Tubuh Ara diam membeku. Apa maksudnya? Ia sama sekali tak mengerti.
Ara berpikir keras mencoba mencerna perkataan Ari. Baru saja Ara ingin bertanya, namun Ari sudah berlalu pergi.
Akhirnya Ara melangkah gontai ke tempat kelompoknya berkumpul. Sementara itu Pandudan Kevin baru saja datang.
“Kak, liat kita dapat burung dara !!!”teriak Pandu pada Ari.
“4 sekaligus! Mantap kan buruan kita!”sambung Kevin.
“Saya sama Rayhan dapat ular dong. Python! Besar pula! Lebih kenyang.”Balas Ari membuat Pandu dan Kevin terperangah.
“Hah?!! I..itu gi..gimana nangkepnya?”Tanya Pandu.
“Masang perangkap pakai apa Kak? Kerennn banget ajarin dong!”ucap Kevin.
“Tuh si Ara tumbalnya. Haha..” Jawab Ari membuat Rayhan dan Adhel tergelak tawa. Sementara Ara memasang wajah kesal.
“Hah? Serius? Gila kecakepan dia mah Kak, sayang kalo ditumbalin! Kenapa gak si Adhel aja tumbalnya?” Ucap Kevin.
Adhel langsung bersiap menonjok Kevin, “Oh..berani sama gue?”
“Tau tuh! ntar kalo Ara dijadiin tumbal, gue nikah sama siapa dong?” Ucap Pandu sambil senyum menggoda Ara.
Ari langsung melempar Pandu dengan sebuah batang kayu yang pendek. “Nikah sono sama mimiperi!”Cetus Ari.
“Ogah, mendingan sama Peri Ara yang manis senyumnya. Seindah rembulan.”Sahut Pandu sambil menatap Ara. Ia langsung ditoyor oleh Kevin yang ada disebelahnya. “Najis gombal mulu!”
Ari baru saja selesai menyalakan api unggun. Lalu ia bangkit berdiri.
“Ray, mana tadi ular nya? ” Tanya Ari membuat Ara dan Adhel terlonjak kaegt.
Ara langsung menghampiri Ari, “Kak Ari ihh ularnya beneran mau dimakan?!”
“Ya iyalah.”jawab Ari santai.
“GAK MAU!!”ucap Ara.
“GAK BOLEH!!”timpal Adhel.
“Ambil Ray!”pintah Ari.
Adhel langsung menghadang Rayhan dengan kedua tangannya.
“Nggak!! Please! Lo maju selangkah lagi, gue bakal benci lo Ray,sumpah!”Ancam Adhel membuat Rayhan terdiam.
Rayhan dan Adhel memang memiliki hubungan khusus. Mereka telah telah dekat sejak SMP. Hanya saja hingga saat ini Rayhan belum berani menyatakan perasaannya pada Adhel.
“Yaudah biar saya aja yang ambil.”Ucap Ari.
Ara langsung menarik lengan tangan Ari, “Jangan please.. Kalo ular itu berbisa gimana?!”
“Gak berbisa kok. Kan udah dipotong kepalanya sama Rayhan.” Jawab Ari mencoba melangkahkan kakinya.Namun Ara masih menahan lengan tangan Ari.
Ara menatap manik mata Ari lekat, “aku bilang enggak.”
Ari akhirnya mengangguk, “Okey.”
Entahlah, Ari sendiri bingung mengapa Ia jadi menurut. Padahal disini ia yang memimpin.
“Ray, singkong yang tadi kita dapat taruh dimana?”Tanya Ari.
Rayhan berjalan sedikit ke belakang dan tak lama kemudian balik membawa 5 buah singkong.
“Oh ya, kayaknya air nya udah penuh deh. Coba buka plastiknya.”pintah Ari sambil mempraktekkannya.
Adhel, Kevin, Rayhan, dan Pandu langsung menuju ke pohon pisang yang mereka tebang masing-masing. Saat Ara
ingin melangkah menuju pohon pisangnya, Ari menarik tangannya.
“Nih minum.”Ari memberikan segelas air tersebut. Warna air tersebut sedikit keruh dan agak lebih kental dari air biasanya.
Ara mengambil dan kemudian meneguknya sekali. Lalu menyecap rasanya.
“Segar kan?”Tanya Ari.
Ara tersenyum lalu menegak air itu sampai habis. “Lebih enak ini dibanding air hujan.”ucapnya.
***
Hari-hari berlalu, kegiatan demi kegiatan ekskul pecinta alam mereka lewati. Entah mengapa Ari jadi semakin tak ingin jauh dari gadis pemilik nama Vaura Azzalea itu. Untuk pertama kalinya, ada seorang cewek yang bisa mengisi ruang hati Ari. Senyum Ara selalu melekat di benak Ari. Dan hari ini, Ari berniat mengungkapkan perasaannya.
Saat pulang sekolah, Ari segera menuju kelas Ara. Gadis itu masih sibuk merapikan buku-bukunya. Lalu Ari masuk dan menghampiri Ara.
“Hari ini, pulang bareng aku ya.”Ajak Ari.
Ara tersontak kaget, “Hah? Ng.. nggak salah?”
Ari tersenyum dan mengacak rambut Ara, “Bilang ke supir kamu sekarang gak usah jemput.”
“Tapi..”
Ari langsung mengambil hp Ara yang tergeletak di atas meja, “Gak terima penolakan. Kamu yang bilang atau aku yang bilang ke supir kamu?”
“Kak! Ih..Oke oke..sini aku yang bilang.”Ucap Ara sambil berusaha meraih hpnya namun Ari menghalaunya.
“Mulai sekarang panggil Ari aja. Gak usah pake Kak.”
Jleb! Apalagi ini. Rasanya jantung Ara tak pernah berhenti dibuat berdebar selama di dekat Ari.
“Sini hp aku!”Ara mengalihkan pembicaraan.
“Panggil nama aku dulu.”
“Oke, Ari please.. kembaliin hp aku.”
Ari tersenyum lalu mengembalikan Hp milik Ara. Setelah Ara menghubungi supirnya untuk tidak jemput, Ari langsung menggandeng tangan menuju parkiran. Ari menghampiri motor Honda CBR 500 miliknya. Sesaat kemudian Ari ingat bahwa ia membawa jaket di tasnya. Segera ia keluarkan jaket itu dan memberikannya pada Ara.
“Pake jaket aku nih, nanti masuk angin.” Ucap Ari.
Ara pun memakai jaket hitam milik Ari tersebut. Setelah itu ia masih tertegun melihat tingginya jok belakang motor
Ari.
“Ayo naik!” pintah Ari.
Haruskah Ara bilang bahwa dia bingung sebab ini pertama kalinya ia akan naik motor. Sungguh, ia tak pernah naik motor sekalipun. Papa dan Reza Kakaknya pun hanya memiliki mobil. Mungkin karena mereka tak terbiasa, sebab sebelum Ara lahir, keluarga nya tinggal di Swiss. Terbiasa dengan budaya barat yang jarang menggunakan motor. Dan Papanya sering bilang bahwa naik motor itu sangat tidak aman.
Ari melambaikan tangannya didepan wajah Ara, “Hey kok malah bengong? Naik ayo!”
Ara tersadar dari lamunannya. “Eh iya, hm.. gimana?”
Ari bingung, “Gimana apanya?”
“Naiknya.”Jawab Ara sambil nyengir kuda.
Ari tersenyum sambil geleng-geleng kepala, “Ya ampun Ra, kode apa gimana sih? Itu injak pedalnya terus pegang
tangan aku buat tumpuan.”
Kemudian Ara melakukan nya. Setelah Ara naik, Ari langsung menggas motornya dan melaju. Ari melaju dengan kencang sebab ini sudah hampir sore, sebentar lagi pasti jalanan akan macet dipenuhi orang pulang bekerja. Sementara itu, Ara yang semula berpegangan pada pundak Ari langsung refleks memeluk pinggang Ari dengan erat. Ara merasa benar-benar takut. Ia bahkan menenggelamkan kepalanya pada punggung Ari. Ini pertama kalinya ia naik motor, dan ia setuju dengan Papanya bahwa naik motor tidak aman.
Ingin rasanya Ara menyuruh Ari pelan-pelan, namun Ia takut kalau-kalau kenyataannya peraturan naik motor itu memang harus dengan kecepatan tinggi. Entah sudah berapa kendaraan yang Ari selip. Bahkan Ari menyelip diantara dua truk pengangkut barang. Angin menerpa wajah Ara begitu kencang membuatnya memejamkan mata kuat-kuat.
Ari melihat wajah Ara dari spion, ia sadar gadis itu tengah ketakutan sekarang. Ia langsung membuka kaca helmnya, lalu sebelah tangannya menggenggam tangan Ara yang melingkar di pinggangnya,
“Tenang princess, sebentar lagi sampai.”
Ara dapat mendengarnya dengan jelas. Namun ia belum berani membuka matanya sebab Ari masih terus melaju dengan kencang. Meski begitu, Ara tak bisa menyembunyikan semburat merah diwajahnya.
“Kita mau kemana?”
“Suatu tempat.”
Tak lama kemudian motor Ari berhenti di parkiran sebuah hotel. Ara segera turun. Nafasnya terengah.
“Huh.. aku masih hidup nih?dimana pula ini?”ucapnya lemas sambil memegang dadanya. Jantungnya masih berdebar kencang mengingat betapa nyawanya ingin melayang ketika di jalan tadi.
Ari segera turun dari motor dan melepas helmnya. Ia menghampiri Ara kemudian merapikan rambut Ara yang sedikit berantakan karena terkena angin.
“Nanti pake helm deh ya. Haha.. kasian jadi berantakan rambutnya.”Ucap Ari sambil menyisir rambut Ara dengan jarinya.
Ara langsung mendongak dan memicingkan matanya pada Ari, “Gak mau lagi naik motor titik. Aku baru pertama kali naik motor tau gak?! Terus rasanya kayak mau mati!”
Ari kaget, “Serius? Masa sih?”
“Tau ah.” Ara kesal dan ingin berlalu pergi. Namun tangannya langsung ditahan oleh Ari.
“Maaf.. aku gak tau kalo ini yang pertama buat kamu. Aku janji gak ngebut lagi, oke?”
“Jadi sebenernya kalo naik motor itu boleh pelan-pelan ya?!”Tanya Ara dengan polosnya.
Ari bingung dengan maksud pertanyaannya, “Maksudnya gimana?”
“Aku kira naik motor di jalan raya itu peraturannya harus dengan kecepatan tinggi.” Jawab Ara membuat Ari terbahak.
“Ishh! Kamu ketawa mulu kenapa sih. Tau gitu ya tadi ditengah jalan aku teriak di kuping kamu suruh pelan-pelan, atau aku turun.” Gerutu Ara.
Ari mencoba menghentikan tawanya, “Iya iya, maaf ya princess. Gak gitu lagi janji. ”
Untuk kedua kalinya Ari memanggil Ara princess.
“Princess?”Tanya Ara memastikan bahwa ia tak salah dengar.
“yup! Yuk ikut aku.”Ucap Ari dan langsung menarik tangan Ara keluar dari parkiran dan memasuki hotel yang terbilang cukup mewah tersebut.
Ketika memasuki hotel itu, Ari disambut beberapa resepsionis dan pelayan di hotel itu. Semua nya menatap Ari dengan tatapan memuja. Memang pesona Ari mampu meluluhkan perempuan manapun. Dan tanpa sadar beberapa pegawai laki-laki juga terpesona melihat kecantikan Ara. Mereka tampak sangat serasi. Sementara Ara semakin bingung akan dibawa kemana oleh Ari. Lalu mereka berdua menaiki lift.
“Ini mau kemana? Ari jangan macem-macem ya, aku mau pulang!” ucap Ara lalu melepas genggaman Ari.
“Macem-macem apa sih Ra? Aku mau bawa kamu ke rooftop doang.”Jawab Ari.
TINGG.. pintu lift terbuka. Ari kembali menggandeng tangan Ara.Lalu mereka menaiki tangga darurat. Dan sampailah mereka di rooftop hotel.
Ara terkesan melihat pemandangan di depannya. Langit sore Jakarta dengan gedung-gedung bercula tinggi dan keramaian di bawahnya bisa Ara lihat dari sini. Semilir angin sore menerpa wajah Ara.
“Wahh..indahnya ibukota.”
Wajah Ara yang semula sudah suntuk total akibat Ari, langsung berubah 180 derajat. Ia tersenyum lebar dan merentangkan tangannya menikmati sore Jakarta dari atas ketinggian ini.
Tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggang Ara. Tubuh Ara langsung mendadak kaku. Hembusan nafas Ari terasa di telinga Ara.
“Ini yang pertama buat aku.” Ucap Ari lembut.
Ara mengernyitkan dahinya, “Hm..maksudnya?”
“Pertama kalinya ada perempuan yang mengisi hati aku selain bunda. Aku gak mau bertanya. Karena kalo aku bertanya, itu artinya kamu punya pilihan untuk jawab.”
Ara semakin bingung, ia menoleh sedikit untuk melihat wajah Ari yang hanya berjarak beberapa centi dengan wajahnya,
“Apa sih Ri, aku gak paham.”
“Boleh gak aku egois karena gak bertanya sama kamu? Mulai detik ini Aku ingin kamu jadi pacar aku.” Ucap Ari akhirnya meloloskan kata-kata yang selama ini hinggap memenuhi benaknya.
Ara tersentak mendengarnya. Hatinya meluruh mendengar penuturan Ari yang sangat lembut di telinganya. Ari yang ia lihat selalu tegas dengan wibawa dan karisma nya yang tinggi, kini berubah menjadi sosok cowok yang sangat lembut.
“Please Ra.. aku gak siap dengar penolakan.”lanjut Ari. Lalu Ari membenamkan kepalanya di pundak Ara.
Ara tersenyum dan hampir ingin tertawa dibuatnya.
“Hey kok kamu jadi pengecut gini sih?” Ucap Ara mencoba melepas tangan Ari di pinggangnya.
Ari semakin mengeratkan tangannya, “Aku gak akan lepas.”
“Lepas dulu Ri, nanti aku jawab.” Ucap Ara.
“Aku gak bertanya, jadi gak perlu jawaban.”
Ara terbahak mendengarnya,“Hahaha.. ini beneran Ari bagaskara ketua osis itu gak sih? Ini Ari bagaskara ketua ekskul pecinta alam itu kan?”
“Ari Bagaskara pacarnya Vaura Azzalea.” Jawab Ari yang lagi-lagi membuat Ara tertawa geli.
“Haha.. emang di akuin sama Ara nya?”Tanya Ara meledek.
Ari membenamkan lagi kepalanya di pundak Ara, “Gak peduli diakuin atau nggak.” Ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Ara tambah senang mendengarnya, “Haha..Beneran nih? sakit loh kalo gak diakuin.”
Ari terdiam tak menjawab.
“Payah ah, masa nanya doang gak berani.” Ucap Ara coba memancing.
Ari masing bungkam dan enggan menjawab. Terserah dirinya mau dibilang apa. Memang pada kenyataannya ia tak siap menerima penolakan. Dan hatinya tak siap untuk kecewa.
“It’s okey, aku yang tanya.”
Ari mengangkat kepala nya, “Tanya apa?”
Ara tersenyum, “Would you be my boyfriend?”
Ari langsung melepas pelukannya dan memutar tubuh Ara menghadapnya. Jika ada kata diatas bahagia itulah perasaan Ari sekarang.
Ari tertawa, “Kamu nembak aku?”
Ara mengedikkan bahunya, “Aku gak sepengecut kamu yang gak berani nanya. So, your answer?”
“YESSSSSSS MY PRINCESS!!!!”teriak Ari dan langsung memeluk Ara kemudian memutar tubuh Ara. Ia sangat bahagia karena ketakutannya ternyata tak beralasan.
\~FLASHBACK OFF\~
TO BE CONTINUE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Cita Solichah
aq seneng sih kl yg critanya gini. gk melulu cuma cerita awal benci jd rindu..
2021-06-19
0
Cita Solichah
tuh kan.. aq sbenarnya gk begitu suka kl pemerannya dikasih visual. cukup barang2, baju yg dipake, ato suasana sekitar. cz kl pas visual pemeran gk sesuai imajinasi jadi rada2 ilfill gmm gitu.. cz dlm imajinasi q selalu wajah real indonesia dan ganteng n cantiknya yg indonesia bngt.
2021-06-19
2
kenzooo
sosweet bangett siiiii aaaa😍😍😍
2020-12-16
2