Tak lama kemudian, Nindy datang menghampiri Ari yang sedang duduk di kursi tunggu depan ruang inap Ara.
“Kak, tanggung jawab lo belum selesai. Gue mau pulang!” ucap Nindy.
“Besok pagi supir saya jemput. Biar nanti supir saya yang anter kalian berdua.”Jawab Ari.
Nindy tersenyum lega, “Ok, thanks!”
***
Keesokan harinya..
Nindy sibuk mengemas dan memasukkannya semua barang-barangnya dan Ara ke dalam mobil yang disiapkan Ari. Mobil itu telah menunggu di depan puskesmas. Sementara itu, Ara masih tertidur lelap,namun infuse nya telah dilepas oleh suster.
“Bangunin gih, kasian supir gue udah nungguin.” Pintah Ari pada Yudha.
“Gak tega gue. Lo aja deh.”Sahut yudha.
Ari menghembuskan napas kasar, “Namanya siapa tadi, lupa gue.”
“Ara.” Jawab yudha singkat.
Ari berjalan mendekati ranjang Ara. “Ekhem.. Ara..bangun Ra, udah pagi.”Ucap Ari sambil menepuk pelan tangan Ara.
Yudha terkekeh melihatnya. Sungguh wajah Ari sangat tegang.
Ara membuka matanya perlahan. Tangannya menghalau Sinar matahari yang masuk menerpa wajahnya.
Ari tak berkedip menatap Ara, “Damn! Cantik banget dia.” batin Ari.
“Mau apa Kak Ari kesini?”Tanya Ara ketus.
“Mau nyuruh kamu pulang. Tuh udah aku siapin mobil buat anterin kamu sama temen kamu ke Jakarta.”Jawab Ari santai.
Ara kaget, “Gak mau! Aku gak mau pulang!” tegas Ara.
Ari dan Yudha terperanjat. Bagaimana bisa gadis itu tetap keras kepala.
“Terus mau disini sendirian? Temen kamu mau pulang. Saya sama Yudha mau balik ke hutan lanjutin diklatsar. Kalo..”
“Ya aku ikut!” celah Ara. “Kak Ari gak adil! Bahkan diklatsar belum selesai, kenapa Kak Ari bilang aku udah gak lolos seleksi? Karena aku pingsan? Iya?” Tanya Ara dengan air mata yang sudah mengembang dipelupuk matanya, “Apa seorang pemimpin berhak meremehkan orang lain?”
“Saya gak meremehkan kamu. Tapi harusnya kamu tau dimana batas kemampuan kamu. Saya paham impian kamu, tapi bukan ini jalannya.” Jawab Ari membuat air mata Ara benar-benar menetes.
Ara mengalihkan pandangannya pada yudha yang sejak tadi diam membisu,
“Kak Yudha, aku mohon.. please..”ucap Ara.
Yudha tak bergeming. Saat ini ia tak punya alasan kuat untuk membantu Ara. Tiba-tiba Ari menggendong Ara alabridal style.
“Kita gak punya banyak waktu. Pulang dan pulihin kondisi kesehatan kamu.” Ucap Ari.
Ara amat terkejut. Jantungnya terasa berhenti berdetak beradasedekat ini dengan Ari.
“Turuninnn!!”berontak Ara. “Aku gak mau pulanggg!!”
“Diam!” bentak Ari membuat Ara tersentak.
Ara pasrah. Hatinya sangat sakit menerima ini. Ditambah lagi kondisi nya yang belum 100% pulih. Dan kini Ari menggendongnya melewati lorong rumah puskesmas yang cukup ramai. Sungguh Ara sangat malu,ia tak bisa membayangkan kondisi wajahnya sekarang. Muka bantal dan mata sembab. Ara melingkarkan kedua tangannya di leher Ari. Akhirnya ia memilih menyembunyikan wajahnya di pundak Ari. Namun bukannya berhenti, air matanya malah semakin deras. Ia terisak di dada Ari hingga membasahi baju Ari.
“Gak usah cengeng. Anggap aja ini perlombaan, ada menang dan kalah.” Ucap Ari sambil mempercepat langkahnya keluar dari puskesmas.
“Tapi aku ngerasa didiskualifikasi hanya gara-gara pingsan.”Balas Ara dengan suara kecil namun cukup terdengar oleh Ari.
Yudha hanya membuntuti dari belakang. Dari hati kecilnya, ia ingin gadis itu bisa masuk ke ekskul pecinta alam ini. Namun apa daya, ia bingung apa yang harus ia lakukan.
Setibanya mereka di depan mobil yang disiapkan Ari, Yudha langsung membuka pintu mobilnya. Sementara Nindy memandang penuh kebingungan.
“Kenapa lagi dia?”Tanya Nindy pada Ari dan Yudha. “Woy lumpuh mendadak lo Ra?”alihnya pada Ara yang sudah duduk disamping jendela.
“Gak mau pulang tadi berontak, jadi terpaksa saya gendong biar cepat.”jawab Ari.
“Yaelahhh..masing kebalik juga rupanya tuh otak!”Ucap Nindy pada Ara. “Yaudah kalo gitu Kak Ari, Kak Yudha thanks banget ya. Maaf ngerepotin. Kita pamit ya.”lanjut Nindy.
“Tolong sampaikan salam saya sama orang tuanya Ara. Begitu selesai diklatsar ini, saya akan secepatnya menemui mereka.”Jelas Ari.
Yudha tercengang mendengarnya, Ari benar-benar melaksanakan tanggung jawab yang diucapkannya depan Pembina,
“Ng..bro, gue gak ikut ya?gu..gue ada acara lagi setelah ini. Serius.” Ucap Yudha.
“Terserah.” Sahut Ari singkat.
“Oke siap Kak! Maaf ya dari kemarin sikap gue ke kalian kurang sopan.Yaudah kita berangkat ya. Dah..”Ucap Nindy kemudian bergegas memasuki mobil.
Mobil pun mulai berjalan meninggalkan desa tersebut. Selama di perjalanan wajah Ara tampak masih sangat murung. Sesekali air matanya menetes.
Nindy mengusap sebelah bahu Ara.
“Gue gak ada maksud ngancurin impian lo Ra. Gue tau seberapa senangnya lo selama ikut diklatsar, tapi lo harus pikirin fisik lo juga.”ucapnya lembut.
Ara tersenyum getir,“Gue bukan cewek lemah. Mungkin kemarin tubuh gue hanya belum terbiasa Nin.”
“Hmmm..Kita cari jalan lain ya buat wujudin impian lo,gimana?”
Ara menggeleng pelan, “Keinginan gue kurang sederhana apa sih Nin, gue cuma mau ikut ekskul pecinta alam. Hiks..”Ara terisak.
Nindy menghembuskan napasnya pelan. Sepertinya untuk saat ini, Ara hanya perlu menenangkan diri sejenak. Lalu Nindy memilih diam dan membiarkan Ara larut dalam tangisnya.
***
Beberapa hari berlalu..
Diklatsar telah usai dilaksanakan. Ari menepati janjinya untuk menemui kedua orang tua. Sekitar pukul jam 9 pagi,kini ia sudah sampai di depan rumah Ara. Ia tertegun melihat konsep rumah Ara yang memiliki taman cukup luas dan sejuk. Rumah Ara memang tidak sebesar rumahnya, namun sangat nyaman dilihat. Dihalaman rumah Ara terdapat beberapa bangku dan sebuah meja dengan atap diatasnya disertai dedaunan yang menjulur kebawah dari atas atap tersebut. Sangat rindang.
Lalu Ari memantapkan langkahnya menuju pintu rumah Ara. Bohong jika ia tidak gugup sekarang. Bahkan ia tak tahu harus menjelaskan semuanya dari mana nanti pada orang tua Ara.
Setelah memencet bel, keluarlah seorang pria dengan kumis kecoklatan yang cukup tebal, jenggot tipis, berhidung mancung dan tatapannya tajam. Ari perkirakan usianya sekitar 50 tahun.
“Assalamualaikum, Om.” Ucap Ari dengan gugup.
“Walaikumusalam. Cari siapa ya?” Jawab pria tersebut.
“Saya Ari Bagaskara. Saya ingin bertemu orang tua dari Ara, Om.”
“Saya Daniel, Papanya Ara. Mari kita duduk disana.”Ucap Papa Ara sambil menunjuk kursi dihalaman. Lalu Daniel memanggil istrinya untuk membuatkan teh.
Syukurlah,batin Ari. Ternyata Daniel tak semenakutkan yang Ari bayangkan. Wajahnya memang tampak galak. Namun senyumnya ramah. Persis seperti putrinya. Ari pun duduk disalah satu kursi tersebut dengan Daniel yang duduk dihadapannya. Tak lama seorang wanita dewasa keluar membawa 2 cangkir teh.
“Itu Rani istri saya, Mamanya Ara.”jelas Daniel yang disahuti anggukan oleh Ari sambil tersenyum sopan.
“Ini siapa, Pa?”Tanya Mama Ara.
Ari langsung bangkit berdiri, “Saya Ari Bagaskara, Tante. Kakak kelas Ara di sekolah. Sekaligus ketua ekskul pecinta Alam.”
Rani duduk di samping suaminya, “Oalahhh.. ya ampun Ari, maafin anak Tante ya. Dia emang suka moody gitu orangnya. Kemarin excited banget mau ikut ekskul pecinta alam, eh begitu diklatsar malah pulang duluan.” Mama Ara sedikit terkekeh, “ Kata nya kangen Mama Papanya. Padahal baru sehari ya? Pasti
kamu bingung nyariin tuh anak ya. Atau..jangan-jangan dia pulang tanpa pamit kamu?”Tanya Mama Ara.
Demi apapun Ari tercengang mendengarnya. Ini benar-benar di luar dugaannya. Bagaimana mungkin Ara bisa menyembunyikan fakta tersebut. Kini Ari dibuat bingung harus menjawab apa.
“Hm.. pamit kok Tante. Ari tau dia pulang.” Jawab Ari membuat Mama dan Papa Ara menghembuskan napas lega.
“Jadi ada keperluan apa nak Ari datang kesini?”Tanya Papa Ara.
Ari terdiam sejenak. Rasanya ingin ia pergi membantu naruto melawan madara saja, di banding harus menghadapi situasi tegang seperti ini.
“Nak Ari, kok malah melamun?”Tanya Mama Ara membuat Ari tersentak.
“Ha?eh.. hmm.. ada Ara nya gak Tante? Ada yang mau Ari omongin sama dia.” Ucap Ari sedikit kikuk.
“Oh..Ara Ada kok di kamarnya. Cuma dari kemarin dia gak keluar kamar. Bingung deh Tante, setiap di tanya kenapa jawabnya gapapa. Tapi kelihatan murung si semenjak pulang 2 hari lalu.” Jelas Mama Ara.
“Jangan-jangan tuh anak kesambet Ma, kita bawa ke orang pintar aja kali ya?”ucap Papanya.
“Husshh! Papa nih kalo ngomong suka asal.” Sahut Mama Ara. “Hm.. yasudah nak Ari, tunggu sini sebentar. Tante panggilkan Ara ya.”
“Oh ya kebetulan Om ada meeting mendadak nih. Jadi harus pergi. See you next time Ari.”
“Oh oke Om, makasih atas waktunya. Hati-hati di jalan.” Ucap Ari sambil tersenyum. Daniel menepuk pundak Ari pelan lalu kemudian berderap pergi.
Tak lama Ari menunggu, Ara datang dengan wajah ditekuk. Ia berjalan gontai dan duduk di bangku depan Ari.
“Kenapa gak jujur ke Mama sama Papa kamu kalo kamu pingsan di hutan?”Tanya Ari to the point.
Ara mengangkat wajahnya dengan ekspresi cemberut, “Karena aku masih berharap diterima di ekskul pecinta alam. Jadi aku gak mau mama sama papa tau kondisi aku kemarin. Lagian juga aku gak mau buat mereka khawatir. Toh aku udah baik-baik aja.” Jawab Ara.
Ari tertawa hambar, “Dengan berbohong kamu pikir itu benar?”
“Aku gak bohong. Aku emang kangen mereka kok.”Sahut Ara.
“Tau gak kalo kamu buang-buang waktu saya kesini?”Ucap Ari lalu bangkit berdiri.
Ara tersentak dan bingung, “Aku gak pernah minta Kak Ari datang kesini. Jadi atas dasar apa Kak Ari bilang buang-buang waktu?”
“Saya kesini untuk menjelaskan sama orang tua kamu perihal kamu pingsan, itu bentuk tanggung jawab saya sebagai ketua, tapi ternyata kamu malah menyembunyikan faktanya.” Jawab Ari dengan tatapan tajam pada Ara yang masih duduk.
Ara bangkit berdiri dan tersenyum pada Ari. “Bagus dong, jadi Kak Ari gak repot jelasin ke mereka. Kenapa sih gengsi banget bilang makasih?”
Ari terperangah mendengar ucapan Ara. Sungguh Ari tak mengerti, makhluk macam apa yang sedang dihadapinya saat ini. Ari memalingkan wajahnya, tak ingin melihat senyum gadis itu yang membuat hatinya malah merasa bersalah menolak Ara masuk dalam ekskul nya. Lalu Ari memilih untuk beranjak pergi dari rumah Ara.
“Kak Ari tunggu sebentar, aku mau ambil sesuatu!” Panggil Ara saat Ari baru saja melangkah. Lalu Ara langsung masuk ke dalam rumah.
Ari mengusap wajahnya kasar, “Astaga apalagi sih..”
Tak lama kemudian Ara kembali dengan membawa sesuatu yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.
“Apa? Cepat saya sibuk masih banyak kegiatan.” Ucap Ari.
Ara menyodorkan sebuah tempat tissue berbentuk mobil yang sangat unik. Entah sudah ke berapa kalinya Ari dibuat tercengang oleh gadis ini.
Ara tersenyum,“Nih buat Kak Ari. Makasih ya tissuenya pas aku pingsan dan mobilnya nganterin aku pulang kemarin. Aku gabung jadi satu nih.”
Ari mengambilnya lalu refleks tertawa melihatnya. Kok bisa gadis itu terpikir untuk memberikan barang seperti ini.
“Are you happy???”Tanya Ara sambil meneliti wajah Ari yang sedang tertawa. “Tau gitu, aku kasih gak satu deh. Tapi 10 tempat tissue kayak gini ya supaya Kak Ari bisa ketawa seharian.”
Tiba-tiba Ari mengacak rambut puncak kepala Ara, “Gemesin banget sih!” ucapnya.
Mendadak Ara diam tak bergeming. Rasanya ia ingin mengambil korek kuping sekarang juga karena sepertinya ia salah dengar.
“Makasih.” Lanjut Ari sambil tersenyum.
Sementara Ara memandang wajah Ari dengan tatapan tak percaya. Bohong jika ia tak terpesona dengan wajah Ari yang sangat tampan.
“Kayaknya aku nyesel deh nolak kamu masuk ekskul pecinta alam.” Ucap Ari membuat jantung Ara benar-benar ingin copot.
Ara menepuk-nepuk kedua pipinya dengan sedikit keras, “Ini mimpi Ara, mimpi, mimpi!”
Ari langsung menahan tangan Ara yang akan dipukulkannya ke pipi lagi “Hey hey.. udah udah!”
Ara menatap mata Ari lekat, “Ya Tuhan, please kalo ini emang mimpi,bAra gak mau bangun.” Ucapnya.
Lagi-lagi Ari dibuat tersenyum, “Jangan, kalo gak bangun nanti banyak yang kangen. Haha..”
Sungguh Ara butuh oksigen tambahan saat ini. Ara langsung menutup wajah dengan kedua tangannya.
“Besok jam istirahat, saya tunggu di aula.”Ucap Ari kemudian berlalu pergi.
Saat Ara merasa Ari sudah pergi. Ia baru membuka wajahnya.
“Gila ya dari kemarin gue nangis tapi dia sama sekali gak iba. Sekarang cuma gara-gara tempat tissue, dia nerima gue di ekskul pecinta alam!”
***
Visual Daniel Azzalea as Papa Ara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Meli Susyanti S
mau tempat tisunya thor beli dimana
2021-02-09
1
kenzooo
aaaa sukak banget sama ceritanyaa kiyutttt 😍🥰😍😍🥰
2020-12-16
2
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Ngakak gara gara kotak tissue👀😄🤣
2020-10-21
1