Follow akun Instagram Author ya. Sayang kalian...
. . .
Suasana hening untuk beberapa saat, Tiffany menolehkan kepalanya untuk menatap pada Nyko, "Kok nanyanya gitu sih?" Bertanya dengan nada suara lembutnya namun masih dibalut dengan kekesalan.
Nyko menatap dalam mata Tiffany dengan pencahayaan yang cukup untuk dirinya menatap wajah cantik gadisnya itu, "Mau tau aja" Kembali menatap lurus pada jalan raya. Tersirat kesedihan yang mendalam karena sang gadis yang terus menunjukkan kekesalannya pada dirinya.
Hangat menjalar di tubuh Nyko, jantungnya berdetak kencang, "Aku kangen kamu"
Deg.
Mata Nyko membulat sempurna saat bibir cantik Tiffany mengatakan hal tersebut. Sangat jarang untuk seorang Tiffany mengucapkan perkataan yang merujuk pada rasa manjanya. Ia bahkan tak berani menatap balik pada Tiffany yang memeluk dirinya erat.
"Kamu bilang cuma seminggu terus kenapa ngaretnya sampe Minggu selanjutnya?" Merengek dengan lilitan tangan yang semakin mengerat
Nyko memejamkan matanya sejenak, gadisnya sungguh sangat manis. Ia membalas pelukan gadis itu dan menyalurkan kehangatan yang lebih dari ia terima, "A-aku minta maaf. Aku nggak tahu kalau masalah di sana bakal memakan banyak waktu" Ucapnya dengan jujur. Tak lupa untuk Nyko mengecup puncak kepala Tiffany mesra.
"Tapi kenapa nggak bilang ke aku? Aku kira kamu nggak bakal pulang" Tiffany terus merengek akibat sang lelaki tak memberinya kabar tentang jadwal kepulangannya. Sungguh ia kesal bercampur rindu pada laki-laki itu.
Nyko mengangkat wajah Tiffany, dan membiarkan tatapan mereka saling beradu, "Aku pasti pulang Tiffa, cuma karena keadaannya mendesak makanya aku nggak sempat ngabarin kamu" Memberikan senyum yang ia harap bisa memenangkan Tiffany yang kini sudah membuat genangan air di pelupuk matanya.
"Tapi aku khawatir" Dan tetesan air mata itu lolos begitu saja membasahi pipinya.
Nyko menatap sendu pada air mata itu. Kenapa dirinya yang pernah berjanji pada dirinya untuk tak akan membiarkan air mata itu menunjukkan wujudnya, tapi kenyataan mengatakan jika ia lah yang membuat mutiara cair itu timbul, "Tiffa, aku gak tahu harus ngapain" Menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya.
Tiffany menatap Nyko dengan matanya yang masih berkaca-kaca, "Kamu ada masalah?" Menggemaskan sekali tatapan mata itu.
"Masalahnya itu kamu"
"Kok aku? Aku nggak ngapa-ngapain Nyko" Mengerucutkan bibirnya karena menjadi dasar permasalahan yang dialami oleh sang pacar.
Nyko menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Tiffany, dan memeluk pinggang gadis itu, "Karena aku sayang sama kamu, dan sekarang kamu nangis karena aku. Aku bingung mau ngelakuin apa supaya kamu nggak marah lagi" Lirihnya penuh kesedihan karena merasa gagal untuk menjaga Tiffany.
"Aku nggak marah Nyko" Menghapus bulir air mata yang mengalir di pipinya dan mengelus rambut Nyko.
"Tapi air mata ini gara-gara aku" Semakin mengeratkan pelukannya. Ia tak menyangka jika hal yang ia pikir tak terlalu penting itu malah membuat sang gadis menangis karena dirinya. "...dan sekarang aku nggak tahu harus ngelakuin apa" Sambungnya.
Tiffany menghembuskan nafasnya pelan, ia menjauhkan tangannya daripada Nyko dan memegang lengan lelaki itu agar melepaskan pelukannya yang terus mengerat.
"Peluk" Rengek Nyko. Oh sungguh ada apa dengan pasangan ini, dari Tiffany yang merengek dan sekarang laki-laki ini.
Tiffany tersentak kaget karena ucapan itu, ia menatap pada Nyko yang masih meletakkan kepalanya di ceruk leher, membuatnya geli akibat hembusan nafas lelaki itu. Tiffany tak memeluknya, ia lebih memilih untuk menyisir rambut Nyko dengan jemarinya.
"Masih marah?"
"Nggak. Tapi aku kangen" Sungguh ia malu mengakui ini. Tapi apalah daya, Nyko tak memahami apa yang ia rasakan hingga membuat Tiffany menyadari jika lelaki yang menjadi miliknya ini sering bersikap bodo amat dengan apa yang ada di sekitarnya.
"Aku juga" Nyko mengangkat kepalanya dan menatap pada wajah Tiffany. Mencium pipi gadis itu lama lalu kembali pada posisinya semula, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Tiffany.
"Lain kali kabarin aku kalau kayak gini lagi ya" Berkata dengan suara pelan. Ia masih belum terbiasa mengatakan perasaannya sendiri.
"Iya sayang"
"Aku sayang sama kamu, jadi aku mohon jangan pergi lagi" Ucap Tiffany lagi dengan volume suara yang masih pelan.
"Makasih" Nyko menegakkan tubuhnya dan mencium kening Tiffany lama, "...sudah bertahan sejauh ini" Sambungnya.
Sekolah, kantin....
"Mau makan apa?" Tanya Nyko pada gadis yang kini duduk di sampingnya.
"Nggak mau makan" Ucap Tiffany sambil menampilkan senyumnya yang begitu manis pada Nyko yang memang sudah tersihir oleh perempuan itu.
"Terus maunya apa?"
"Aku mau kamu"
Nyko menarik hidung Tiffany gemas, "Ish, udah bisa gombal, siapa sih yang ngajarin?"
"Heheh" Bukannya menjawab Tiffany malah tertawa geli.
"Ya Tuhan sucikanlah mata hamba ini" Kata Daniel dramatis. Pasalnya hanya ia yang tak memiliki pacar, Lutfi telah berhasil menaklukkan hati seorang Gita. Sedangkan dirinya? Natca sama sekali tak menghiraukannya, semakin dikejar maka Natca semakin membentangkan jarak di antara mereka berdua.
"Natca, lo pacaran aja ya sama gue. Eneg gue ngeliat mereka" Nadanya terdengar memohon dengan unsur memaksa. Membuat Gita yang sedari tadi bersenda gurau dengan Lutfi menatap pada mereka. Ia menatap geli pada Daniel yang masih berusaha keras mendekati Natca selama ini. Bahkan mereka sudah kelas dua belas dan Natca belum berhasil ia taklukan.
"Gue? Pacaran sama lo? Gak salah?" Kata Natca lebay akan ucapan Daniel tersebut. Ia memilih untuk menatap pada ponselnya.
"Ah udah ah, gue laper. Lo mau pesan apa?" Tanya Gita yang gemas bercampur lapar melihat perjuangan Daniel terhadap Natca. Membuat Lutfi, sang kekasih tersentak kaget akan kelakuannya. Aish, ia harus ekstra sabar menghadapi Gita yang cukup tak tahu malu tapi berhasil membuatnya sesayang ini pada sang gadis.
"Lo mau makan apa?" Nyko bertanya pada Gita yang kini tengah diusap rambutnya oleh Lutfi. Tatapan laki-laki itu jelas memancarkan kekaguman yang tak terkira.
"Mie ayam sama es teh"
"Samain aja" Ucap yang lain secara bersamaan. Membuat Gita menggembung kan pipinya gemas.
"Lha? Terus gue gitu yang pesanin?" Nada suaranya terdengar tak terima.
Lutfi tersenyum gemas melihat kelakuan gadisnya, tangannya terangkat dan mengacak-acak rambut Natca, "Biar aku aja" Ucap Lutfi lalu bangkit berdiri.
"Oke, makasih ya" Memamerkan deret gigi putihnya kepada sang pacar.
"Iya Gita" Lutfi melangkah pergi dari situ. Dan memesan makanan yang sudah dikatakan tadi.
Natca menatap punggung Lutfi yang semakin menjauh, "Ehem, tambah dekat aja lo berdua" Menggoda Gita dengan tatapannya yang penuh arti.
Gita membalas senyuman itu dengan seringai mengejek, "Lo mau juga?"
"Ya iyalah" Mengatakan dengan sewot. Yang benar saja, saat sahabat-sahabatnya sudah memiliki gandengan ia masih berdiri sendiri dan memeluk tubuhnya sendirian.
Gita mengangkat telunjuknya ke arah Daniek, "Itu Daniel, lo nggak liat dia?" Sontak semua tatapan termasuk Tiffany dan Nyko mengarah pada Daniel yang menatap Natca penuh rasa kagum.
Natca menatap pada Daniel, "Mata gue masih bagus ya" Ucapnya sambil mengalihkan pandangannya lagi.
"Mata hati lo artinya yang rabun" Ucapan dari Gita sontak membuat Tiffany menahan tawanya, sedangkan Nyko mencoba menutup mulut sang gadis agar tidak kelepasan untuk menertawakan masih Daniel dan Natca, walau ia sendiri mati-matian menahan tawa karena merasa iba pada nasib Daniel. Menggelikan.
"Idih apaan sih?" Membuang muka ke arah lain. Enggan menanggapi perkataan yang dilontarkan oleh Gita serta mimik wajah kurang ajar daripada Tiffany dan Nyko.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓2 like
Sukses dan selalu semangat ya kakak Author❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-22
0
Rini Selgina
ngakaaak thor, lanjuut
2020-12-19
0