Keesokan harinya, Anita tersenyum dengan begitu lebar tatkala ia dan Ari sudah memutuskan untuk mengingkari janji mereka pada Rio dan memilih untuk mencari uang untuk mengganti rupiah yang telah mereka pakai.
Namun sayang, senyum itu pudar tatkala Anita menatap pada Ibu yang kini menangis sembari memeluk tubuh Angel yang terkulai lemas diatas tempat tidur. “Angel!” Anita mengusap lembut pipi anak kecil itu dengan tangannya yang gemetar.
“Bu, Angel kenapa?”
Pertanyaan itu dijawab dengan isak tangis wanita paruh baya itu, Anita menyimpulkan jika ini bukan situasi yang normal. “Ari antar Ibu dan Angel ke rumah sakit ya?”Ari sepertinya lebih dulu mengetahui hal ini daripada Anita, lihat saja penampilan lelaki itu. kemeja cokelat ia padukan dengan jeans senada.
“Iya”
Anita mengampiri Ari yang mengambil helm, “Ari, gue duluan ke tempat Rio” Ucapnya dengan nada setengah berbisik.
“Apa?!”
“Angel pasti butuh biaya besar, dia pasti harus di operasi”
Ari kelihatannya marah dengan keputusan yang Anita ambil secara mendadak, “Anita, kita udah sepakat untuk nggak bahas ini. Gue bakal cari cara untuk ganti uang Rio” Ucapnya guna menghentikan kebodohan Anita yang suka berbuat tanpa memikirkan resiko ke depannya.
“Dan gimana sama uang operasi Angel? Lo mau biarin dia menderita?”
“Anita!” Bentak Ari geram.
“Gue ke sana duluan” Anita berlalu begitu saja, tak memperdulikan dengan kemarahan sang kembaran pada dirinya.
. . .
Ari menatap dingin pada Rio dan Anita yang tengah berbincang, ia terpaksa mengikuti kemauan sang adik karena ia tahu jika Rio adalah orang yang berbahaya, “Lakukan dengan baik” Ucap Rio sseraya memberikan kunci mobilnya kepada Anita lalu sebuah plastic juga, “Obat biusnya”
Saat tatapan Rio dan Ari bertemu, lelaki yang menjadi kakak kembar Anita lantas memalingkan kepalanya lebih dulu. Ia benar-benar muak melihat wajah malaikat maut yang menjelma menjadi manusia itu.
Mobil…
“Gimana sama Angel?” Tanya Anita dengan nada penuh kepedulian dan kecemasannya kepada Angel.
“Tadi lagi diperiksa” Nada suaranya lelaki itu terdengar datar, sungguh untuk saat ini ia muak dengan Rio dan juga Anita. “Kita sudah sepakat Anita” Sambung lelaki itu lagi.
“Gue nggak mau kehilangan Angel” Menyahuti sembari menatap ke luar jendela mobil.
Terdengar decakan dari mulut Ari, tangannya mencengkram kuat setir mobil itu, “Lo plin-plan, gue nggak suka dengan kepribadian lo” Terang Ari tapi tak disahut oleh orang yang ia ajak berbicara.
Flashback off….
Ari menjeda ceritanya ia mengingat betul bagaimana kejinya mereka berdua pada perempuan baik-baik seperti seorang Tiffany. Menutup saluran pernafasannya dengan obat bius dan membawanya pada iblis seperti Rio adalah dosa terbesarnya.
Lama menunggu kelanjutan cerita dari Ari, Anita lantas melanjutkan ceritanya saat Nyko dan yang lain sudah datang. Lalu ia ditahan oleh Gita dan Natca yang pada saat itu juga teleponnya berdering.
Flashback on….
“Halo, Ibu?”
“Apa?!”
Rio, lo brengsek. Umpat Anita saat mendengar jika Angel harus segera dipoerasi dan itu memerlukan biaya yang besar agar operasi segera dilakukan
Tatapan Anita beralih pada Natca dan Gita yang masih melempar tatapan tajam pada dirinya,“Please antar gue ke rumah sakit dulu” Pintanya dengan sangat memelas.
“Lo mau kabur? Nggak akan gue biarin”Ucap Gita dengan sorot mata penuh amarah pada gadis yang pernah ia peringati tentang menyentuh sahabat-sahabatnya.
“Please gue mohon kali ini aja, Angel dia…”
Gita dan Natca saling melempar tatapan satu sama lain,“Oke, masuk ke mobil”
Mereka sudah menghubungi polisi jadi tak perlu terlalu dikhawatirtkan lagi keadaan di tempat ini. Natca mengendarai mobil itu dengan kecepatan penuh, syukurnya jalanan tak terlalu padat sehingga ia leluasa menguasai jalan raya. Mereka menuju rumah sakit yang Anita maksudkan
Tiga orang gadis itu langsung berlari menuju ruang operasi dan berakhir dengan bertemu dengan Ibu yang tengah terisak. Kepala wanita paruh baya itu terangkat tatkala seseorang menggenggam tangannya, “Anita, Angel…” Lirihnya.
“Dokter”
“Kalian harus menyelesaikan administrasi terlebih dulu” Ucap dokter itu dengan tatapan iba kepada para perempuan di hadapannya.
“Berapa semuanya?”
Semua tatapan teralihkan pada gadis yang memasang wajah datar itu,“Gita?!”
"Biar gue yang bayar" Ucapnya dengan nada serius.
Seorang suster yang berdiri di belakang dokter itu menatap pada Gita,“Silakan ikut saya” Ucapnya lalu melangkah mendahului Gita.
“Lakukan operasinya sesegera mungkin” Ucap Gita sebelum kakinya mengikuti langkah kaki sang perawat yang akan membantunya untuk mengurus administrasi operasi Angel. Bagaimana pun ia memiliki hati untuk menolong orang lain. Angel bukan orang yang bersalah pada kasus ini.
Dokter itu kini menatap pada perawat yang lain,“Operasi akan dilakukan” Ucapnya dengan nada serius, lalu masuk ke dalam ruang operasi tersebut.
Beberapa jam kemudian, lampu operasi itu mati menandakan kegiatan bedah telah berakhir. Semuanya menatap dengan harap-harap cemas akan apa yang sakan disampaikan. Berharap semuanya baik-baik saja.
Seorang dokter dengan pakaian operasinya keluar dan menemui para penunggu pasien yang ia operasikan, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, hanya saja ini sudah kehendak Tuhan---"
"Nggak, dokter pasti salah. Ini nggak mungkin, pasti semuanya salah. Dia baik-baik aja" Air mata gadis itu semakin mengalir deras, ia memotong perkataan sang dokter. Ia membantah kenyataan dimana orang yang paling ia sayang harus pergi menghembuskan nafas terakhir.
Flashback off….
Tatapan Gita kini beralih pada Lutfi yang duduk di sampingnya. Ingatannya berputar mengingat bagaimana tegangnya mereka bertiga menunggu operasi Angel dan berakhir dengan menemukan kabar yang sangat menyayat hati.
Ia juga mengingat betul bagaimana ekspresi lelaki itu saat seorang dokter yang bertugas melakukan operasi pada Nyko tiba-tiba mengatakan jika keadaan Nyko sangatlah parah. Kepalanya mengalami keretakan hingga menyebabkan lelaki itu kehilangan banyak darah.
Flashback on…
Gita yang kelelahan berada di situasi menegangkan di depan ruang operasi Angel memilih untuk pergi
menenangkan diri.
“Gue permisi sebentar”
Natca menatap pada Gita yang sama shocknya seperti mereka, “Iya” Gadis itu tengah menenangkan Anita yang terus saja menangis.
Helaan nafas panjang terdengar dari Gita, lama kakinya melangkah tak tentu arah hingga dirinya menyangka akan
menemukan Lutfi dengan kemarahan yang merajalela atas apa yang terjadi pada Nyko. Sahabat lelaki itu.
"Gue nggak peduli dengan biaya dia, asal lo buat dia baik-baik aja!" Lutfi membentak dokter yang bertugas mengoperasi sahabatnya tersebut. Matanya memerah dan emosinya belum terkendali.
Gita menatap pada Lutfi yang memarahi seorang dokter yang baru saja berlalu dari hadapannya, ia segera menghampiri lelaki itu dan memegang bahunya, membuat Lutfi menatap sinis pemilik tangan tersebut.
"Lutfi"
Lutfi menepis tangan perempuan yang selama ini ia puja. Tapi seorang perempuan bukan apa-apa ketimbang Nyko, sahabatnya sejak duduk di bangku SMP.
"Fi"
"Jauhi tangan lo dari gue sialan!" Bentak Lutfi pada Gita yang sama sekali tak mengerti situasi yang tengah ia hadapi pada saat ini.
Gita terkesiap akan bentakan dari laki-laki itu, ia meneguk salivanya kasar. Baru kali ini laki-laki itu membentak dirinya, "Lutfi gue mohon tenang, lo juga butuh perawatan Lutfi" Gita mencoba memberi pengertian pada Lutfi yang belum diobati sama sekali. Padahal luka pada laki-laki itu cukup parah.
Lutfi menatap tajam pada Gita yang hanya membuat moodnya hancur, "Gue nggak sakit Gita, jadi lebih baik lo pergi dari hadapan gue sekarang juga!" Ia sungguh merasa terganggu akan perhatian Gita saat ini. Ia frustasi dengan keadaan sahabatnya malah ia datang membuyarkan semuanya.
"Lutfi gue mohon" Gita merengkuh laki-laki yang tampak begitu rapuh itu ke dalam pelukannya. Saat ini yang Lutfi butuhkan adalah bahu untuk bersandar.
"Pergi Gita!" Mulut mengucapkan pengusiran namun tubuh berkata lain, ia membalas pelukan tersebut dengan sangat erat, meletakan kepalanya di bahu gadis itu.
"Nggak sebelum lo ngobatin luka lo itu" Ucap Gita mengutarakan kekhawatirannya.
"Menjauh dari gue" Pelukan itu semakin Lutfi eratkan secara tak langsung meminta agar Gita tak meninggalkan dirinya yang tengah rapuh ini, "...karena gue sama sekali nggak butuh omong kosong" Nada suaranya melemah dan kini berganti dengan tangisan yang begitu menyayat hati.
"Lutfi, lo harus bisa ikhlas. Gue mohon" Gita mengelus lembut punggung laki-laki tersebut.
"Gue nggak bisa Gita, gue nggak bisa" Menggelengkan kepalanya di bahu gadis kecil itu. Sungguh ia tak rela jika Tuhan mengambil sahabatnya dengan begitu cepat. Sampai kapan pun ia tak rela.
Gita melihat titik lemah Lutfi saat Nyko di bawa ke rumah sakit dengan keadaan yang mengenaskan. Lelaki itu
menangis sejadi-jadinya di pelukan Gita. Tak ada godaan yang keluar dari mulut lelaki itu hanya raung tangis yang terdengar jelas.
Bahkan Lutfi tak peduli dengan luka yang ia dapatkan, ia memilih untuk menunggu hingga operasi sang sahabat
selesai. Dan puji Tuhan, operasinya berjalan dengan lancar. Nyko berhasil diselamatkan.
Flashback off…
Gita meraih tangan Lutfi dan menggenggamnya, mengundang tatapan dari sang pacar dan beberapa detik kemudian Lutfi tersenyum manis pada dirinya. Lelaki itu adalah orang yang paling ceria di antara Daniel dan Nyko, namun siapa sangka di balik keceriaan itu terdapat rasa peduli yang sangat tinggi terhadap satu sama lain. Dan juga emosi yang meledak dengan power yang kuat tatkala melihat orang-orang di dekatnya tersakiti.
“Kenapa? Hm” Bertanya dengan setengah berbisik pada sang gadis yang terus memperhatikannya sedari tadi dengan sorot mata dalam.
“Lutfi jelek” Terkekeh kecil dengan apa yang ia lontarkan pada sang pacar.
Lutfi membulatkan matanya sempurna, bagian mana dirinya tak tampan? Ia adalah salah satu primadona sekolah, tapi memang tak sepopuler Nyko yang dipuja-puja banyak gadis, “Enak aja, ganteng gini dibilang jelek” Membalas dengan nada suara pelan agar yang lain tak merasa terganggu dengan obrolan mereka berdua.
“Jelek”
“Gita cantik” Memuji sang pacar, berharap gadis itu membalasnya dengan kalimat pujian terhadap dirinya.
“Emang”
“Ish, narsis banget sih pacar aku” Lutfi mengacak-acak rambut sang pacar dengan sangat gemas. Gita begitu lucu di matanya.
“Hahaha”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments