“Aku mau bebas.”Ucap Ara sambil menatap manik mata Ara.
JLEBB.. rasanya hati Ari seperti di sayat pisau.Perlahan hal yang sangat ia takutkan terasa lebih dekat dengannya.
“Terus?”tanya Ari. Lidahnya terasa kelu untuk bicara lebih banyak lagi.
“Aku udah cukup nurutin semua aturan kamu selama ini kan?”Tanya Ara balik.
“Aturan? Aturan apa?”Ari semakin dibuat bingung.
Ara menghela nafas berat, “Banyak Ri. Kamu gak sadar kalo selama ini kamu udah banyak banget ngatur aku? Aku harus tidur jam seginilah, gak boleh main itulah, gak boleh jalan sama itulah inilah, harus makan inilah, gak boleh minum itulah, bahkan sampe tadi aja aku ngerjain tugas kelompok kamu masih ngatur. Gak sekalian aja kamu bikinin buku tata tertib buat nanti aku makan. Biar teratur 100% aman terkendali.” Ucap Ara lalu ia menarik napas sejenak. “Aku ini pacar atau robot kamu sih?!”
Ari refleks tersenyum melihat Ara mengoceh panjang lebar.
“Udah marahnya? Ada lagi gak uneg-uneg yang belum tersampaikan?”Tanya Ari lembut sambil tersenyum lebar.
Mata Ara memicing menatap senyum Ari. Bisa-bisanya cowok itu tersenyum disaat dirinya sedang marah-marah seperti ini.
“Aku serius! Gak usah senyum ngeledek kayak gitu! Aku gak suka!” Bentak Ara.
“Loh aku gak ngeledek, aku senyum ikhlas kok ini. Nihh..”Ucap Ari sambil menunjukkan rentetan gigi rapihnya.
Ara langsung membuang muka. Ia semakin kesal melihat Ari yang sepertinya tak kunjung mengerti perasaannya.
“Kamu kapan selesai si PMS nya? Moodkamu makin hari makin buruk aja kayaknya.Ada gak sih dokter spesialis cewek pms?” Gerutu Ari.
“Ariiiii!!!!! Kok malah makin nyebelin sih?!”Tukas Ara sambil memukul lengan Ari.
“Aww sakit Ra.”Keluh Ari lalu menepis tangan Ara dan menggenggamnya kuat.
“Sekarang gini ya, apa semua aturan aku yang kamu bilang itu berdampak buruk buat kamu?”Tanya Ari.
Ara berpikir sejenak. Betapa pikirannya berkata, “Enggak Ara, jangan geleng. Ngangguk aja!” namun hatinya berkata lain, “Geleng Ra! Gak ada sedikitpun yang berdampak buruk!”. Sungguh Ara lelah selalu berdebat dengan hati dan pikirannya.
“Kenapa diem?”tanya Ari.
Akhirnya Ara menggeleng. “Gak pernah.” Jawabnya.
“Bukannya semua manusia hidup itu punya aturan? Bukannya segala sesuatu itu memang ada aturannya?”Tanya Ari lagi.
Skak mat. Ara terdiam. Selalu seperti ini.
“Kamu nurutin aturan aku itu kenapa?”Tanya Ari.
“Itu dia yang aku bingungin dari tadi.”Jawab Ara polos.
Ari tersenyum, “Tanya sama hati kamu sendiri. Kalo emang semuanya rumit buat kamu, lakuin apa aja yang ingin kamu lakuin. Kamu bebas.” Ucap Ari.
Sungguh dada Ari rasanya begitu sakit ketika mengucapkannya. Ia tidak melepas Ara sekalipun. Sampai kapanpun tak akan pernah. Hanya saja ia ingin tahu, kebebasan apa yang gadis itu inginkan.
“Kita putus?”tanya Ara dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
“Loh aku gak bilang gitu. Enggak Ra. Kamu bilang mau bebas kan. Yaudah, silahkan. Lakuin apapun. Aku gak akan larang-larang lagi, gak akan atur-atur lagi.”Jelas Ari.
Tanpa sadar Ara menitikkan air matanya.
“Hey kok nangis?” Tanya Ari sambil mengusap air mata Ara.
Ara langsung memeluk Ari erat. “Makasih...” ucap Ara.
Hanya itu yang dapat Ara ucapkan. Entahlah ia sendiri juga masih bingung dengan hatinya. Tapi rasanya lega melihat Ari bisa mengerti.
“Bebas bukan berarti melepas. You will always be mine.”Balas Ari.
***
Ari sudah memutuskan untuk membiarkan Ara bebas. Jadi mulai hari ini semuanya akan berubah. Dari bilang, “Ra, aku jemput sekarang.” Menjadi, “Ra, ke sekolah mau bareng aku gak?”. Dari, “Pulang bareng aku.” Menjadi, “Nanti pulang mau aku anter gak?”.
Kata bebas yang di lontarkan Ari, bukan hanya berarti untuk Ara. Namun juga kembali ke dirinya sendiri. Sekarang ia lebih membebaskan dirinya untuk easy going dengan cewek manapun. Selagi masing-masing masih ingat batasan, semuanya tak masalah. Mungkin awalnya ia ragu dengan keputusan yang ia ambil. Mengalahkan ego yang begitu besar di dirinya bukan hal yang mudah. Namun membayangkan bagaimana jadinya jika ia harus kehilangan Ara, membuatnya lebih tak sanggup lagi.
Hari ini kelas Ari ada ujian praktek olahraga yaitu basket. Menjadi anak pecinta alam bukan berarti Ari tak bisa menguasai olahraga yang dominan di mainkan oleh para cowok ini. Basket maupun futsal semuanya Ari bisa. Dulu saat SMP, Ari pernah masuk ke club basket sekolahnya. Dan setiap ada waktu kosong, tak jarang Ari datang ke studio futsal bersama Yudha dan Dimas.
Selama Ari pengambilan nilai olahraga basket, banyak cewek-cewek yang berteriak histeris melihatnya. Sebagian dari kelasnya, dan sebagian lagi dari cewek-cewek yang berkeliaran keluar kelas entah apa tujuannya. Mungkin semula izinnya ingin ke toilet, tapi malah melipir ke lapangan dan menyaksikan permainan basket Ari.
TETTTTT…TETTTTTT… bel istirahat berbunyi. Beberapa siswa kelas Ari yang sudah cukup kelelahan langsung bubar dan menyerbu kantin. Sementara Ari memilih untuk tetap di lapangan. Ia melanjutkan permainan basketnya sendiri. Tiba-tiba seorang cowok menghampiri Ari.
“Jago juga lo main basket. One by one yok bareng gue!”Ajak Zuhair si ketua ekskul basket sekolahnya.
Ari menatapnya sejenak. Ia ingat, ini adalah cowok yang mengirim chat pada Ara untuk mengajaknya main basket bareng.
“Boleh. Nih tangkep.” Sahut Ari sambil melempar bola basketnya.
Akhirnya Ari dan Zuhair memulai duelnya. Tanpa mereka sadari, sekeliling lapangan sudah dipenuhi oleh
cewek-cewek yang berteriak histeris mendukung salah satu dari mereka. Dominan pastinya mendukung Ari, Meskipun jelas-jelas kapten basket sekolahnya adalah Zuhair. Wajah Ari terlihat semakin tampan ketika berkeringat. Kulitnya yang putih pun mulai kemerahan karna terpapar sinar matahari. Namun itu malah membuatnya semakin mempesona. Namun Zuhair juga tak kalah mempesona sebab wajahnya yang eksotis dan senyum mautnya yang membuat banyak cewek klepek-klepek ketika melihat karismanya.
“Demi apapunnnn Ari gantengnya kelewatannnn!!” Teriak seorang cewek.
“Gilaaa Zuhair manis bangetttt woy kayak es doger mang ipul!”
“Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.”
“Eh masih sama Ara gak sih? Ya Allah pacar orang kenapa ganteng banget yak.”
“Jiwa pelakorku menjerittt..”
Lalu seorang cewek berbody langsing dengan rambut sebahu bernama Linka yang terkenal sebagai ketua ekskul cheers yang sangat hitz di SMA Cempaka itu berlari kecil masuk ke lapangan dengan membawa sebotol air mineral dingin dan handuk kecil di tangannya.
“Ariiiii stoopp!”Teriak Linka saat Ari baru saja ingin meng-shoot bola basket tersebut ke ring.
Ari menghentikan langkahnya. Ia saling bertukar pandang dengan Zuhair. Kemudian Linka menghampiri Ari.
“Nih minum dulu. Keliatannya lo udahcapek banget,Ri.” Ucap Linka sambil menyodorkan air mineral yang dibawanya.
Zuhair menatapnya malas. Linka adalah mantan kekasihnya beberapa bulan lalu yang ia putuskan sebab kepergok selingkuh. Sungguh ia semakin muak melihat tingkahnya. Akhirnya Zuhair memutuskan untuk pergi.
Sementara itu Ari langsung mengambilair pemberian Linka. Tenggorokannya memang sudah sangat kering sejak tadi. Saat ia menegak air tersebut, Linka menyeka keringat di wajahnya dengan handuk kecil. Dan ini sontak membuat anak-anak bersorak meneriaki mereka berdua.
Ara yang sedang berjalan ke kantinbersama Nindy dan Adhel sedikit penasaran dengan keramaian dilapangan. Lantas mereka bertiga berjalan ke arah lapangan dan melewati beberapa siswa yang tengahberbisik-bisik.
“Kok tumben ya Ari ngerespon?”bisik mereka.
“Yaelah kucing ditawarin ikan mana nolak sih. Lo liat aja badannya Linka semok begitu.” Sahut yang satunya.
“Iya juga ya, lumayan kan buat simpenan selain sama si Ara.Enak ya cowok ganteng,tinggal milih.” Balas yang lain.
Ara masih bingung ketika mendengar pembicaraan mereka. Sementara Nindy dan Adhel langsung menarik tangan Ara menerobos beberapa siswi.
Saat mereka sudah sampai di depan, terlihatlah Linka yang sedang mengelap keringat Ari dengan handuk kecil.
“Wah gila, kemaren aja si Ara ketawa sama Pandu doang sinisnya bukan maen. Lah sekarang jadi tontonan ama cewek lain ditengah lapangan kalem banget.”Celetuk Nindy. “Samperin Ra! jambak rambutnya!”pintah Nindy.
“Eh kalian ngapain si ngumpul disini? Unfaedah banget tau gak. Bubar bubar!!!”Tegas Adhel mengusir cewek-cewek dipinggir lapangan.
Dada Ara cukup sesak melihatnya. Pasalnya semenjak ia jadian dengan Ari, cowok itu jadi sosok yang cukup cuek dan dingin dengan cewek-cewek lain. Dan hari ini untuk pertama kalinya Ara melihat perubahan sikap Ari. Ia memutuskan untuk menghampiri Ari dan Linka ke tengah lapangan.
“Jangan diabisin airnya, aku mau!”Ucap Ara saat Ari hendak menegak lagi air yang tinggal seperempat botol itu.
Ari dan Linka tercengang melihatnya. Lalu tiba-tiba Ara langsung mengambil botol itu dari tangan Ari. Kemudian Ara menegak air itu.
“Eh Ra, itu bekas aku.”Cegah Ari yang kaget.
Namun Ara tetap menegaknya hingga habis. Linka menatapnya sinis tak terima. Ia mengerti betul maksud Ara melakukannya. Itu sama saja ciuman secara tidak langsung.
Ara memberikan botol yang telah kosong itu pada Ari, “Nih, makasih.”Ucap Ara sambil tersenyum.
“Jijik tau gak?!”Ketus Linka.
“Kenapa? Emang Ari najis?” Sahut Ara.
“Nggak. Tapi lo yang najis!” Balas Linka frontal.
“Eh udah udah! Kok jadi ribut.”Lerai Ari. “Lin makasih minumnya ya.” Ucap Ari membuat Ara mendelik dan menatapnya tajam.
“Ehem.. kayaknya jadi makin haus nih abis minum air Linka. Ri, ke kantin yuk!”Ajak Ara.
Ari melirik jam tangannya sejenak, “Kayaknya gak sempet deh Ra. Aku mau ganti baju dulu nih. 10 menit lagi bel masuk. Minta temenin sama Nindy atau Adhel aja ya.” Jawab Ari kemudian berlalu pergi.
TO BE CONTINUE...
Comment yang banyak ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Dewi Suherman
egois ya cowok. kita gak boleh gini gituh. giliran dia oek
2021-11-18
1
Windy Artika
si ari udah berubah g kayak dulu 🙄
2021-03-01
0
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Visualnya manise bgt thoro(〃^▽^〃)o
2020-10-21
1