Sudah hari Senin, itu artinya gue harus kembali bekerja. Sebelum berangkat tadi, gue sempat meminta Kak Wira buat menjemput gue. Awalnya gue ragu dia bakalan mau, akan tetapi ternyata enggak. Ia justru dengan senang hati menjemput gue.
"Ada yang mau aku omongin Kak." Gue mencoba membuka percakapan.
Kak Wira yang masih tetap mengemudi pun merespons ucapan gue, "Mau ngomongin apa?"
"Ini." Gue memberika gantungan kunci yang sebelumnya ia berikan. Bisa gue lihat Kak Wira menjadi terkejut. Ia segera menepikan mobilnya.
"Maksudnya apa?" Tanya Kak Wira dengan raut wajah khawatir.
"Aku gak bisa Kak." Jawab gue. Gue yakin Kak Wira memahami arah pembicaraan kami.
"Anita.." Ucapnya sambil memelas.
"Aku denger semua yang dikatain Mama Kakak." Ucap gue. Pupil mata Kak Wira membesar, lagi-lagi ia terkejut.
"Nita aku bisa jelasin semuanya."
"Gak ada yang perlu dijelasin Kak. Aku emang gak pantas buat Kakak." Ujar gue sambil menunduk. Sebisa mungkin gue mencoba menahan air mata gue.
"Kalo kita berjuang, Mama aku pasti bisa terima." Kak Wira menggenggam kedua tangan gue. Ia juga mengecup kedua tangan gue.
"Aku gak bisa Kak." Balas gue sambil menarik tangan gue.
"Nita.. please..." Kak Wira memohon.
"Aku gak sebanding sama Kakak. Aku cuman babysitter doang." Ada perasaan miris saat gue berkata demikian. Malang sekali nasib gue.
"Terima ini Kak. Pernyataan cinta dari Kakak, gak bisa aku terima." Ucap gue sambil membuka genggaman tangan Kak Wira dan memberikan gantungan kunci berbentuk bunga peony itu.
"Pada akhirnya, aku udah bisa memilih Kak." Ungkap gue.
"Nita... aku cinta sama kamu." Kak Wira masih mencoba buat meyakinkan gue.
"Kakak bukan pilihan aku." Lanjut gue.
"Nita..." Ada getaran saat Kak Wira bersuara. "Aku gak pernah berani buat ngelawan Mama aku. Sejak kecil aku selalu nurut apa kata Mama aku. Aku minta maaf Nita. Tapi.. bisa kah kita berdua berjuang bersama buat meyakinkan Mama aku?"
Gue menggeleng. Tangisan yang sejak tadi gue tahan, luruh sudah. Begitu pun Kak Wira. Dia nangis. Kami sama-sama nangis. Hanyut dalam kesedihan kami.
"Aku tetap gak bisa Kak." Ucap gue. Tekad gue udah bulat. Bukan Kak Wira pilihan gue.
Kak Wira secara tiba-tiba memeluk gue. Gue bisa merasakan basah pada bahu gue. Itu air mata Kak Wira. "Kakak udah berjuang buat aku. Makasih Kak." Ucap gue sembari membalas pelukannya.
"Maafin aku Nita."
"Kakak gak salah. Mama Kakak juga gak salah."
"Nita..."
"Satu-satunya yang salah itu aku Kak. Aku yang salah."
"Enggak kamu gak salah." Bantah Kak Wira cepat.
Aku salah karena ternyata rasa aku buat Kakak lebih daripada rasa aku buat Kak Ares. Semakin besar rasa cinta seseorang, maka akan semakin besar pula rasa sakit yang akan dia dapatkan. Batin gue.
Gue melepaskan pelukan Kak Wira. Sebisa mungkin gue mencoba buat tersenyum.
Gue dan Kak Wira berakhir bahkan sebelum kami sempat memulai semuanya.
...***...
Seumur hidup gue gak pernah merasakan galau hanya karena cinta. Ini pertama kalinya.
"Bundaaa!!!" Teriakan Arka mengagetkan gue. Gue sedang menjemputnya disekolah. Arka belari kearah gue.
"Kangenn..." Ungkapnya dengan gaya khas anak kecil. Setidaknya dengan adanya Arka, beban masalah, dan kegalauan gue bisa hilang sejenak.
"Bunda juga kangen." Balas gue.
"Bunda nangis yah?" Tanya Arka. Ah, mungkin karena mata gue bengkak.
"Enggak kok." Elak gue.
"Kangen Papa?" Tanya Arka polos. Astaga! Anak kecil emang polos banget. Saat ini gue gak kepikiran sama sekali tentang Kak Ares.
"Enggak tuh." Jawab gue.
Wajah Arka seketika berubah menjadi murung. "Semalam Papa telepon, kangen Bunda katanya."
What the? Gue gak tahu harus bereaksi seperti apa. Gue lebih memilih untuk mengabaikan celotehan Arka.
"Kata Papa, kalo Alka mau Bunda jadi bundanya Alka, Alka halus jadi anak baik. Alka janji gak nakal lagi loh Bunda." Arka masih terus berceloteh.
"Kemarin Mama telepon." Kalimat Arka barusan menarik perhatian gue, mengingat kemarin pun kami sempat bertemu.
"Katanya, Bunda itu jahat. Tapi Alka enggak pelcaya. Bunda kan baik sama Alka. Mama itu yang jahat." Nah ini baru benar. Gue gak pernah jahat yah sama Arka.
"Terus Mama bilang apa lagi?" Gue jadi kepo.
"Kata Mama, Alka gak boleh deket Bunda lagi." Sarah emang jahat! Kemarin dia nuduh-nuduh gue seenaknya, eh sekarang malah ngehasut anaknya sendiri.
"Tapi setelah itu, Oma langsung ambil teleponnya." Lanjut Arka.
"Setelah itu apa lagi?" Gue masih kepo.
"Kata Oma..." Arka menggantungkan ucapannya, dan gue menantikannya.
"Kata Oma apa?"
"Aduh.. Alka lupa, hehehe." Gue mau marah tapi gak bisa, Arka terlalu imut saat ini. Aduh, padabal kan gue kan udah kepo maksimal.
...***...
"Bunda.. Alka mau blokoli." Pinta Arka. Saat kami memang sedang makan malam, maksud gue, gue, Arka, Mami dan Papi. Kak Ares belum balik sampai sekarang.
"Nita? Mami perhatikan dari tadi... sepertinya kamu lagi ada masalah yah?" Tanya Mami khawatir. Melihat cara Mami memperlakukan, gue tanpa sadar membandingkannya dengan Mamanya Kak Wira. Awalnya memang ramah, tapi ujung-ujung malah bikin sakit hati. Huh.
"Nita?" Panggil Mami lagi.
"Ya Mi?" Sahut gue.
"Kalo ada masalah cerita sama Mami. Pasti Mami bantu kok." Gue mau nangis rasanya. Maminya Kak Ares baik banget sama gue.
"Iya Mi." Jawab gue. Mami kemudian tersenyum.
...***...
Selesai makan malam, gue pun segera menidurkan Arka. Disaat anak itu udah tidur, gue malah belum bisa tidur. Gue sedang memikirkan sesuatu. Gue bertanya pada diri gue sendiri. Apakah pilihan gue ini sudah tepat atau belum.
Sembari memikirkan kembali mengenai keputusan yang akan gue ambil, gue berjalan keluar. Udara malam ini sangat dingin. Gue sampai memeluk tubuh gue sendiri, tetapi gue enggan untuk masuk.
"Diluar dingin, masuk yuk." Gue menoleh kearah sumber suara tersebut.
"Kakak.." Kaget gue, pasalnya Kak Ares tepat berada di belakang gue.
"Jinwoo udah bilang belum kalo Papanya kangen?"
Dengan agak canggung, gue menganggukan kepala. "Wahh.. anak aku pinter yah." Puji Kak Ares sambil tersenyum bangga.
"Kenapa gak bisa tidur, hm?" Tanya Kak Ares lembut.
"Ada masalah?" Tanya Kak Ares lagi.
Semua pertanyaan kak Ares gak gue jawab. Gue cuman diam.
"Nita..." Kak Ares memanggil gue pelan.
"Kalo ada masalah, cerita sama aku yah." Ujarnya.
"Enggak kok Kak." Bohong gue. "Kakak kapan balik?" Tanya gue. Gue mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Barusan sih. Pas kamu lagi tidurin Arka." Jawaban Kak Ares hanya gue respons dengan anggukan.
"Anita..." Kak Ares memanggil nama gue pelan.
"Ada yang mau kamu omongin ke aku?" Tebaknya.
Gue rasa ini saat yang tepat. Gue harus mengutarakan apa yang gue rasakan. Sudah berulang kali gue memikirkannya.
"Kak.. aku..."
"Kamu kenapa?"
"Aku..." Cukup lama gue menggantungkan ucapan gue.
"Aku gak bisa milih Kakak." Pada akhirnya gue mengatakan hal tersebut.
Kak Ares menunduk. Tak lama kemudian, ia mengangkat kepalanya. Ia tersenyum.
"Karena Wira yah?" Tebaknya.
Gue menggeleng. "Aku gak milih siapapun diantara Kakak dan Kak Wira."
Ya.. gue udah memantapkan pilihan gue. Kata-kata Sarah membuat gue jadi sadar. Gak sepantasnya gue berada disamping mereka. Baik Kak Ares maupun Kak Wira, mereka terlalu tinggi buat gue gapai. Pada akhirnya gue memilih untuk berhenti. Gue gak bisa. Dan inilah pilihan gue. Gue gak milih siapapun diantara mereka. Kemudian gue berlalu meninggalkan Kak Ares.
"Sarah kah?" Sebelum gue masuk, Kak Ares bertanya. Gue terdiam, mematung ditempat.
Bisa gue rasakan Kak Ares berjalan mendekati gue. "Kemarin dia telepon aku, dia bilang, dia ketemu kamu." Ucap Kak Ares yang berdiri tepat dibelakang gue.
"Aku gak tau apa yang udah Sarah bilang ke kamu. Tapi, jika itu buruk tentang aku maupun kamu, aku harap kamu gak terpengaruh dengannya." Kini Kak Ares melangkah didepan gue, memutar tubuhnya menghadap gue.
Dia menatap kedua mata gue. "Jika terbesit di pikiran kamu bahwa aku membutuhkan kamu hanya sekadar karena Arka, kamu salah. Aku mau sama kamu, karena kamu adalah kamu. Cuman kamu yang bisa buat aku jatuh hati dalam waktu sesingkat ini."
"Kak.."
"Mungkin kesungguhan aku gak bisa kamu lihat." Kata Kak Ares. "Aku gak bisa maksa kamu." Setelah mengatakan itu, Kak Ares pergi meninggalkan gue.
Hati gue semakin sakit. Entah kenapa rasanya ini lebih sakit dibandingkan ditolak sama Mamanya Kak Wira.
...-***-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Fitria Sri widowati
semangat NIRES!! (nita dan ARES) 💪💪
2022-10-24
0
Meili Mekel
🥺🥺🥺🥺
2022-10-11
0