Ari langsung menepisnya kasar. “Jangan sentuh dia!” Ari langsung mencengkram kerah Michael kuat, “Gue cuma suruh lo yang pergi! Dan jangan pernah coba-coba deketin dia lagi kalo lo masih sayang sama nyawa lo.” Ucap Ari penuh penakanan. Lalu ia melepas cengkramannya dan memberi isyarat pada security untuk membawa Michael keluar.
Ara langsung menggenggam lengan Ari, “Aku gak ada apa-apa sama Mike, aku berani sumpah. Maafin aku.. hiks..”
Ari melepas genggaman Ara lalu berlalu pergi. Ia langsung menuju ke panggung.
“Jadi tampil bro?”Tanya Dimas ragu ketika baru saja melihat kejadian tadi.
Ari bahkan tak menoleh. Ia langsung menaiki panggung dan mengambil gitar akustiknya. Kemudian ia duduk di tengah panggung sambil memegang gitarnya.Semua tamu langsung beralih menatapnya. Papanya pun yang duduk di meja depan tampak terkejut dan bingung dengan apa yang dilakukan Ari.
Petikan gitar mulai berbunyi. (Bila rasaku ini rasamu-kerispatih)
“Aku Memang Terlanjur Mencintaimu
Dan Tak Pernah Ku Sesali Itu
Seluruh Jiwa Telah Ku Serahkan
Menggenggam Janji Setiaku”
Semua mata langsung menatapnya haru. Selama ini hanya orang-orang terdekat yang mengetahui Ari punya suara yang merdu.
“Kumohon Jangan Jadikan Semua Ini
Alasan Kau Menyakitiku
Meskipun Cintamu Tak Hanya Untukku
Tapi Cobalah Sejenak Mengerti”
Tanpa sadar setetes air mata Ari jatuh membasahi pipinya. Ini adalah luapan dari kemarahannya. Lagu yang ia nyanyikan ini menjadi ungkapan hatinya untuk Ara. Ia menghentikan petikan gitar nya sejenak. Menarik napas untuk melanjutkannya ke reff.
“Bila rasaku ini rasamu
Sanggupkah engkau
Menahan sakitnya
Terkhianati cinta
Yang kau jaga”
Sungguh hati Ara begitu teriris mendengar lantunan suara Ari. Ia menutup mulutnya rapat-rapat menahan isak tangisnya. Sesal yang ia rasakan tak sebanding dengan terlukanya hati Ari saat ini.
“Coba bayangkan kembali
Betapa hancurnya
Hati ini..kasih..
Semua telah terjadi”
Riuh gempita suara tepukan tangan dari para tamu. Tak sedikit dari mereka yang menitikkan air matanya mendengar lagu yang dinyanyikan Ari penuh penghayatan. Papa Ari pun sampai tak menyangka melihat Ari. Yudha, Dimas, dan Shilla yang berdiri di samping panggung sangat tercengang melihatnya. Bahkan Shilla beberapa kali menitikkan air matanya.
“Bila rasaku ini rasamu
Sanggupkah engkau
Menahan sakitnya
Terkhianati cinta
Yang kau jaga"
Telinga Ara sudah tak sanggup lagi mendengarnya. Ara langsung berlari keluar café sambil terus menyeka air matanya. Sementara itu dari kejauhan Shilla melihatnya dan bergegas menyusulnya.
“Coba bayangkan kembali
Betapa hancurnya
Hati ini.. kasih..
Semua telah terjadi”
Ari pun mengakhiri lagunya. Beberapa tamu langsung berdiri memberikan tepuk tangan
meriah untuk Ari. Begitu Ari turun panggung, Papanya langsung menghampirinya dan merangkulnya.
“Jagoan Papa lagi patah hati ya.” Bisik Papanya.
Ari hanya tersenyum pilu.
“Gue liat tadi Ara keluar café bro, terus lagi disusulin sama Shilla.”Ucap Dimas.
Yudha menepuk pundak Ari, “Lepasin aja Ri kalo gak kuat. Gue belum pernah liat lo
sesakit ini. Gue yang ngeliat sampe ikut ngebatin njir.” Ungkap Yudha.
Ari hanya terdiam.
***
Ara melepas heels yang di pakainya, lalu ia sedikit berlari menjauhi Café.
“Araaaa..!”Panggil Shilla yang juga berlari menyusul Ara.
Ara tak menoleh dan tetap berlari. Tiba-tiba dari kejauhan ada sebuah motor yang yang melintas dengan cepat.
TIIINNNNNNN….AAAA!!! BRUGG….Motor besar itu menabrak Ara hingga tubuh Ara terpental ke pinggir
jalan. Shilla teramat shock melihatnya. Sementara pengemudi motor itu langsung kabur begitu saja.
“Ya Tuhan Araaaaaaa!!!!”Teriak Shilla cukup kencang hingga terdengar oleh security
yang menjaga Café. Kedua security tersebut langsung berlari ke jalan.
Shilla menghampiri Ara yang terkapar di pinggir jalan. Kedua security itu juga begitu shock ketika melihat kondisi Ara. Darah mengalir di sekujur betis kaki kanan Ara, dan pelipisnya juga berdarah akibat terbentur sisi jalan, kedua lengan tangannya juga tergores aspal.
“Panggil Ari, panggil ambulance, tolonggggg panggil siapapun cepetannn!!!”Pintah Shilla
histeris.
Kedua security itu langsung berlari ke dalam café. Begitu mereka melihat Ari mereka
langsung berlari menghampiri.
“Tu..tuan.. i..itu ditabrak.”Ucap salah satunya dengan napas tersenggal-senggal.
Ari, Papanya, Yudha dan Dimas bingung dan kaget.
“Siapaaa?!”tanya Ari bingung dan panik.
“I..itu.. cewek yang pakai dress putih tadi.”Jawab security satunya.
“Dia ditabrak motor.”Lanjut temannya.
Jantung Ari rasanya seperti mau copot ketika mendengarnya. Tak hanya Ari, tapi Yudha,Dimas
dan papanya David juga sangat tersentak.Ari langsung berlari cepat keluar café. Hatinya begitu remuk saat ia melihat tubuh Ara berlumuran darah. Sementara Yudha langsung menyiapkan mobil. Dengan sigap Ari langsung menggendong Ara.
“
Sayang bertahan ya, aku mohon jangan pejamin mata kamu.”Ucap Ari sambil menatap Ara penuh harap.
“Sakittt Ri…hikss..”rintih Ara. Ya, gadis itu tidak pingsan, namun matanya hanya terbuka sedikit. Seperti dalam kondisi setengah sadar.
Air mata Ari menetes begitu mendengar rintihan Ara. Dadanya sangat sesak. Betapa ia
tak sanggup melihat kondisi Ara saat ini. Tuhan seolah memberinya cobaan yang bertubi-tubi malam ini.
“Iya kita ke rumah sakit sekarang. Bertahan sayang, kamu kuat!!”Ucap Ari lalu memasukkan Ara ke dalam mobilnya yang di kendarai Yudha. Sedangkan Shilla duduk di depan. Sementara Dimas dan Papa Ari menyusul dari belakang.
Ari meletakkan kepala Ara dipangkuannya. Kemeja putihnya sudah penuh dengan bercak
darah Ara. Tangan Ari gemetar kuat. Air matanya turun dengan deras. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
“Aku mohon bertahan Ra.. aku gak siap kehilangan kamu.”Ucap Ari dengan suaranya yang
parau. Ia mencium kening Ara berulang kali.
Mata Ara terbuka sedikit. Ia melihat wajah Ari samar-samar.
“Maafin.. aku.. i..love..you.”Ucap Ara terbata sebelum akhirnya ia memejamkan matanya dan
kehilangan kesadarannya.
“Araaaa!! Buka mata kamu Ra, bertahannn sayang aku mohon!”Histeris Ari sambil menepuk
pipi Ara.
“I love you too princess..” ucap Ari sambil mencium kening Ara.
***
Saat sampai di rumah sakit, Ara segera di larikan ke UGD. Beberapa suster langsung membersihkan luka-luka di sekujur tubuh Ara. Dokter langsung memeriksa kondisi Ara lalu memasangkan selang oksigen di hidung Ara.
Sementara itu di luar ruangan, Ari berulang kali memukulkan tangannya ke dinding. Meluapkan segala emosinya. Seberapa pun Ara menyakitinya, namun ia tak pernah sanggup jika harus kehilangan gadis itu.
“Siapa yang nabrak dia Shill?! Bilang sama gue! Lo pasti liat kan orangnya?!”Tanya Ari
dengan nada membentak.
Shilla makin terisak mendengarnya. Ia menggeleng berkali-kali. “Gue gak tau Ri.. kejadiannya cepet banget. Begitu dia nabrak Ara, dia langsung pergi gitu aja. Gue bahkan gak liat muka orang itu gimana, karena gue fokus ke Ara.” Jawab Shilla.
“Sudah Ari..sudah. Masalah orang yang nabrak itu bisa kita urus nanti. Yang terpenting
sekarang kondisi Ara. Sebaiknya kita berdoa supaya Ara tidak mengalami luka serius.”Ucap Papa Ari sambil merangkul anaknya yang sedang kalut itu.
“Ari gagal jaga dia Pa…”lirih Ari. Matanya nanar menatap pintu ruang UGD. “Kenapa bukan Ari aja yang ketabrak? kenapa harus Ara..” lanjutnya terisak.
David memeluk anaknya, mengusap punggung Ari untuk menenangkan. Sungguh David melihat betapa besar cinta Ari untuk Ara. Padahal baru saja Ara menghancurkan perasaan Ari saat ia datang bersama Michael. Namun Ari seolah melupakannya begitu saja.
“Ini takdir nak. Kamu tidak bisa protes pada takdir. Ara gadis yang kuat. Papa yakin dia akan baik-baik aja.”Ucap Papa Ari.
Ari hanya tertunduk pasrah. Rasanya baru kemarin ia membawa Bunda Leo dalam kondisi yang seperti itu, dan sekarang orang yang sangat ia sayangi mengalaminya juga. Di benaknya terngiang bagaimana wajah Ara saat merintih kesakitan tadi, bagaimana darah begitu banyak mengalir dari kepala dan kakinya. Betapa kejadian ini berpotensi besar membuat Ari trauma melihat korban kecelakaan.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruang UGD. Gelagatnya sedikit tergesa. Peluh menetes dari pelipisnya.
“Pasien kekurangan darah. Kita butuh donor darah segera. Apakah disini ada yang bergolongan darah O dan bersedia mendonor?”Tanya Dokter.
Ari langsung maju, “Saya dok. Ambil darah saya.” Jawab Ari sigap.
“Baik kalau begitu ikut saya.”Pinta dokter.
Ari pun masuk ke ruang UGD tersebut. Para suster sudah menyediakan brankar disamping Ara. Setelah melakukan beberapa cek kesehatan seperti tensi darah dan golongan darah, kondisi Ari dinyatakan fit dan siap untuk melakukan transfusi darah. Lalu dokter menyuruh Ari berbaring di brankar tersebut. Seorang suster sibuk menyiapkan jarum suntikannya. Mata Ari tak lepas memandangi gadis yang berada di sampingnya sekarang. Kening dan kaki kanan Ara di perban. Terpasang selang oksigen di hidungnya. Wajahnya pucat pasi.
“Ra, yang kuat ya. Aku disini untuk kamu.”Ucap Ari dan berharap Ara mendengarnya meski keadaan gadis itu tak sadarkan diri.
Ari memejamkan matanya kuat saat melihat jarum yang lebih besar dari ukuran biasanya. Kemudian suster mulai menusukkan jarum ke lengan sebelah kiri Ari. Ari sedikit memekik sakit sebab untuk pertama kalinya Ari melakukan transfusi darah. Bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia disuntik. Tangan kirinya menggenggam kuat sebuah bantalan guna memompa darahnya. Ia memilih memandangi wajah Ara untuk menguatkan dirinya sendiri. Sedikit demi sedikit kantung darah itu mulai terisi. Tubuh Ari pun terasa semakin melemas.
***
Setelah melakukan transfusi darah selama 10 menit, Ari berjalan gontai keluar dariruang UGD tersebut. Tubuhnya lemas dan kepalanya terasa sangat pusing.
“Ari, kamu gapapa nak?”Tanya Papanya sambil merangkul Ari yang berjalan sempoyongan.
“Mual banget Pa, bentar ya aku ke toilet dulu.” Jawab Ari.
“Ayo bro gue temenin.”Ucap Dimas.
Ari mengangguk lemas. Lalu Dimas mengikuti Ari berjalan ke toilet. Papa Ari
menatapnya cemas begitupun dengan Shilla dan Yudha. Tak lama dokter ke luar
dari UGD.
“Dok, anak saya kelihatan lemas sekali. Bagaimana kalo terjadi apa-apa dengan anak saya?”Tanya Papa Ari.
“Reaksi seperti itu dinilai normal Pak. Setelah melakukan donor darah biasanya pasien akan merasa pusing, mual, bahkan demam. Dia hanya perlu asupan makanan yang mengandung banyak zat besi. Nanti saya kasih supplement tambahannya ya.”Jelas dokter sambil tersenyum.
Papa Ari mengangguk paham. “Saya sudah memesan ruangan vvip untuk pasien Ara. Tolong
segera di pindahkan ya dok.” Ucap Papa Ari.
“Baik Pak, sekarang akan kami pindahkan.” Jawab dokter ramah.
***
Ara telah di pindahkan ke ruang VVIP dengan yang ada dua ranjang. Syukurlah kondisinya berangsur membaik. Meskipun ia belum sadarkan diri. Ari pun juga terbaring di ranjang sebelah Ara. Setelah beberapa kali muntah, tiba-tiba saja Ari pingsan. Tubuhnya demam tinggi. Akhirnya Dokter memutuskan untuk memasang
infuse pada Ari guna memberikan ia supplement dan asupan gizi.
Tak lama kemudian kedua orang tua Ara datang. Sebelumnya David lah yang mengabarkan
pada kedua orang tua perihal kecelakaan yang terjadi pada Ara. Saat melihat kondisi Ara, Mamanya refleks menangis.
“Ya Tuhan Ara…”Pekik Mamanya yang langsung menghampiri Ara.
Papa Ara merangkul istrinya guna menenangkannya.
“Bagaimana ini bisa terjadi pada putri saya?”Tanya Papa Ara dengan wajah merah padam.
Shilla maju selangkah, “Om tenang dulu ya. Ini semua murni kecelakaan. Tadi Ara lari dari café, saya udah berusaha manggil tapi dia gak berhenti lari. Tiba-tiba aja ada motor yang ngebut terus Ara ketabrak. Saya juga shock banget Om ngeliatnya. Kejadiannya begitu cepat. Pengemudi motor itu kabur gitu aja.”Jelas Shilla dengan mata berkaca-kaca. Sungguh setiap kali ia mengingat kejadian tadi, dadanya terasa sesak.
Karena sebenarnya Shilla sempat melihat wajah si pengendara motor tersebut. Bahkan ia mengingat jelas plat nomor motor itu. Daya ingat Shilla memang tak perlu diragukan lagi. Namun sepertinya keadaan sedang tidak kondusif untuk membahasnya sekarang. Ia memutuskan untuk menyelidiki sendiri siapa penabrak Ara.
Papa Ara mengusap wajahnya dan mengangguk mengerti. “Apa kata dokter tentang kondisi Ara?”Tanya Papa Ara. Kemudian Papa Ara juga bingung melihat Ari, “Dan ada apa dengan Ari? Apa dia juga tertabrak?”
“Tulang kaki kanan Ara retak. Tadi Ara kekurangan darah, lalu Ari mendonorkan darahnya untuk Ara. Seperti yang bapak lihat sekarang, kondisi anak saya juga drop karena efek samping dari donor tersebut.”Jelas Papa Ari, namun setelah itu tersenyum dan menepuk pundak Papa Ara, “Tenang, anak saya jagoan kok. Yang bisa kita lakukan sekarang sama-sama berdoa untuk kesembuhan mereka.”
“Hmm.. maaf Om, Tante, kita pamit pulang ya. Udah kemaleman soalnya. Tapi besok kita pasti kesini lagi kok.”Ucap Yudha sopan.
“Iya iya.. terima kasih ya, salam untuk orang tua kalian.”Ucap Papa Ari.
“Siap Om!”Jawab Yudha,Dimas, dan Shilla.
“Hati-hati di jalan ya semuanya.”Timpal Papa dan Mama Ara.
“Iya pamit ya, Om, Tante.”Sahut Dimas.
“Semoga Ara cepet sadar dan siuman.”sambung Shilla.
“Assalamualaikum.” Ucap ketiganya kemudian berlalu pergi.
***
Hayoo..siapa ya yang nabrak Ara?
Comment yang banyak dan share cerita ini supaya aku lebih cepet lagi up nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yorina
jangan2 yg nabrak orang suruhan linka
atau zuhair
michael...keknya ga mungkin nyakitin ara
aku curiganya linka
2022-06-15
1
Maryana Fiqa
Hana,,
2022-01-08
1
Echa Yorihime
kok nyesek ya bca😭😭
2019-10-09
2