Itulah kilas balik awal hubungannya dengan Ari setahun lalu. Semenjak hari itu, Ara tak pernah melihat lagi sosok Ari yang terkesan galak dan tegas. Yang ada di mata Ara, Ari hanya sosok cowok yang selalu manja padanya, dan posesif. Ia tak menyangka hubungannya dengan Ari sudah berjalan cukup lama.
Tiba-tiba tangan Ari mengelus pipinya, “Kok diem aja dari tadi? Tumben. Lagi ada masalah?”
Ara menoleh dan tersenyum, “Kaki aku pegel.” Jawabnya asal.
“Sini lurusin aja.” Ucap Ari kemudian meminggirkan mobilnya sejenak.
Ara masih bingung, tiba-tiba Ari menaikkan kedua kaki Ara ke atas kakinya agar bisa diluruskan. “Eh eh.. Ri apaan sih,” ucap Ara yang kaget.
Kemudian Ari melajukan kembali mobilnya. Sebelah tangannya memegang stir, dan sebelah lagi memijat pelan kaki Ara.
Ara tertawa kecil, “Aku bercanda doang tau.”
Ketika Ara ingin menurunkan kakinya, tangan Ari menahannya. “Stay here, no problem princess.”
Ara hanya bisa tersenyum pada setiap perlakuan Ari untuknya. Cowok itu memang selalu memperlakukannya layaknya princess. Mungkin Ari bukanlah cinta pertamanya, tapi entah mengapa Ara begitu yakin untuk menjadikan Ari sebagai yang cinta terakhirnya.
***
Sesampainya di parkiran rumah Ara, ada sebuah mobil Ferrari putih yang terparkir disana. Ari bingung, karena ia hafal betul mobil yang dipakai keluarga Ara.
“Mobil siapa nih Ra?”tanya Ari.
Ara mengedikkan bahunya, “Gak tau. Tamu Papa mungkin. Kamu mau mampir dulu?”
“Nggak deh, aku mau meeting nih di café black yard .Yaudah aku balik ya, bye princess.” Ucap Ari sambil mencubit pipi Ara yang chubby.
Seperti biasa, Ara membalasnya dengan senyum manisnya. Ya, di usianya yang baru menginjak 18 tahun, Ari sudah mampu mengelola beberapa cafe dan clothing line. Ini tak lepas dari dukungan Papanya yang memang pembisnis sukses. Meskipun Ari sangat sibuk dengan kesehariannya, namun ia selalu meluangkan waktu untuk sekedar memberi kabar pada Ara. Betapa Ara merasa sangat di prioritaskan olehnya.
Setelah mobil BMW M6 Ari meninggalkan parkiran rumah Ara.
Ara langsung bergegas masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya Ara melihat sosok Michael ada di ruang tamunya sedang duduk bersama Reza,kakaknya.
“Eh nyonya udah pulang.” Ledek Reza. Kemudian Reza bangkit berdiri, “Nih ada yang nungguin. Katanya kangen mau ketemu. Hahaha..”
Reza berlalu pergi meninggalkan Ara yang masih terpaku membisu melihat Michael dihadapannya. Bagaimana bisa cowok itu datang ke rumahnya setelah setahun tak pernah bertemu. Bahkan Ara kira cowok itu telah lupa padanya.
“Hai Ra, apa kabar?” sapanya dan tiba-tiba Michael memegang dagu Ara, “Senyum dong. Gue kangen banget sama senyuman lo, Ra.”
Ara langsung menepisnya. “Hm..sorry Mike, tapi lo ada perlu apa ya? Kok tiba-tiba dateng kesini?”
“Gue udah beberapa kali Ra dateng kesini, dan untuk yang kesekian kalinya setiap gue dateng, lo selalu gak ada.”
Jelas Michael dengan raut wajah kecewa.
“Lo kesini setiap weekend?”tanya Ara.
“Iya lah, kapan lagi sempetnya coba. Kemana sih emang? Segitu sibuknya ya sampe weekend aja gak ada dirumah. Gue aja yang ketua osis plus ketua basket weekend masih bisa santai. Akhirnya gue sempetin deh ke rumah lo pulang sekolah gini.”
“Ekskul gue beda sama lo. Gue ikut ekskul pecinta alam, jadi kegiatannya cuma pas weekend soalnya outdoor.” Ara menghela napas, “ So intinya lo kenapa pengen ketemu gue?”
“K.A.N.G.E.N!! Jelas? Gue bilang kangen ya kangen. Lo kayak ngilang gitu aja Ra semenjak kita beda sekolah. Whatsapp lo ganti nomer ya?”
“Hm.. iya. Sorry ya gak ngabarin. Ya gue kira,lo udah lupa sama gue.”
Michael tertawa kecil, “Gak mungkin lah gue lupa sama bidadari gue sendiri.”
Ara tersentak, “wait, maksud lo?”
“Hah ng..enggak. lupain aja. Oh ya, tadi lo bilang ikut ekskul apa?”
“Pecinta Alam.”
Michael tersenyum, “Keanehan lo gak berubah ya Ra. Kenapa lo gak ikut cheers aja bareng Nindy? Kan jadi bisa ketemu gue kalo lagi ada tanding. Beberapa kali gue ngeliat Nindy tuh pas gue tanding.”
Tak ada yang berubah dari Michael sejak terakhir kali Ara bertemu dengannya ketika perpisahan sekolah. Michael
memiliki wajah yang sangat tampan. Postur tubuhnya tinggi, hidungnya mancung, alisnya cukup tebal, bibirnya tipis, rahangnya tegas, dan bola matanya hitam.Michael adalah sosok cowok yang hangat. Ia mudah bergaul pada siapa saja. Dan ia bukanlah orang yang membosankan. Itulah mengapa Michael banyak digandrungi cewek-cewek sejak dulu.
“Bentar ya, gue ganti baju dulu. Gak nyaman nih masih pake seragam.” Ucap Ara sambil tersenyum.
“Sip! Jangan lama-lama nanti gue tambah kangen. Haha..”jawab Michael yang dibalas lemparan bantal sofa oleh Ara.
Ara bergegas ke kamarnya dan berganti baju. Tiba-tiba hpnya berdering tanda panggilan masuk. Ia melihat nama Ari tertera di layar ponselnya. Kemudian Ara mengangkatnya.
“Halo beruang maduuu, ada apa?”tanya Ara.
“Terus aja Ra kasih panggilan aneh. Manggil sayang apa susahnya sih?”jawab Ari di sebrang sana.
“Hahaha.. kenapa sih? Kayaknya lagi bête nih.”
“Tadi aku sampe di cafe dan ternyata client aku masih di jalan. Katanya macet lah apa lah. Ga disiplin banget kan.
Yaudah aku batalin aja meetingnya. Se gak suka itu aku sama orang yang gak on time.”
Ara menghela napas mendengar curhatan pacarnya itu, “Mungkin di jalan ada problem kali, kecelakaan gitu misalnya. Kan kita gak tau. Kenapa gak ditunggu sebentar aja?”
“Gak peduli. Aku gak suka nunggu.”sahut Ari.
“Iya aku ngerti, tapi belajar untuk memaklumi orang lain kan gak ada salahnya.” Ucap Ara sambil menyisir rambutnya.
“Ra, yang tadi naik Ferrari putih itu benar tamu nya Papa kamu?”Tanya Ari membuat Ara tersentak.
Ara diam terpaku. Ia bingung harus berkata apa. Ingin berkata jujur, namun sepertinya akan sulit menjelaskan pada
Ari yang cenderung possesif.
“Aku tanya, kok gak dijawab.”ucap Ari. Nada bicaranya mulai dingin.
“I..itu..”
“Turun sekarang. Aku ada di ruang tamu kamu.” Sela Ari.
JLEB! Nafas Ara tercekat.Bagaimana bisa Ari ada di ruang tamunya sekarang?! Ya Tuhan, bahkan untuk menggerakkan kakinya sekarang saja Ara lemas. Ingin rasanya Ara meminjam pintu doraemon agar ia dapat
menghilang dari tempatnya sekarang. Ara sangat paham bagaimana sikap Ari jika melihat ada cowok yang mendekatinya.
Sementara itu, Ari memasuki ruang tamu dan menghampiri cowok berjaket abu-abu itu. Wajah Ari tampak sinis menatap Michael.
“Lo siapa?”tanya Ari ketus.
“Gue Michael. Lo sendiri siapa?” jawabnya.
“Kenal sama Ara?”
Michael terkekeh, “Haha.. Menurut lo? Lagian lo siapa sih?” Michael tersenyum sinis pada Ari, “ Gue calon pacarnya. Saran gue sih, mending sekarang lo pulang deh bro. Ganggu tau gak.”
Dada Ari bergemuruh hebat. Emosinya meluap. Ari mengepalkan tangannya kuat-kuat.
BUGHHHHH!!! Ari melayangkan tonjokannya pada cowok belagu dihadapannya itu.
“Ari stop!” Ucap Ara yang baru saja datang.
Ara langsung menurunkan tangan Ari yang hendak menonjok Michael lagi. Sudut bibir Michael sudah mengeluarkan
darah.
“Mike sorry, lo pulang ya sekarang.”Ucap Ara membuat Ari menatapnya tajam.
“Siapa dia Ra?”Tanya Ari sambil menatap Ara tajam namun tak ada nada membentak.
Sementara Michael masih terpaku ditempatnya, bingung dengan situasi ini.
“Mike please.. pulang sekarang.” Pintah Ara dengan wajah memohon.
“Ara, aku tanya siapa dia?” Tanya Ari mendesak.
Dengan wajah kesal bercampur bingung, Michael akhirnya memutuskan untuk pergi. Kemudian Ara langsung menarik tangan Ari dan membawanya ke taman belakang rumahnya.
Ara menyuruh Ari untuk duduk di bangku tamannya. “Sabar ya.. aku jelasin. Gak usah pake marah-marah ya..”Ucap Ara sambil tersenyum. Percayalah itu sulit dilakukan. Tersenyum di saat situasi tegang seperti ini. Namun hanya itu yang dapat meredakan suasana.
Ari langsung menoleh,“Kapan aku pernah marah-marah sama kamu?”
Ara terdiam. Lagi-lagi ia salah ngomong. Ya, Ari memang tak pernah marah-marah dalam artian membentak sekalipun padanya. Jika ia marah dan kesal, Ari cenderung diam hingga membuat Ara sangat sedih dan menyesal. Jika ia cemburu sekalipun, Ari hanya akan melampiaskan emosinya pada cowok yang berani mendekati Ara.
“Maaf..aku minta maaf dulu, dimaafin gak?”Tanya Ara namun Ari membuang muka padanya.
“Namanya Michael. Dia teman SMP aku dulu. Aku juga kaget liat dia tiba-tiba dateng kesini.”
“Jadi apa alesan dia dateng kesini?”
“Kangen aku katanya.” Jawab Ara spontan. Lalu ia tersadar dan langsung merutuki kebodohannya.
Ari tersenyum sinis, “Udah berapa lama ngobrolnya tadi?”
“Baru sebentar kok sumpah.”
“Terus tadi kenapa disuruh pulang? Kasian kan, masih kangen pasti sama kamu. Sana gih susulin, reunian lagi. Aku juga mau pulang kok. Maaf ganggu.” Ari langsung bangkit berdiri. Mood nya benar-benar hancur hari ini. Lalu ia beranjak pergi.
“Sayang please..” Ara berusaha meraih tangan Ari, namun dihempas begitu saja.
Ari tetap berjalan keluar rumah Ara. Sementara Ara masih mencoba menghentikannya. Sampai di depan mobil Ari, Ara langsung menghalanginya dengan berdiri di depan pintu mobil Ari.
Nafas Ara terengah-engah, “Ari, aku capek.”
“Minggir, aku juga capek.” Pintah Ari.
Ara langsung memeluk Ari erat.
“Lepas.” Ucap Ari dingin sambil mencoba melepas pelukan Ara. Namun gadis itu memeluknya erat sekali.
“Ari gak boleh marah, jangan cemburu.”Ucap Ara menahan tangisnya.
Sudah cukup bagi Ara, terakhir kali Ari cemburu padanya, Ari menghindarinya selama beberapa hari dan cowok yang mendekatinya juga babak belur.Ia tak ingin itu terjadi lagi.
Akhirnya Ari hanya diam membiarkan gadisnya itu sampai melepaskan pelukannya sendiri. Lalu Ari memalingkan wajahnya dari Ara. Tak bisa dipungkiri, ia hanya benar-benar takut Ara berpaling dan membuatnya kecewa. Karena itu ia sangat possesif.
Ara menyentuh kedua pipi Ari dan mengarahkan wajah Ari agar menatapnya, “Ari gak boleh diem aja.”
Sesaat kemudian air mata Ara terjatuh membasahi pipinya. Ara langsung menunduk. Tangannya masih
berada di kedua pipi Ari. Akhirnya Ari beralih menatap wajah Ara yang sendu.
Ari mengusap air mata di pipi Ara,“Aku gak boleh marah, aku gak boleh cemburu, aku gak boleh diem aja, terus gak boleh apalagi?”tanyanya selembut mungkin.
Ara menurunkan tangannya dari pipi Ari lalu menatapnya dalam,
“Gak boleh possesif.” Jawab Ara.
“Gak bisa.” Ucap Ari kemudian langsung memasuki mobilnya.
Lalu dalam hitungan detik, mobil Ari sudah melaju meninggalkan rumah Ara. Sementara Ara masih terpaku
di tempatnya. Hatinya sesak setiap kali melihat Ari cemburu. Seolah ia tak layak untuk dipercaya.
Ari mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya. Dibenaknya hanya ada Ara, Ara dan Ara. Terlahir sebagai anak tunggal membuatnya tidak terbiasa membagi miliknya dengan siapapun. Terlebih semenjak bundanya pergi meninggalkan ia dan Papanya 5 tahun silam hanya demi laki-laki lain. Ari sangat merasa dikecewakan saat itu. Teringat bagaimana ia menangis dan memohon agar bundanya tidak pergi, namun semuanya sia-sia.
Sejak saat itu, Ari mengunci hatinya rapat-rapat untuk seorang wanita. Hingga Ara datang mengetuk pintu hatinya dan memberi warna dalam hidupnya. Ia tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Cukup rasanya melihat betapa terluka hati Papanya kala melihat bundanya pergi.
Bahkan hingga saat ini, Papanya tetap memilih sendiri tanpa seorang pendamping. Ia menjadi bunda sekaligus Papa untuk Ari. Memberikan seluruh kasih sayangnya tanpa kurang satu apapun. Itulah sebab mengapa Ari tak sampai terjerumus dalam kenakalan remaja saat ia menjadi anak broken home.
***
Ari memasuki rumahnya yang cukup megah. Namun memang terkesan sepi. Ia memiliki sekitar 10 pekerja di rumahnya. Empat pembantu yang bertugas mengurus segala keperluan dan kebersihan rumah, dua tukang kebun,
dua supir pribadi, dan dua security. Papanya biasa pulang malam hari. Dalam kesehariannya Ari juga sibuk mengurus segala kegiatannya di sekolah serta beberapa bisnisnya. Dua laki-laki itu sama-sama menyibukkan diri untuk saling memberikan yang terbaik.
Ketika Ari baru saja ingin melangkahkan kaki ke anak tangga, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
“Ari, gak lihat ada Papa disini? Kok main nyelonong aja.” Ucap Papanya.
Ari menoleh dan sedikit terkejut melihat Papanya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
Ari bergegas menghampiri Papanya,
“Papa? Kok tumben udah di rumah jam segini? Maaf Pa, Ari beneran gak liat tadi.”
Ari melepas jaketnya dan melemparnya asal ke sofa di sampingnya. Lalu ia duduk disamping Papanya yang sedang menonton tv. Wajah Ari masih suntuk. Suasana hatinya belum membaik.
David merangkul anak semata wayangnya itu,“Hari ini Papa sengaja pulang cepat. Mau quality time sama anak Papa yang paling ganteng senusantara ini.”
“Sorry Pa, aku lagi gak mood.”Jawab Ari.
David langsung mengubah posisi duduk menghadap Ari, “Loh loh, kenapa ini jagoan Papa mukanya kusut banget? Let’s sharing with your dad!”
“Ara.” Ucap Ari singkat.
David langsung tertawa terbahak. Ini bukan yang pertama kalinya. David sudah paham betul bagaimana anaknya itu jika sedang bermasalah dengan gadis bernama Ara itu. Bahkan dulu David lah yang menyuruh Ari untuk mengungkapkan perasaannya pada Ara saat itu. Sejak bertemu Ara untuk yang pertama kalinya, David bisa melihat bahwa anak nya tak salah pilih.
“Kok ketawa sih Pa?!” ketus Ari.
“Haha..oke sorry deh. Papa tebak, pasti kamu lagi cemburu. Iya kan?!”
Ari menghela napas, “Aku gak suka dia ada hubungan sama cowok manapun.”
David menepuk pundak Ari pelan, “Wajar kalo cemburu. Tapi kalo kamu berlebihan, itu akan buat Ara tertekan juga.
Selama masih dalam batas wajar..”
“Batas wajar apa sih Pa? semuanya gak wajar di mata aku.” Sela Ari.
TO BE CONTINUE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Cemburunya gitu bat awas ntar jdi toxic
2020-10-21
1
AlbarGibadista💦
boleh aq kantongin ngga sih bang Ari nya😍
2020-08-21
2
Andry Chang
alo
2020-01-28
1