Hari ini adalah hari Sabtu, itu artinya gue bisa pulang hari ini, meskipun ada drama tangisan Arka tadi, tapi semuanya teratasi dengan baik berkat bantuan Mami dan Papi.
Saat ini gue bersama dengan Kak Wira. Dia emang sengaja menjemput gue. "Jalan-jalan dulu yah? Bisa gak?" Tanya Kak Wira, yang gue balas dengan anggukan. "Manis banget sih kamu." Puji Kak Wira sambil mengusap puncak kepala gue dengan sebelah tangannya, sedangkan tangannya yang lain masih memegang kemudi mobil.
And than he smile. His smile is simple, but it making my heart melting. I like his smile.
"Jangan liat bibir aku terus Nit, entar aku kelepasan loh." Sial! Lagi-lagi gue ketahuan lagi natap bibirnya dia. Pertama waktu kita jalan bareng, yang kedua ya saat ini.
"Aku gak liat bibir Kakak kok." Ucap gue mencoba mengelak.
"Gak liat? Yaudah deh kamu emang gak liat. Awas loh hati-hati kebayang bibir aku terus." What the? Aaa.. Kak Wira sukse bikin gue malu terus.
Hari ini akhirnya gue dan Kak Wira bisa jalan berdua, tanpa ada gangguan dari siapapun. Rasanya berdebar, berbeda dari sebelumnya. "Tangannya boleh aku pegang?" Buset! Mau pengang tangan ajah harus ijin dulu. Gue hanya menganggukkan kepala. Gue berusaha mengatur irama jantung gue.
Tangan gue digenggam sama Kak Wira. Sebelah tangannya menggenggam tangan gue, dan sebelahnya lagi masih memegang kemudi mobil. Suasanya bertambah romantis saat radio yang yang dinyalakan Kak Wooseok memutar lagu romantis.
Saat bahagiaku, duduk berdua denganmu
Hanyalah bersamamu.
Gue melirik Kak Wira. Dia hanya tersenyum.
Mungkin aku terlanjut, tak sanggup jauh dari dirimu
Kuingin engkau slalu..
Tuk jadi milikku
Kuingin engkau mampu
Kuingin engkau selalu bisa
Temani diriku sampai akhir hayatku
Meskipun itu hanya terucap
Dari mulutmu, uuu
Dari dirimu yang terlanjut mampu
Bahagiakan aku hingga ujung waktuku
Selalu.
Tepat setelah bait pertama lagu tersebut selesai, Kak Wira menepikan mobilnya. Gue pikir ini dijalanan, ternyata enggak. Terlalu asyik menikmati lagu ini sampai gue gak tahu kalau kita udah berhenti tepat didepan sebuah rumah yang mewah. Jauh lebih mewah dari rumahnya Kak Ares.
Belum habis kekagetan gue, tangan gue yang masih digenggam Kak Wira, dibawanya dan dikecupnya. Mampus! Gue makin kaget dong.
"I want you to be mine." Ucapnya sambil menatap manik mata gue. Pandangan gue seakan terkunci oleh tatapan Kak Wira. "Tapi aku gak mau maksa kamu Nita. Pilih aku karena hati kamu, jangan pilih aku karena kamu terpaksa." Adakah laki-laki sepengertian Kak Wira didunia ini? Gue merasa sangat beruntung.
Kak Wira mengajak gue turun. Kami memasuki rumah itu. Sepertinya ini rumah Kak Wira. "Astagaa.. anak Mama bawa mantu yah?" Histeris seorang wanita paruh baya yang gue yakini itu adalah Mamanya Kak Wira.
"Ini nih pesanan Mama, udah aku bawain." Gue dikenalin sebagai calon mantu dong, waduh.
"Namanya siapa sayang?" Tanya Mamanya Kak Wira sambil bersalaman dengan gue, oh God! Mamanya ramah banget. "Anita Tante." Jawab gue.
"Duduk dulu yuk." Ucap Tante. Gue pun mendudukan diri gue.
"Seneng banget deh Tante akhirnya Wira bawain calon mantu. Hehehe." Tuh kan gue dibilang -mantu- lagi.
"Cantik gak Ma?" Tanya Kak Wira yang sukses membuat gue tersenyum malu.
"Ya cantik banget lah. Mama suka deh." Tante jadi heboh sendiri. Gue hanya senyum-senyum doang. Aslinya gue lagi grogi, baru kali ini gue dateng ke rumah cowo terus dikenalin sebagai calon mantu. Padahal gue kan belum menentukan pilihan gue.
"Orang tuanya kamu kabarnya gimana?"
"Ehm.. orang tua saya sudah meninggal, Tan." Jawab gue. Agak sedih sebenarnya kalo udah ngomongin soal orang tua. Akan tetapi, Tante justru mendekap gue dan membawa gue ke pelukannya. "Maafin Tante yah, Tante gak tau"
"Iya Tante, gak papa kok." Jawab gue.
"Kalo gak keberatan, panggil Mama ajah yah." Aduh.. belum apa-apa udah diminta panggil Mama ajah nih. Gue hanya tersenyum canggung. "Kan bentar lagi mau jadi istrinya Wira." Gue speechless! Sumpah! Gak pernah terbesit sedikit pun dibenak gue buat nikah sama Kak Wira.
"Kami belum kepikiran sampai situ, Ma." Sanggah Kak Wira cepat. Memang benar apa yang dikatakan Kak Wira. Bahkan lebih dari itu, kami gak tahu arah hubungan ini kemana. Masih ada Kak Ares. Lagipula gue sendiri belum memutuskan akan memilih siapa.
"Lawan aku masih ada loh." Tuh kan, Kak Wira sendiri yang bilang.
"Siapa?"
"Antares Bagaskara."
"Loh? Beneran? Selama ini kalian gak pernah suka loh sama satu cewe yang sama. Kenapa sekarang malah sama-sama naksir Anita?" Bukan cuman Mami yang bilang begitu, Mamanya Kak Wira pun berujar hal yang sama.
"Wah.. saingannya berat juga yah." Tante masih shock.
"Saya gak bermaksud buat diperbutkan mereka kok, Tante. Malahan saya sendiri juga bingung, kok bisa-bisanya mereka naksir sama saya." Ungkap gue dengan jujur.
"Berarti kamu wanita yang luar biasa dong."
"Babysitter kayak saya mah luar biasa apanya, Tante?"
"Kamu babysitter?" Tanya Mamanya Kak Wira. Wajahnya terlihat shock sekali. Seketika perasaan gue menjadi gak enak. Tante yang awalnya mendekap gue, perlahan melepaskan dekapannya. Apakah ada yang salah jika gue hanya seorang babysitter?
"Iya Tante, saya cuman babysitter doang." Jawab gue. Wajah Mamanya Kak Wira langsung berubah. Gak ada senyum ramah yang sebelumnya beliau perlihatkan. Gue rasa, Kak Wira juga merasakan hal itu.
"Mama mau ngomong penting sama kamu. Ikut Mama." Perintah Mamanya Kak Wira. Gue bukan orang bodoh yang gak tau maksud dari semua ini. Gue yakin 100 persen, ah tidak, gue yakin 1.000 persen, Mamanya Kak Wira gak suka sama gue. Orang kaya mana yang mau membiarkan anak semata wayang mereka menjalin hubungan dengan seorang babysitter yang gak punya apa-apa seperti gue.
"Siapa suruh kamu bawain cewe yang kerjanya cuman jadi babu?" Samar-samar gue bisa mendengar suara Mamanya Kak Wira.
"Ma! Anita bukan babu. Dia itu babysitter." Bantah Kak Wira. Suara mereka terlalu kencang hingga membuat gue mendengarnya.
"Apalah pokoknya itu, Mama gak suka."
"Ma... ini pilihan aku."
"Pilihan apaan?! Gak sepantas sama kamu! Cari istri tuh yang pintar, yang kaya, biar selevel sama kamu." Kata-kata beliau sangat menyakitkan buat gue. Gue pengen nangis saat ini juga, akan tetapi, gue berusaha keras menahan air mata gue. Setidaknya gue gak boleh nangis didepan Kak Wira.
Gue memilih untuk menjauh. Gue gak mau dengar pembicaraan mereka lagi. Terlalu menyakitkan buat gue.
...***...
Setelah pertemuan yang sangat tidak mengenakan itu, Kak Wira mengantar gue pulang. Sepanjang perjalanan, hanyalah keheningan diantara kami. Suasana hati gue buruk, Kak Wira sepertinya menyadari itu.
"Aku minta maaf yah." Ucap Kak Wira tepat sebelum gue turun.
Gue hanya menghela napas dan tersenyum. "Gak ada yang salah kok." Balas gue sebelum benar-benar turun dari mobil.
Hati gue hancur, sakit! Gue yang sebelumnya hendak menetapkan hati buat memilih Kak Wira justru harus terhalang restu hanya karena status gue yang sama sekali gak selevel dengan keluarganya.
Biarlah untuk malam ini gue menangis sepuasnya. Biarlah untuk malam ini gue melepaskan semuanya.
...-***-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Meili Mekel
🥺🥺🥺🥺
2022-10-11
0