diklatsar.”Ucap Melly sambil tersenyum.
Sesungguhnya Ara tak mengerti apa yang mereka ucapkan sejak tadi, “Hm..maaf kak, Diklatsar tuh apa ya?” Tanya Ara dengan polosnya.
Yudha terkekeh, “Pendidikan dan latihan dasar. Disana kamu akan tes langsung di alam bebas. Jangan takut, semuanya dijamin safety kok. Pelaksanaannya minggu depan. Nanti H-3 akan kami adakan pendataan kesehatan fisik dan pemeriksaan. Jadi kami tau riwayat penyakit masing-masing peserta.” Jelas Yudha.
“Oh gitu. Wah kayaknya bakal seru nih!”Senyum Ara kembali mengembang, “ Makasih ya Kak Yudha, Kak Melly. Kalgitu, aku pergi dulu ya kak.”
Ara langsung melangkah ke kantin dengan wajah yang sangat ceria. Sementara itu Yudha dan Melly sibuk memilih formulir mana yang akan mereka masukkan ke peserta Diklatsar.
***
TO BE CONTINUE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Devi Nurdianti
br prtm bagus
2024-08-30
1
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-01-18
1
💕Rose🌷Tine_N@💋
mampir...
mencoba baca cerita Abegeh..
biar serasa muda kembali😍
2022-09-28
2