Mall…
Nacta menari kedua tangan sahabatnya menuju jejeran sweater yang ada di mall, “Iih bagus, beli tiga yuk supaya couple” Tunjuknya ke arah sweater berwarna hijau pastel yang kebetulan berjumlah empat buah.
Nacta meraih sweater tersebut, dan mengukur dengan tubuhnya. “Bisa juga, ini juga lagi diskon” Ucapnya saat kedua matanya melihat papan diskon untuk pakaian di sini. Semakin murah maka semakin bagus.
“Nah tambah bagus dong” Tiffany berucap dengan ria lalu mengambil baju dengan warna yang sama tersebut.
Lutfi dan Daniel saling melempar tatap saat mendengar percakapan tiga gadis di hadapannya tersebut, “Berburu
diskon. Bu?” Ujar Daniel sembari melihat-lihat baju di situ. Ia merasa tertarik pada hoodie dengan warna biru pastel yang cukup membuatnya tertarik.
“Udah sih, sana-sana ngapain pada ikut sih?” Usir Tiffany sebelum melangkah agak jauh dari mereka, ia menuju deretan hoodie. Perhatiannya tertuju pada sebuah hoodie dengan warna hitam, ia melihat ukuran tersebut.
“Ya anggap aja kami lagi jaga kalian” Balas Lutfi seadanya.
“Anak kecil kali dijagain” Cibir Natca.
Daniel yang sedari tadi menatap deretan hoodie mengalihkan pandangannya pada Tiffany yang memegang hoodie
dengan warna hitam, “Lo beli hoodie buat siapa, Fan?” Tanyanya, namun tak digubris oleh Tiffany yang malah sibuk dengan apa yang ia pegang.
“Palingan untuk Nyko” Gita menjawab dengan nada datar.
Tiffany terlihat berpikir saat mendengar jawaban dari Gita yang menyebutkan nama Nyko, Oh iya, gue nggak boleh pilih kasih. Masa cuma buat Alga sih? Eh tapi kalau beli pakaian ntar kami malah cepat putus lagi, batinnya.
“Bukan buat Nyko” Tiffany menjawab pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan oleh Daniel kemudian disahut oleh Gita.
“Lah terus?”
“Kepo”
“Selingkuhan Fany kali”
Tiffany melempar tatapan tajamnya kepada Lutfi yang baru saja berkata dengan asal-asalan, “Sembarangan”
Lutfi meggaruk tengkuknya yang tak gatal, tatapan itu bahkan hampir sama mengerikannya dengan tatapan yang Nyko berikan, “Ya sorry”
Tiffany stuck di pilihan hoodie hitam yang akan ia berikan kepada Alga, ia dan kedua sahabatnya kemudian membayar pakaian mereka lalu kembali pada Lutfi dan Daniel yang menemani mereka hari ini. “Habis ini temani gue beli sepatu ya?” Ucap Tifany setelah memeriksa waktu di arloji-nya.
“Oke”
Tatapan Tiffany kini beralih pada Lutfi dan Daniel yang melempar tatapan kepada mereka bertiga, “Kalian
berdua ikut”
“Aman”
Setelah mendapatkan toko sepatu, Tiffany langsung memperhatikan beberapa jenis sepatu milenial. Perhatiannya
jatuh kepada sneakers hitam dengan corak biru yang cukup menarik perhatiannya saat ini, ia melihat ukuran sepatu tersebut sebelum meminta Daniel atau Lutfi mencobanya.
Lutfi menatap lekat punggung gadis yang paling pendek antara Nastca dan Gita tersebut, “Sepatu buat selingkuhan lo lagi?”
Tiffany menghembuskan nafasnya kasar, enatah kenapa tiga sahabat yang menjadi primadona sekolah itu sangat menyebalkan, persetan dengan ketampanan mereka attidute mereka harus diperbaiki lagi, “Lama-lama gue lempar nih ke muka lo” Melirik pada lelaki yang berdiri di samping Gita.
Lutfi memutar bola matanya malas, “Nanya doang” Heran sendiri bagaimana bisa Nyko menyayangi perempuan galak seperti Gita. Ups, mingkin dirinya harus intropeksi diri lebih dulu sebab Gita adalah tergalak, terbawel, dan perempuan itu lebih dari Natca dan Tiffany.
“Antara kalian, kaki mana yang sama ukurannya kayak Nyko?” Tiffany berbalik badan dan menatap pada Daniel
dan Lutfi bergantian.
“Gue” Daniel tunjuk diri.
“Nih coba” Memberikan sepatu itu kepada Daniel untuk dicobanya.
“Kekecilan kalau yang ini” Ucap Daniel setelah kakinya yang mengenakan kaus kaki itu mencoba sneakers yang disodorkan oleh Tiffany.
“Padahal ukuran empat puluh dua” Tiffany bergumam. Tatapannya beralih pada perempuan yang bertugas menjaga toko sepatu tersebut, “Mba, coba yang ukuran empat puluh tiga dong” Pintanya.
“Sebentar ya Kak” Pergi untuk mengambilkan barang baru untuk Tiffany.
Daniel melepas sneakers tersebut dan Tiffany meletakkannya lagi ke tempat asalnya. Tak lama kemudian apa yang diinginkan datang, Tiffany menatap pada Daniel, “Nih coba”
Daniel menganggukkan kepalanya dan mulai mencoba sepatu tersebut, dahinya berkerut, “Yang ini agak longgar, coba yang empat puluh dua setengah” Ucapnya sembari melepas sepatu itu dari kakinya.
“Nggak ada ukuran empat puluh dua setengah, jangan aneh-aneh ya lo” Tiffany mengambil sepatu yang Daniel coba tadi dengan kesal karena ucapan Daniel, “Mba, bungkus yang ini aja” Pinta Tiffany sembari memberikan sepasang sepatu tersebut pada penjaga toko.
Tiffany beranjak untuk mengikutinya sebab akan membayar sepatu tersebut. Namun langkah kakinya terhenti tatkala Daniel mengcegatnya, “Lho itu kan agak longgar" Ucap Daniel
“Nggak apa-apa, biar lama Nyko make dan nggak cepat sempit ke kakinya” Ucap Tiffany santai lalu melanjutkan lagi langkah kakinya yang sempat terhenti.
Lutfi menatap kepergian Tiffany yang mengikuti perempuan penjaga toko tersebut untuk membayar harga
sepatunya, “Dasar jiwa ibu-ibu” Bergumam.
“Lutfi” Gita menegur sang pacar yang suka sekali mencibir seseorang.
Lutfi tersenyum hingga nampak giginya yang berjejer rapi, “Iya maaf, kecoplosan” Ucapnya disertai dengan kekehan kecil.
. . .
Setelah membeli sepatu, lima remaja itu menuju ke salah satu toko sepatu yang khusus menyediakan high heels, usai berbelanja. Mereka kembali menyusuri sudut-sudut mall.
“Eh besok satu tahunnya kematian Angel, kalian ke sana nggak buat ibadah” Ucap Tiffany setelah tadi menerima telepon dari Ferdy yang menanyakan kabarnya.
“Hah? Masa sih?” Nampaknya Gita dan Natca terkejut karena mereka sama sekali melupakan hal yang seperti ini.
Tiffany menganggukkan kepalanya, “Nih” Menunjukkan kalender di ponselnya pada kedua sahabat.
“Gila sampai lo tandai di kalender” Kagum Gita.
“Boleh deh besok kita ke sana” Natca setuju.
Daniel dan Lutfi saling melempar tatap mendengar percakapan tiga gadis di hadapannya yang kedengarannya begitu serius, “Btw Fan, Anita dan Ari kan udah jahat sama lo. Kok lo masih baik sih?” Tanya Daniel mengatakan tanda tanya yang ada di dalam pokirannya.
“Ya mau gimana lagi. Semua manusia kan pasti berbuat kesalahan, gue nggak bisa terlalu benci juga sama mereka” Jawab Tiffany sembari tersenyum tipis. Ia juga heran kenapa dirinya bisa memaafkan orang dengan begitu mudah padahal perbuatan mereka sangat berakibat fatal.
“Uwuu, baik banget sih lo Fan? Bangga gue punya sahabat kayak lo” Gita memeluk Tiffany, terharu mendengar jawaban gadis berambut keriting gantung tersebut.
“Gue juga” Natca ikut memeluk perempuan tersebut. Tak peduli jika mereka menjadi tontonan para pengunjung mall.
Kruuuk…krukk…
Dan ya, Gita merusak suasana haru tersebut dengan bunyi perutnya.,“Makan yuk” Ajaknya dengan senyum
semringah.
“Lo” Natca melepas pelukannya terhadap Tiffany, menahan kesal akibat kelakuan Gita, “Perut lo itu blackhole apa gimana sih? Makan mulu” Sebalnya.
“Gue lapar Ca, gue lapar” Merengek. Mengundang kekehan lucu dari Lutfi, sungguh menggemaskan sekali pacarnya itu.
“Cacingan kali lo” Cibir Tiffany yang disertai tawa kecil.
“Sembarangan”
“Hahaha”
Rumah…
Tiffany memasuki rumahnya dengan barang belanjaan yang ia gantung di kedua tangannya.
“Wah, baru pulang nih Tuan Putri” Alga yang tengah menonton televisi menyindir sang sepupu yang baru sampai rumah saat jam menunjukkan pukul empat sore.
“Hm” Berdehem.
Alga menoleh dan menatap Tiffany yang ada di belakangnya, wajahnya yang kelelahan tak berhenti menampilkan senyum kebahagiaan, “Nggak ada bawa makanan gitu?”
“Nih" Memberikan plastik yang berisikan makanan pada Alga.
Alga dengan segera mengambil alih plastic tersebut, “Uwuu, ternyata gue masih dianggap ada”
“Gue terpaksa aja nganggap lo” Membalas dengan candaan ringan, ia menatap televisi yang tengah menayangkan drama korea. Dasar Alga.
“Btw, makasih ya cantik” Berucap dengan mulut yang tengah mengunyah makanan.
Tiffany mencari-cari paper bag yang berisikan hoodie, “Nih buat lo” Meletakkannya di samping Alga duduk.
“Apa nih?” Menaruh makanan itu di atas meja dan mengambil paper bag tersebut, “Astagalo tambah baik aja Fan?” Terharu, ralat itu terlalu berlebihan untuk seorang Alga. Ia hanya pura-purta terharu atas kebaikan sang sepupu. Tidak salah ia memilih untuk menumpang hidup di rumah Ferdy, kebaikan Tiffany membawanya ke
dlaam kesejahteraan.
“Iya dong, emangnya lo” Narsis gadis itu.
“Makasih cantik”
Tiffany menganggukkan kepalanya, ia melangkahkan kakinya dan menaiki anak tangga hendak menuju kamar. Alga menatap kantung belanjaan yang digantung oleh sang sepupu, “Eeh bentar-bentar”
“Apa?” Menoleh pada Alga.
“Itu apa?” Menunjuk pada paper bag yang ada di tangan kiri Tiffany.
“Sepatu buat Nyko” Menjawab dengan begitu polos, ia tak menutupi hal tersebut.
“Ooh buat pacar, ya udahlah. Makasih ya hoodienya”
“Sama-sama, gue beliin mumpung lagi diskon tiga puluh persen, hahaha” Tertawa lepas sembari melangkah kembali.
Alga melongo mendengar perkataan Tiffany, “Nggak apa-apa deh barang diskon, wajar aja Tiffany kan jiwa ibu-ibu” Ucapnya santai lalu kembali menyantap makanan sembari melanjutkan acara menontonnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments