Kesal

Tiffany memasang seat beltnya sembari melempar senyum pada sang pacar yang pagi ini menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Gadis itu menatap pada sang pacar yang fokus menyetir mobil, “Nyko, hari ini kamu ikut gak ke acara satu tahunnya kematian Angel?” Bertanya dengan ria.

Nyko mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan yang dolontarkan oleh perempuan yang ia cintai itu, “Angel?” Ia merasa familiar dengan nama tersebut. Namun sayang ia tak dapat mengingat bagaimana ciri-ciri dari sang pemilik nama yang dimaksud oleh sang gadis.

“Itu lho yang satu panti asuhan sama Ari dan Anita”

Mendengar jawaban itu, lantas membuat Nyko memasang mimic sedater mungkin hawa dingin terasa di sekitar dirinya. Nampaknya Nyko tak suka jika Tiffany kembali berurusan dengan mereka yang pernah berbuat jahat, “Ngapain kamu ke situ?” Bertanya dengan nada suara datar.

“Ya ikut memperingatilah” Tiffany tahu jika Nyko tak menyukai apa yang ia katakan. Hanya saja ia ingin datang, mengingat Ari yang berpindah kubu sehingga membuat Nyko tak sekarat pada saat itu.

“Oh”

Tiffany tersenyum tipis, mungkin lelaki itu belum bisa memaafkan kesalahan Ari dan Anita. Apalagi Rio yang menjadi dalang semua ini, “Kamu ikut? Aku perginya sekitar jam istirahat pertama nanti” Masih memberanikan diri untuk bertanya atas keikutsertaan Nyko ke acara satu tahun kematian Angel.

“Hm”

Ia memberhentikan mobil sport putih itu tat kala lampu lalu lintas berubah menjadi merah, jemarinya mengetuk setir mobil berulang kali. Tak seperti biasanya, Nyko yang selalu mengajak Tiffany untuk larut dalam obrolan kini lelaki itu lebih memilih untuk diam dengan pikirannya sendiri.

Tiffany menatap sang pacar yang sepertinya tengah kesal pada dirinya, ia mengusap tangannya sendiri. Bagaimana ini? Nyko sama sekali tak melirik ke arahnya, ia memilih untuk terus menatap ke arah depan daripada sekedar melirik pada Tiffany,  “Nyko, kamu kenapa?” Memberanikan diri untuk bertanya.

“Kamu nggak ingat apa yang udah diperbuat saudara kembar itu?” Ketus Nyko. Ia heran sendiri mengapapacarnya suka sekali untuk mendekati jurang masalah. Seperti memancing emosi orang di sekitarnya saja. Keras kepala perempuan itu kadang membuat Nyko geram sendiri, ingin rasanya ia mengekang sang gadis.

“Nyko, itu udah berlalu lagipula aku nggak apa-apa kok”

“Nggak mikir aku?”

Mendengar nada suara yang terdengar marah itu membuat Tiffany mengaruk tengkuknya yang tak gatal. Mengingat yang banyak menerima luka adalah Nyko. “Y-ya” Bibir bawah itu ia gigit, Nyko benar-benar marah pada dirinya.

Nyko melirik pada sang gadis yang kini meremas-remas rok pendek abu-abunya, “Udahlah, capek aku nasihati kamu supaya nggak dekat-dekat sama permasalahan” Ucapnya lagi sembari menjalankan kendaraan itu saat lampu kembali menghijau.

Helaan nafas Nyko hembuskan begitu saja saat suasana di dalam mobil itu hening. Tak ada yang memulai

pembicaraan, Tiffany memilih untuk menatap ke luar jendela mobil, memandang bangunan yang menjulang tinggi.

Nyko menggenggam tangan Tiffany dan mengusapnya pelan, membuat gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Nyko yang masih menatap ke depan dengan raut wajah datar. Tak ada senyuman di bibir lelaki itu, membuat Tiffany memilih untuk diam tak ingin kembali mengaduk mood Nyko.

Sesampainya di parkiran sekolah, Tiffany langsung melepas seat belt nya, bergegas ingin masuk kelas dan ia tak ingin terlambat mengikuti upacara bendera. Namun sebelum Tiffany keluar dari mobil, Nyko menarik perempuan itu lebih dulu,  “Istirahat nanti aku jemput kamu”

Senyum Tiffany mengembang mendengar perkataan pria itu, ia menganggukkan kepalanya dengan antusias, “Makasih Nyko” Ucapnya ria.

 . . .

Sesuai dengan janji Nyko, ia menjemput Tiffany untuk pergi ke panti asuhan kasih untuk menghadiri peringatan satu tahun kematian Angel. Sebelum pergi ke panti asuhan, Tiffany meminta Nyko untuk kembali ke rumahnya guna mengambil kardus yang berisikan baju-baju Tiffany yang akan ia sumbangkan.

Ibadah saat itu digelar dengan khusyuk, semuanya berdoa demi Angel yang sudah berada di surge bersama

sang pencipta. Usai ibadah itu selesai, Tiffany dengan yang lain menghampiri Anita yang tengah bermain dengan anak-anak yang lain. “Anita” Panggil Daniel.

Anita tersenyum tipis pada mereka, “Makasih udah datang” Sungguh dirinya terharu saat melihat anak-anak dari SMA Mentari datang untuk menghadiri acara ibadah di tempatnya tumbuh. Namun rasa haru itu disisipi rasa takut juga karena mereka adalah orang yang berteman baik dengan Tiffany. Perempuan yang pernah ia jahati.

“Iya”

Tatapan Anita kini terarah pada Nyko yang menatapnya dingin namun penuh dengan aura kematian, seolah ia menagih sesuatu pada perempuan itu. Anita meneguk salivanya kasar saat mendapatkan tatapan itu, ia menghembuskan nafasnya pelan, “Fa-Fany” Ucapnya dengan gugup di hati.

“Ya?”

“G-gue mau jelasin soal—“

“Baru mau jelasin sekarang? Berbulan-bulan yang lalu lo kemana?” Potong Natca langsung, tak ada senyum ramah di waah perempuan yang berdiri di samping Tiffany itu saat Anita menyinggung kejadian yang mengakibatkan masalah besar.

Ari yang melihat hal itu lantas menghampiri sang kembaran, ia memberi tatapan pengertian pada Anita

jika semuanya akan baik-baik saja, “G-gue—“

“Kami nggak punya banyak waktu, jadi langsung aja” Ketus Natca lagi.

“Jelasin Anita” Ucap Nyko datar namun terdengar mengerikan di telinga perempuan yang bernotabene sebagai kembaran Ari.

Sebelum Anita membuka mulut, Ari lebih dulu mengajak mereka untuk duduk lesehan di atas karpet.

Mengusahakan agar suasana tidak terlalu tegang hingga membuat Anita lebih lancar menjelaskannya tanpa harus diperbudak di bawah tekanan.

“Jadi….”

Flashback on…

Anita menghampiri sang Ibu pengurus panti asuhan yang baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengantarkan Angel cuci darah demi kesehatannya.“Angel bagaimana Bu?”Bertanya kabar gadis kecil yang mengidap

penyakit gagal ginjal.

Ibu itu terduduk lemas di atas kursi yang berada di dapur, terlihat dari sorot matanya yang memancarkan kesedihan yang mendalam, “Dia tambah parah, dokter menyarankan untuk melakukan operasi untuk dia” Ucapnya

sendu.

“Kita dapat uang darimana untuk biaya operasi?”

“Ibu juga bingung, Nak”

Ari dan Anita saling melempar tatapan. Mereka juga bingung dengan hal ini, untuk makan sehari-hari saja mereka kerap kesusahan. Jika bukan karena bantuan dari pemerintah,mungkin mereka tak bisa bertahan sejauh ini.

Tapi sayang, setiap digit yang dikirimkan, itu selalu kurang sebab mereka harus membayar pengobatan Angel yang menghabiskan banyak rupiah, belum lagi jika ada anak-anak lain yang sakit, mengharuskan mereka untuk menyediakan berbagai macam obat.

Demi membantu keuangan panti asuhan, beberapa dari mereka memilih untuk mencari pekerjaan di luar sana. Mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk terus bertahan hidup satu sama lain.

“Nanti kita pikirkan jalan keluarnya ya Bu, sekarang makan malam dulu” Ari berkata guna menenangkan sang Ibu yang kelihatannya overthingking akan masalah operasi Angel yang pasti memakan banyak biaya.

Ibu menganggukan kepalanya, ia kemudian membantu para anak-anak panti yang sudah mulai remaja dan kini tengah menyiapkan makan malam.

Ari menghampiri gadis kecil dengan tubuh kurus dan wajah pucatnya. Ia mengelus lembut rambut Angel, “Angel, makan dulu ya sayang?”Ucapnya penuh kasih sayang.

“Kak, perut Angel sakit” Keluhan itu lantas menggetarkan emosi Ari, ia menyayangi anak-anak di panti asuhan ini. Begitu pula dengan Angel yang memang harus di beri perhatian lebih sebab kondisinya yang begitu lemah.

“Angel sayang, kamu makan dulu habis itu minum obat ya? Nanti pasti sakitnya hilang” Ari tetap berusaha memberi pengertian pada gedis kecil itu agar tetap makan untuk kesehatan tubuhnya.

“Iya Kak”

“Anak baik” Ari menggendong tubuh kecil Angel dan menyuapinya makan malam yang telah disajikan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!