Tak lama kemudian Reza datang. Ia yang semula sedang berada di tempat futsal, baru saja mendapat kabar bahwa
adiknya kecelakaan.Alhasil ia segera bergegas ke rumah sakit. Ketika melihat kondisi Ara dengan perban di kaki dan kepalanya, hatinya mencelos. Sebagai seorang kakak, ia merasa sangat terpukul melihat adiknya terluka. Betapa Ara adalah perempuan yang sangat ia sayangi setelah Mamanya. Sangat.
“Kecelakaan dimana?”tanya Reza dingin, ia berusaha menahan dukanya.
“Di sebrang café Ari. Tadi Ara tertabrak motor, Kak.”Jawab Papa Ara.
Reza mengalihkan pandangannya pada Ari yang juga terbaring di ranjang.
“Terus si Ari kenapa?”Tanya Reza.
“Dia drop, Kak. Tadi donorin darahnya buat Ara.” Jawab Mama Ara.
Reza meneguk ludah. Semula ia ingin menghajar habis Ari sebab tak becus menjaga adik
semata wayangnya. Namun ia mengurungkan niatnya saat tau cowok itu telah menolong adiknya juga.
Reza mendekat ke Ara lalu mencium kening adiknya.
“Get well really soon dear..Kakak disini.” Bisik Reza.
***
KEESOKAN HARINYA…
Ari tersadar dari pingsannya. Ia sedikit terkejut melihat dirinya terbaring di ranjang rumah sakit dengan infuse di tangan kirinya. Lalu ia menoleh ke sebelahnya, tampak Ara yang masih betah memejamkan matanya. Tak ada siapapun di ruangan ini. Hanya dirinya dan Ara yang sama-sama terbaring di ranjang. Mungkin Papanya sedang keluar membeli sarapan, pikir Ari.
Kemudian Ari bangkit dari ranjangnya. Ia rasa tubuhnya sudah cukup membaik. Setelah itu Ari duduk di kursi samping ranjang Ara. Ia menatap wajah pucat gadis itu dengan lekat.
“Pagi sayang.” Sapa Ari sambil tersenyum.
“Ra..bangun dong.”Ari mengusap kepala Ara.
Tak ada respon.
“Aku gak marah Ra sama kamu. Cuma kecewa. Aku gak tau maksud kamu dateng ke café ku sama Mike apa. Please.. kasih aku alesan yang bisa balikin rasa percaya aku sama kamu. Karena jujur..sekarang aku mulai ragu sama kamu Ra.”Ucap Ari sambil menahan sesak didadanya.
Tiba-tiba air mata menetes di pipi Ara, membuat Ari terperangah.
Ari mengusap air mata di pipi Ara, kemudian perlahan mata Ara terbuka. Air mata kembali mengalir membasahi pipinya. Ia menatap Ari dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
“Ma..af..”Ucap Ara dengan suara paraunya.
Mata Ari pun memerah dan mulai berkaca-kaca. Ia senang Ara telah sadar. Namun mengapa yang pertama kali ia lihat justru tangis Ara, dan itu karenanya. Rasanya Ari menyesal telah membahas itu saat kondisi Ara masih lemah seperti ini. Ia tak menduga bahwa Ara akan mendengarnya.
Ari langsung mengusap kedua pipi Ara yang telah basah dengan air mata. Lalu Ari tersenyum lebar.
“Pagi princess, kok nangis sih? Ada yang sakit? Kepalanya masih pusing? Aku panggilin dokter ya?”Tanya Ari beruntun.
Ara menggenggam tangan Ari sambil menggeleng pelan.
“Beneran gapapa? kamu bangun-bangun langsung nangis gini, aku khawatir.” Ucap Ari.
“Sebenarnya aku udah bangun sebelum kamu bangun. Tadi mama sama papa juga udah jelasin tentang kondisi kamu yang drop karena donorin darah buat aku.” Jawab Ara sambil tersenyum,suaranya masih sedikit serak.
“Oh ya, Papa sama mama kamu kemana Ra?”Tanya Ari bingung.
“Lagi sarapan di kantin. Kalo Papa kamu pergi karena ada meeting pagi katanya. Tapi secepatnya balik kesini. Tadi ada Kak Reza juga. Sayang dia ada kuliah pagi jadi harus pergi. Huft..”Jelas Ara.
Ari mengangguk mengerti. Lalu mereka sama-sama terdiam dan saling bertukar pandang.
“Ra.”
“Ri.”
Mereka memanggil berbarengan.
“Oke, kamu duluan.”Ucap Ari.
“Perasaan aku ke kamu gak main-main Ri.Aku pasti akan jelasin semuanya. Aku.. Aaaaa..aw..”Ucap Ara dan tiba-tiba merintih.
Ari terlonjak kaget, “Kenapa Ra? Apa yang sakit?”Panik Ari.
“Ka..ki..kaki aku.. Erghhh.. tiba-tiba sakit banget Ri.”Rintih Ara.
Ari langsung memencet bel pemanggil dokter beberapa kali. Kemudian ia keluar ruangan dan teriak memanggil dokter.
“Aaaaw..ssshh..sakittt..”rintih Ara lagi sambil memegang kaki kanannya yang di gips.
Ari langsung menghampiri Ara, “Tahan sayang ya..kamu kuat Ra!”Ucap Ari sambil menggenggam tangan Ara kuat.
“Kaki aku kenapa Ri? Kenapa sakit banget? Hikss…”Tanya Ara sambil menangis.
“Semuanya akan baik-baik aja. Percaya sama aku.”Jawab Ari mendekap tubuh Ara.
Tak lama dokter dan beberapa suster datang dan langsung memeriksa kondisi Ara terutama kakinya. Sementara itu Mama dan Papa Ara yang baru memasuki ruangan sedikit terkejut melihat situasi ini. Refleks keduanya langsung menghampiri Ara dan berdiri disisinya.
“Ada apa dengan anak saya dok?”Tanya Papa Ara.
“Kaki kanan anak bapak harus segera dioperasi sebab ada serpihan tulang yang pecah dan menyebar di daging karena patah tulangnya ada disekitar femur atau yang biasa disebut tulang paha.”Ucap Dokter sambil menujuk sekitar 10 cm diatas lutut.
“Lakukan secepatnya dok.”Pinta Mama Ara panik.
Ara tersentak mendengarnya. Sungguh operasi adalah hal yang sangat ia takuti.
“Ma, tapi Ara takut.” Sergah Ara.
Papa Ara mengusap kepala Ara, “Gak akan sakit nak, kamu akan dibius. Tenang ya sayang, kamu pasti cepat sembuh.”
“Tapi apa gak ada cara lain selain operasi?”Tanya Ara dengan mata berkaca-kaca.
“Nggak nak. Percaya sama Mama, setelah ini kamu pasti sembuh kok.” Ucap Mama Ara sambil memeluk Ara dari samping. “Tuh liat Ari, dia udah donorin darahnya buat kamu sampe dianya drop, masa kamunya gak mau sembuh si sayang.” ucap Mamanya.
Ara menoleh ke Ari yang juga sedang menatapnya. Sorot matanya terlihat kesedihan yang terpancar disana.Namun Ari tersenyum menguatkan.
“Operasi ya Ra.. semuanya akan baik-baik aja princess.”Ucap Ari.
Akhirnya Ara mengangguk pasrah. Air matanya menetes.Ia tak menyangka jika kecelakaan itu akan membuatnya tak bisa berjalan untuk beberapa waktu. Tak pernah ia bayangkan jika ia harus duduk di kursi roda atau berjalan dengan tongkat penyangga yang pasti akan sangat merepotkan.
***
Operasi berjalan dengan lancar dan Ara sudah kembali terbaring di ruang inap VVIP nya. Sejak tadi Ara hanya duduk terdiam dengan tatapan sendu yang tertuju pada kakinya. Berulang kali Rani dan Daniel menghibur putri kesayangannya itu namun Ara sama sekali tak bereaksi. Lalu Ari mendekati Rani.
“Tante, biar Ari yang bicara sama Ara.”Ucap Ari sambil tersenyum.
Rani tersenyum dan mengangguk setuju. Ia mundur beberapa langkah.
“Ra, tiduran ya.. kamu masih butuh istirahat.Secepatnya kamu bakal sembuh sayang.” Tutur Ari lembut sambil mengusap rambut Ara.
Namun mendengar perkataan Ari justru membuat Ara semakin terpukul hingga meneteskan air matanya. Dadanya sesak membayangkan ketika nanti ia berjalan berdampingan dengan Ari, ia harus menggunakan tongkat kruk sebagai penyangga. Atau bahkan mungkin Ari akan malu berjalan bersamanya lagi.
Ari tersentak melihat reaksi Ara yang malah menangis. Refleks ia langsung membawa Ara ke pelukannya, menempelkan kepala Ara pada dadanya yang bidang.
“Kenapa nangis Ra? aku salah ngomong?”Tanya Ari.
Tangis Ara semakin menjadi. Tangis yang ia tahan sejak tadi kini benar-benar pecah.
“Tante, Om, bisa tinggalkan kami sebentar? Saya janji akan tenangkan Ara.”Ucap Ari pada kedua orang tua Ara.
Rani dan Daniel pun akhirnya keluar ruangan.
Ari kemudian melepas pelukannya. Ia mengusap air mata yang membasahi kedua pipi
Ara.
“Semakin kamu nangis, semakin buat aku merasa gak berguna Ra.” Ucap Ari sambil menatap
serius wajah Ara.
“Aku udah nyakitin perasaan kamu Ri.”
“Ra..”sanggah Ari.
“Aku udah bikin kamu kecewa..hiks..”Ucap Ara sesenggukan.
“Ara..”elak Ari.
“Dan sekarang aku bikin kamu malu dengan kondisi aku yang kayak gini! Hiks..hiks..”Sentak
Ara melepas rasa sesaknya.
“Hey..dengerin aku.” Ari menangkup kedua pipi Ara dengan tangannya, “Lupain semua yang terjadi kemarin. Aku akan anggap itu gak pernah terjadi. Asal kamu janji, gak akan ngulangin hal yang sama.”Tutur Ari lembut.
Ara menatap kedua bola mata Ari dalam, tersirat kesungguhan dan harapan disana.
“Promise?”Tanya Ari sambil mengacungkan kelingkingnya.
Ara terdiam dan menurunkan pandangannya. Pantaskah dirinya untuk seorang Ari yang bersikap bagai malaikat? Rasa bersalah dalam benak Ara kian memuncak.
Akhirnya Ari mendudukkan tubuhnya di kursi samping ranjang Ara. Ia menatap Ara lekat.
“Ra..aku tau kamu terbiasa diperjuangin banyak laki-laki. Tapi berjuang gak sebercanda itu. Aku bukan buat dipilih. Ngerti?”Ucap Ari.
Ara mendelik mendengar perkataan Ari yang begitu menohok. “Aku gak pernah menjadikan kamu pilihan Ri. Bahkan tanpa kamu berjuang, hati aku udah milik kamu.” Sahut Ara.
Ari tersenyum lebar mendengarnya, “Kalo gitu, janji gak ulangin hal yang sama?”Tanya Ari sambil mengajukan kelingkingnya.
Ara ikut tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Ari.
“I’m Promise.” Jawab Ara.
***
to be continue...
Sorry guys lama up nya. Lagi gak ada semangat nulis nih. Makanya comment ya yang banyak. Siapa tau idenya jadi lancar karna support kalian. {}
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
mami jantuk
sedih thor sumpah leher kaya yg gondokkan sesek dada ini, dah lanjut
2020-12-10
2
Laba Laba Hanyut
agak sebel ma ara..
2019-10-02
1
Shine Yoon
lama amat Thor,
Thor bahagia trus ya jangan ada masalah lagi apa lagi ada pelakor
2019-08-15
2