Malam….
Suasana rumah saat ini tengah sepi, Alga pergi menggunakan mobilnya sendiri menuju sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang perkuliahannya. Ia mengatakan akan pulang terlambat sebab ia juga ingin berjalan-jalan menyusuri kota Jakarta.
Tuts-tuts piano ditekan dengan lembut, menghasilkan nada lagu yang begitu manis didengar. Tiffany nampak serius dengan permainan pianonya. Ya, memang beberapa waktu teraakhir ini ia jarang untuk memainkan jemari jemarinya di atas tuts piano.
Apalagi di sekolah, sejak menjalin hubungan dengan Nyko. Gadis bernetra cokelat itu hampir tak pernah menginjakkan kaki di ruang musik.
“Serius banget mainnya”
Suara itu menghentikan permainan Tiffany. Gadis itu menoleh ke belakang, “Nyko?! Kok kamu ada di sini sih?” Tanya Tiffany heran pada lelaki yang membawa paper bag di tangannya.
Laki-laki itu menghampiri gadis yang duduk di bangku pianis,“Mau ketemu kamu” Jawabnya.
“Ku pikir kamu masih pusing gara-gara urusan kantor” Ya memang sepulang sekolah tadi, Nyko diharuskan pergi ke kantor yang ada di tengah-tengah kota karena Bisma—Papa Nyko memintanya untuk men-cek sebuah laporan keuangan yang ada di tangan wakil CEO saat itu.
Mengharuskan Tiffany pulang menggunakan taksi karena sang pacar didesak untuk cepat ke sana. Tiffany sendiri merasa iba pada Nyko yang masih kelas dua belas namun sudah diberi perintah untuk ikut mengurus perusahaan yang ada di Indonesia. Lelaki itu masih muda, namun sudah disibukkan dengan hal-hal yang seperti itu.
Nyko memilih duduk lesehan di lantai dan menatap pada sang gadis yang posisinya lebih tinggi daripada dirinya, ia menampilkan wajah cemberut, “Ih kamu mah, aku masih pusing tahu gara-gara laporan yang banyak kesalahan itu” Ucapnya dengan nada yang terdengar mengadu.
“Kayak mau diputusi pacar aja” Timpal Tiffany. Tangannya mengusap lembut rambut lebat Nyko yang panjang, mungkin rambut itu sudah bisa di kuncir.
“Kalau kamu mau mutusi aku, bukan pusing lagi namanya”
“Terus apa?”
“Bisa-bisa aku sakit hati terus meninggal”
“Lebay” Komentar Tiffany. Ia menatap pada Nyko yang malah tersenyum begitu manis padanya. Ah, laki-laki itu terlalu tersenyum manis di hadapannya. Tiffany merasa ia tak harus selalu mengabsen berapa kali sang pacar tersenyum Bukan ia jenuh, hanya saja senyuman itu terlalu manis untuk diperlihatkan ke khalayak ramai.
“Nih buat kamu”
“Apa?”
“Kesukaanmu”
Tiffany mengeluarkan isi dari paper bag tersebut, “Iih makasih Nyko” Senyumnya mengambang sempurna saat melihat apa yantg Nyko berikan padanya. Beberapa potong sandwich.
“Sama-sama”
Tiffany mengambil satu potong sandwich isi daging dan memakannya.
“Enak?” Tanya Nyko yang mendongakkan kepalanya menatap pada sang gadis yang dengan lahap menyantap makanannya simple tersebut,
“Banget”
Nyko terkekeh kecih melihat mimik wajah dan cara makan Tiffany yang mirip dengan anak kecil. Ia masih menggemaskan seperti yang dulu Nyko kenal. Dan perasaan itu semakin bertumbuh membuat Nyko tak ingin lepas dari gadisnya yang sangat menggemaskan ini.
Selesai menikmati sandwich itu, Tiffany kembali pada pianonya, jemarinya sudah berada di atas tuts piano. “Nyko mau nyanyi gak?” Bertanya pada Nyko yang masih duduk di samping kakinya sembari bermain dengan handphone.
“Emangnya kenapa? Kamu mau aku nyanyi?”
Tiffany menganggukkan kepalanya.
“Aku nggak mau” Senyum kecil yang tadi menghiasi wajah Tiffany kini pudar karena ucapan dari Nyko. Ekspresinya kini menjadi cemberut.
“Hahahaha” Tawa Nyko meledak saat melihat respon dari wajah sang pacar, “Kamu lucu banget, sumpah” Ucapnya di sela gelak tawanya.
“Ketawa aja terus, dasar aneh” Tiffany memilih untuk mengambil sepotong sandwich isi keju dan menikmatinya. Walau dalam keadaan kesal.
“Uuh, ngambekan banget sih?” Nyko semakin gemas dengan sikap Tiffany yang seperti anak kecil. Ia bangkit berdiri dan mengacak-acak rambut sang gadis yang tergerai bebas.
“Biarin”
“Iya deh iya, aku bakal nyanyi”
“Bohong”
“Nggak ih, beneran”
“Oke lagu apa?”
“Yang ini, bisa gak?” Menunjukkan lagu yang ada di ponselnya pada Tiffany.
“Bisa kok”
“Oke”
Jemari Tiffany mulai bermain di atas tuts piano itu, memperdengarkan suara indah yang dihasilkan oleh alat musik piano tersebut kepada telinga-telinga yang masih bisa menjangkau suaranya.
Banyak sudah kulewati
kisah cinta lain
Tapi tak seindah kamu. Kau tlah sandarkan hatiku
Hinggaku memilih dirimu dihatiku
Takkan pernah lagi kutemukan
Cinta yang sama seperti kamu
Nyko menatap pada wajah yang gadis yang tengah fokus dengan pianonya, senyum lelaki itu terbit setiap menatap lekat Tiffany. Jantungnya berdesir setiap kali ia menatap lekat makakarya Tuhan yang kini menjadi kekasihnya.
Kau berikan aku cinta
Berikan aku rasa. Hingga tak bisa berpaling
Kau terindah di hidupku. Terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Setahun sudah mereka menjalin kisah asmara, dengan lika-liku permasalahan yang tak bisa dihindari. Namun Nyko bersyukur, gadis itu tak pernah meninggalkannya saat mereka bertengkar hebat dikarenakan ia tak mengabari jika akan pulang sedikit terlambat dari luar negeri.
Gadis itu tak suka menunggu, tapi ia selalu dibuat menunggu. Bahkan perempuan itu rela menunggu kedatangan sang kekasih di bandara dengan waktu yang sangat lama. Hampir seharian ia berada di bandara, tapi tak kunjung menemukan Nyko.
Banyak sudah kulewati kisah cinta lain
Tapi tak seindah kamu
Kau tlah sandarkan hatiku
Hingga ku memilih dirimu dihatiku
Takkan pernah lagi kutemukan
Cinta yang sama seperti kamu
Tangan Nyko terulur untuk mengelus rambut panjang Tiffany, ia mencintai semua yang ada pada gadis itu. Kelebihan Tiffany membuatnya jatuh cinta dan kekurangan gadis itu membuatnya semakin jatuh ke dalam lautan cinta.
Kau berikan aku cinta
Berikan aku rasa hingga tak bisa berpaling
Kau terindah dihidupku
Terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Takkan bisa kupergi
Meninggalkanmu walaupun sesaat
Kau
(Berikan aku cinta) Berikanku cinta
(Berikan aku rasa) Rasa
(Hingga tak bisa berpaling)
Kau terindah dihidupku, terbaik tuk diriku
Jangan pernah terpisahkan
Jangan pernah terpisahkan
Sedangkan itu, Tiffany yang sedari tadi fokus menari-narikan jemarinya, menahan senyum yang selalu ingin terbit. Suara lelaki itu sangat sopan masuk telinganya, di dalam suara berat itu terdapat kelembutan yang membuat setiap orang yang mendengarnya selalu ingin mengulang rekaman suara tersebut.
“Kenapa? Hm” Bertanya tatkala sang gadis sedari tadi menundukkan kepalanya. Dan ya, Nyko bukan orang bodoh yang tak tahu kenapa Tiffany seperti itu, gadis dengan rambut keriting gantung itu pasti terngah tersipu malu tapi enggan ia perlihatkan.
Selalu seperti ini.
“Ng-nggak apa-apa” Oh astaga, wajah perempuan itu benar-benar memerah bak kepiting rebus. Tak bisa dipungkiri, Nyko bukanlah lelaki romantisw tapi setidaknya dia adalah lelaki yang membuat Tiffany bisa senyaman ini dekat dengan laki-laki.
Nyko berjongkok di samping kursi Tiffany dan menatap lekat wajah Tiffany yang sudah memerah, ia tersenyum tipis karena bukan pertama kali menyaksikan tingkah laku Tiffany yang seperti ini, “Makasih ya udah mau bertahan sama aku satu tahun ini” Ucapnya lembut.
CUP.
Nyko mengecup pipi sang gadis dengan tempo yang lama dengan mata terpejam, “Jangan ubah perasaan kamu untuk aku ya?” Ucapnya lagi sembari menggenggam kedua tangan Tiffany.
_____
Instagram : fionakesl259
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments