Kantor Nyko

Tiffany mengerucutkan bibirnya tatakala melihat Nyko fokus dengan pekerjaannya, sedangkan dirinya menjadi terabaikan, ia melangkah menghampiri Nyko yang duduk di kursinya sendiri sambil fokus dengan kertas-kertas laporan di tangannya, “Nyko bosan” Keluhnya sembari nekihat kertas-kertas yang malah membuat kepalanya sakit.

“Siapa yang suruh kamu ikut” Masih memperhatikan kertas tersebut.

“Kamu kan masih kelas dua belas, kok udah kayak kerja kantoran sih?” Bertanya, sebab ia heran sendiri dengan apa yang lelaki itu kerjakan. Pada saat ia kelas sebelas, lelaki itu hanya membantu untuk memeriksa laporan yang dikirimkan kepada dirinya, tapi saat kelas dua belas ia sekarang seperti sudah bekerja saja.

“Aku kan multitalent” Bangga lelaki itu sembari tertawa kecil.

“Dih pede” Tiffany menundukkan tubuhnya agar melihat isi dari kertas yang dipegang sang pacar, tapi sayang otaknya masih terlalu dini untuk mengetahui hal tersebut. “Tapi alasannya apa kamu udah ngelakuin ini?” Kembali melontarkan pertanyaan untuk dijawab oleh sang pacar.

CUP.

Nyko mengecup pipi sang gadis yang ada di sampingnya, gadis itu akan semakin menggemaskan jika ia banyak bicara. “Diam sayang” Tapi tetap saja Nyko harus fokus dengan urusannya agar cepat selesai.

Tiffany melirik pada Nyko yang kembali fokus pada pekerjaannya, “Huh”

Tangan Nyko yang bebas mengacak-acak rambut panjang keriting gantung Tiffany, “Dah sana duduk di situ” Menunjuk ke arah sofa.

Tiffany menurut saja sebab tak ada gunanya juga ia mengacaukan Nyko yang tengah serius itu. pikirannya tertuju pada kejadian di mall tadi, Kenapa gue nggak pernah tahu Nyko punya mantan lainnya? Nggak ada satu barang pun yang gue temui soal masa lalu Nyko.

Memang selama ini ia tak pernah menemukan barang-barang mencurigakan yang berkaitan dengan masa lalu sang pacar. Ia pikir, Tina adalah mantan pacar pertamanya, ternyata ia salah besar lalat pengganggu itu pasti mantan pertamanya. Kenangan Nyko yang berkenaan dengan masa lalu seakan disapu habis hingga tak meninggalkan setitik noda pun sehingga tak ada yang mencurigai hal ini.

“Suruh mereka mengulang ini, terlalu banyak kesalahan penulisan di dalamnya”

Tiffany menoleh ke arah sang pacar yang seeprtinya tengah menelpon seseorang, Nyko emangnya memperhatikan banget ya pas pelajaran bahasa Indonesia? Bukannya apa, hanya saja lelaki itu terus membolos saat pelajaran berlangsung jadi adalah hal yang mengherankan jika lelaki itu mengatakan sesuatu yang

berhubungan dengan pelajaran.

“Nyko kamu kalau kuliah sambil kayak gini ya?” Melontarkan pertanyaan saat Nyko menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang lelaki itu duduki.

“Entah, tapi kayaknya enggak deh” Ucap Nyko sembari memejamkan matanya.

“Ouh, kirain”

Senyum tipis tercetak di bibir Nyko, “Tapi asik juga kalau sambil pegang perusahaan”

“Fokus kuliah dulu baru pikirin ini” Tegur Tiffany, ia takut kuliah Nyko berantakan karena ia harus disibukkan dengan urusn kantor hingga tugas-tugasnya terbengkalai tak digubris sama sekali.

“Tenang aku bisa memfokuskan diri ke banyak hal kok” Terkekeh kecil.

“Hem iyain”

Nyko membuka matanya dan merapikan kertas-kertas itu sebelum bangkit berdiri, “Udah yuk pulang” Ajaknya pada Tiffany yang bermain dengan ponselnya.

Mendengar kata pulang membuat Tiffany berdiri dengan semangat, “Yuk” Keluar dari ruang itu lebih dulu daripada Nyko.  Di dalam lift, Tiffany terus mengoceh mengenai masakannya yang pernah gosong baru-baru ini.

Membuat Nyko tersenyum dengan mata yang tak pernah lepas dari Tiffany yang ada di sampingnya. Mengeluarkan suara yang terus mengoceh tak peduli apakah dirinya dihiraukan atau tidak. Nyko memeluk tubuh mungil Tiffany, merengkuh tubuh itu karena tak tahan dengan sang gadis yang sangat menggemaskan itu. pelukan itu ia lepaskan

tatkala pintu lift terbuka.

“Ari” Tiffany meneriakan nama laki-laki yang baru saja dari luar. Lelaki itu baru saja membuang sampah. Ia menoleh pada asal suara.

“Oh hai”

Tiffany menghampiri Ari dan mengajaknya berbincang, “Belum pulang?” Tanya Tiffany.

“Bentar lagi”

“Anita mana?” Menanyakan keberadaan kembaran Ari.

“Lagi di belakang”

“Eh lo…”

Menit demi menit berlalu, Nyko menatap pada dua orang yang saling berbincang di hadapannya. Mulai jenuh sebab sang gadis mengabaikan dirinya dan memilih mengobrol dengan Ari walau hanya dibalas dengan beberapa patah kata saja. Ia menatap pada arlojinya yang menunjukkan pukul setengah tujuh malam, sungguh tak terasa selama ini ia menghabiskan waktu bersama Tiffany dari pagi tadi.

“Tiffa, ayo pulang” Menegur pada Tiffany yang kelihatannya masih asik mengoceh.

Tiffany menatap pada Nyko, ia melupakan keberadaan lelaki itu karena asik mengobrol dengan Ari, “Ah iya, duluan ya Ri”

Ari menganggukan kepalanya dengan wajah yang datar, “Iya”

“Duluan ya” Ucap Nyko sebelum menyusul kepergian Tiffany yang mendahului dirinya.

“Hati-hati”

Nyko menganggukan kepalanya, “Langsung pulang aja kalau kalian dah selesai”

“Iya”

. . .

Tiffany menjatuhkan dirinya di samping Alga yang menonton drama korea di televise sembari menyantap martabak manis yang terlihat begitu menggiurkan.

Alga melirik pada sepupu perempuannya yang baru saja pulang, “Mandi sana” Berkata sebelum mulutnya menyantap makanan itu kembali.

“Iya nanti” Tangan kanan Tiffany ikut mengambil makanan yang Alga letakkan di dalam piring dan ikut menyantapnya, “Beli dimana?” Bertanya pada Alga yang kelihatannya begitu fokus

“Di taman tadi” Menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada layar televisi. Ya Tiffany akui film itu terlihat sangat seru tapi bisakah Alga menghargai dirinya?

“Lo ke taman? Sendirian? Jomblo lo” Meledek sang kakak sepupu.

“Dih mentang-mentang punya pacar”

“Ayah mana?”

“Lagi makan”

“Lo kok di sini? Nggak makan?”

Alga mengambil sepotong martabak manis itu, “Ini lagi makan” Berkata sebelum memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

“Ini namanya ngemil”

“Gue udah makan duluan tadi”

“Oh”

Alga menghembuskan nafasnya pelan, ia melirik pada Tiffany yang ada di sampingnya dan terlihat lahap memakan martabak yang ia santap saat ini, padahal Alga sudah memisahkan miliknya dan juga milik Tiffany. “Mandi sana, bau lo” Ucap Alga saat melihat make up Tiffany yang mulai luntur saat perempuan itu berangkat tadi.

“Enak aja” Tiffany menelan martabak itu, ia menatap pada Alga yang kelihatannya begitu fokus dengan acara televise itu. ia tersenyum mirik dengan tangan yang mengambil remote televise yang ada di samping tubuh Alga. Mematikan televise dengan tombol di remote dam segera berlari pergi meninggalkan Alga yang reflek menatapnya kesal.

“Fany!” Berteriak pada sepupu perempuannya yang sudah menaiki anak tangga.

“Supaya nggak mahal bayar listrik!” Berkata sambil menertawakan Alga yang kelihatan geram pada dirinya.

“Kurang ajar lo ya!”

Sedangkan itu, Ferdy  yang sedang makan malam menggeleng pelan mendengar perdebatan antara Alga dan juga Tiffany yang membuat keadaan rumah ini selalu ribut.

Terpopuler

Comments

wulandari Ndari99

wulandari Ndari99

kapan up Thor

2021-04-30

0

Apriana Hikmatul Jannah

Apriana Hikmatul Jannah

cepat up Thor ❤️♥️

2021-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!