Akhirnya Ara datang ke rumah Pandu bersama Ari. Mobil Ari memasuki halaman rumah Pandu yang cukup besar.Rumah Pandu berdesain Amerika klasik. Kini Ara dan Ari telah sampai di depan pintu rumah Pandu. Ari juga membawa laptop. Ia memang berniat untuk ikut belajar juga.
Tak lama kemudian Pandu membukakan pintu rumahnya.
“Araaaa!! Akhirnya lo dateng juga.” Sapa Pandu antusias dan hampir memeluk Ara.
“EHEMMM!!” Ari langsung berdeham sambil menaikkan satu alisnya.
Pandu yang awalnya tak melihat keberadaan Ari, langsung terkejut.
“Eh.. sor..sorry Kak. Kelepasan.”Ucap Pandu kikuk. “Yuk masuk, Ra! yang lain udah pada nungguin.” Ajak Pandu.
“Hm.. Ndu, ini Ari ikut belajar bareng kita. Lo gak keberatan kan?”Tanya Ara sedikit ragu.
“Hah?! Ngapain? Lo turun kelas Kak?”Tanya Pandu bingung.
“Belajar bareng emang harus yang dipelajarin sama juga? Ya gue belajar materi kelas gue lah.” Jawab Ari.
Pandu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Oh.. yaudah masuk deh.”
Ara tersenyum lalu berjalan masuk ke dalam rumah Pandu dan diikuti oleh Ari disampingnya. Nindy dan Kevin juga cukup terkejut dengan kedatangan Ari. Namun mereka memilih menyembunyikannya dalam senyum.
Mereka memilih mengerjakan tugas kelompok dengan duduk lesehan. Ari duduk sedikit jauh di ujung dan memakai headset. Selain tak ingin mengganggu tugas mereka, Ari yang notabene nya anak Ipa tak ingin juga terganggu sebab mendengarkan materi belajar mereka yang jelas berbeda. Ruangan ini adalah library at home milik Pandu. Di desain khusus untuk belajar dengan meja bulat yang memang tidak terlalu tinggi dan pas jika untuk duduk lesehan. Namun ada juga beberapa meja belajar yang tinggi dankomputer yang tersedia. Benar-benar persis perpustakaan sekolah namun versi mini nya. Pantas Pandu dijuluki kutu buku.
Mereka mulai mengerjakan tugasnya. Nindy dan Kevin sibuk mendesain power point untuk presentasi. Sementara Ara dan Pandu bagian membuat video. Setelah beberapa menit mengedit video, Pandu sedikit bosan. Tiba-tiba sebuah ide melintas dikepalanya.
“Ra, backsound videonya yang ini aja.” Ucap Pandu sambil memasangkan sebelah headset di telinga Ara sementara yang sebelah lagi tetap ia pakai.
Ketika Ara mendengarnya,ternyata itu adalah lagu geboy mujair. Ara langsung tertawa terbahak.
“Hahaha..Ya kali video orang demo lagunya ini.”Ucap Ara di sela ketawanya.
“Tapi asik kan?”Tanya Pandu sambil bergoyang. “Di geboy geboy mujair..”
“Nang ning nung pak guli pak..”Lanjut Ara yang ikut bergoyang.
“Bang dung ding serrr..”Ucap Ara dan Pandu berbarengan. Lalu mereka tertawa terbahak bersama.
Nindy dan Kevin yang melihat mereka tiba-tiba heboh langsung saling lempar pandang. Sekilas Nindy melihat ke arah Ari yang ternyata sedang menatap sinis ke Pandu dan Ara.
“Wah Vin, bahaya nih.” Bisik Nindy ke Kevin.
“Ngapain si tuh anak? Bukannyacepetan kelarin videonya.” Jawab Kevin sambil mengernyitkan dahinya.
“Atau lagu ini nih..”Ucap Pandu lalu mengganti lagunya.
Ara langsung tertawa dan mengangguk setuju, “Ini lagu baru di ciptakan. Di ciptakan hanya satu malam..”senandung Ara.
“Karna Penciptanya orang padang, Lagu ini judulnya goyang nasi padang.”Lanjut Pandu bersenandung.
Goyang nasi padang pakai sambal randang
Sama orang minang yang ikut bergoyang
Semua masalah jadi hilang
Pikiranku jadi tenang
Ara dan Pandu masih terus asik berjoget ria sambil bernyanyi. Ari yang sejak tadi memperhatikan mereka akhirnya geram dan menghampiri mereka. Kemudian Ari melepas headset yang menempel ditelinga Ara.
“Mau ngerjain tugas atau konser?”Tanya Ari,nadanya datar namun terdengar menusuk. Kedua tangannya dilipat di depan dada.
Ara dan Pandu langsung terperangah. Sekilas Ara mendongak menatap Ari yang berdiri dan sedang menatapnya tajam, lalu ia menunduk dan memanyunkan bibirnya.
“Chill out bro. Emang harus serius banget? Nanti juga selesai kok.”Ucap Pandu yang mulai tak suka.
Ari tersenyum sinis, “Kalo serius akan lebih cepet selesai kenapa enggak?” Balas Ari.
“Bedanya anak Ipa sama Ips nih. Haha..”Celetuk Nindy sambil menahan tawanya.
“Ya gak asik lah kalo cepet selesai. Iya gak, Ra?” Tanya Pandu pada Ara.
Ara menggigit bibir bawahnya, bingung mau menjawab apa.
“Ra, mau serius atau gak ngerjain tugasnya?”Tanya Ari.
Ara mendongak menatap Ari, lalu mengusap tangan Ari lembut sambil tersenyum.
“Iya, abis ini aku serius.” Jawab Ara sambil tersenyum. Ia tak ingin ini jadi keributan.
Ari mengacak puncak kepala Ara, “Bagus.” Ucapnya singkat lalu kembali duduk di tempatnya semula. Lalu memasang headsetnya kembali.
Sementara Pandu hanya bisa mendengus kesal. Ia merasa tak enjoy mengerjakan tugas dengan dimata-matai seperti ini. Ara jadi merasa tak enak hati dengan Pandu. Ia jadi canggung.
“Yuk lanjutin edit videonya. Coba yang ini dikasih effect,”Ucap Ara mencoba memulai.
“Kok jadi gak mood ya gue? Udahlah nanti gue aja yang edit videonya sendiri Ra. Lo terima beres.”Tukas Pandu membuat Nindy dan Kevin mendelik.
“Loh kok gitu? Ayolah Pandu.. jangan gini.”Bujuk Ara dengan wajah memohon.
“Ya males aja gitu Ra, kita nugas kayak di mata-matain sama guru killer. Cukup di ekskul aja ya dia mimpin dan ngatur.” Keluh Pandu, “ Tapi kayaknya sifat ngaturnya udah mendarah daging deh. Lo jadi pacarnya gak bosen apa diatur-atur sama dia?” Tanya Pandu ingin tahu.
Ara tersentak mendengar perkataan Pandu. Ia mendadak diam dan berpikir. Benar juga, selama ini Ari sangat banyak mengaturnya. Bahkan dalam segala hal. Dan mengapa ia baru menyadari itu sekarang. Lalu kenapa juga ia selalu menurut. Ara jadi bingung dengan dirinya sendiri. Bukankah selama ini kebebasan yang ia cari? Namun kenapa ia masih sanggup bertahan dengan segala sikap posesif Ari dan segala aturannya? Ah pertanyaan demi pertanyaan terus saja bergulir di benaknya.
“Eh Ndu, kok lo jadi bahas itu sih? Udahlah lanjutin aja ngedit videonya.”Ucap Kevin membunyarkan pikiran Ara. Sejak tadi Kevin memang memperhatikan raut wajah Ara yang berubah tidak enak.
“Iya, Kak Ari ada benernya juga kok. Kalo serius jadi cepet kelar kan.”Timpal Nindy.
“Hm.. gue mendadak gak enak badan nih.”Ucap Ara alesan. “Sorry banget ya.. boleh pulang gak?”lanjutnya bertanya.
“Hah? serius Ra? lo kenapa?”Tanya Pandu khawatir.
“Gak apa-apa, cuma capek aja. Nanti filenya kalo udah jadi kirim ke email gue aja ya, biar bisa gue pelajarin lagi buat presentasi besok.” Jelas Ara sambil tersenyum, “Bye guys, sorry banget ya gue duluan.”pamitnya.
Nindy dan Kevin hanya dapat membalasnya dengan sebuah anggukan tanda setuju. Mereka tak tahu harus merespon bagaimana. Yang jelas Nindy tahu bahwa Ara tidak sedang baik-baik saja.
Ara menghampiri Ari dengan langkah gontai, “Ri, pulang.”Ucapnya singkat kemudian berlalu pergi.
Ari yang sedikit kaget langsung melepas headsetnya dan menutup laptopnya.
“Loh udah selesai?”Tanya Ari.
Namun semuanya hanya terdiam.
“Yaudah gue pamit ya.”Ucap Ari kemudian segera menyusul Ara keluar rumah Pandu.
Ari membukakan pintu mobil untuk Ara. Lalu ia pun memasuki mobilnya. Setelah itu mobil melaju. Sekilas Ari melihat raut wajah Ara yang murung tak seperti biasanya.
“Kenapa Princess? Kok mukanya di tekuk gitu?”Tanya Ari lembut.
Ara bungkam tak menjawab.
“Ra..kenapa lagi sih sayang?”Tanya Ari lagi. Sungguh Ari benar-benar bingung jika Ara bersikap seperti ini.
“Aku gak mau bahas ini di mobil.”Jawab Ara dengan wajah juteknya. Ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Tak ingin mengganggu konsentrasi Ari dalam menyetir.
Ari mengangguk paham. Jika Ara sudah seperti ini, berarti ada masalah serius yang ingin Ara bahas.
“Mau ke rooftop hotel? Atau jalan-jalan kemana gitu cari pemandangan?”Tawar Ari. Setidaknya pikiran Ara bisa sedikit fresh jika melihat pemandangan.
“Nggak.” Jawab Ara singkat membuat perasaan Ari makin tak enak.
“Mau ke rumah sakit gak jenguk Bunda Leo?”Tanya Ari lagi.
Ara hanya menggeleng.
“Oke kalo gitu makan di restoran aku mau? Atau ke restoran mana deh yang kamu mau.” Tanya Ari tak menyerah.
“Aku mau pulang titik.”Tegas Ara.
Rasanya Ari ingin membenturkan kepalanya ke stir saja saat ini. Ia berani bertaruh jika masalah yang dibahas Ara akan sangat menguras emosinya nanti.Namun tak ada jalan lain selain menghadapinya dengan kepala dingin. Yasudahlah, sekarang ia lebih baik fokus menyetir dan mendinginkan kepalanya sedingin-dinginnya agar nanti tak terbakar emosi.
***
Mobil Ari berhenti di depan rumah Ara. Setelah melepas sabuk pengamannya, Ara beranjak bangun. Namun tangannya langsung ditahan oleh Ari.
“Hey, kamu mau bahas apa tadi?”Tanya Ari.
Ara terdiam. Ia hampir saja lupa bahwa ingin membahasnya. Yang ada dipikirannya hanya menjauh sejenak dari Ari.
Ari menggenggam tangan Ara hangat. “Jangan bahas hal-hal yang bikin aku frustasi lagi please.. gak cukup kamu liat aku frustasi kemarin?”
Ara menatap manik mata Ari penuh kesungguhan. Sepertinya ia juga belum tau pasti jawaban dari setiap pertanyaan dibenaknya. Jadi untuk apa juga ia bahas.
“Yaudah kalo gitu gak usah dibahas ya.”Jawab Ara.
“Gak bisa, Ra. Kalo ada masalah bilang, jangan diem.”Ucap Ari.
“Tuh kan kamu buat aku serba salah lagi. Nanti kalo dibahas kamunya frustasi terus kenapa-kenapa lagi, giliran aku gak mau bahas kamunya malah maksa.” Kesal Ara.
Ari tersenyum, “Oke maaf ya. Yaudah sekarang bahas aja.” Pinta Ari penasaran.
“Aku mau bebas.”
TO BE CONTINUE...
Comment yang banyakkk! jangan lupa like!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕
Ari tambah kesini tambah toxic nih masa kerkom aja diatur gk boleh bercanda sih:v
2020-10-21
0
Ros Diana
please kak visual x ara nah
2019-10-27
0
Evi Ana Ade Lubis
ari ngatur ara kan karna sayang,,,gemessss sendri
2019-10-19
1