Semalam gue nangis sampai ketiduran. Hal ini baru pernah terjadi selama hidup gue. Entahalah. Gue gak mau membahas ini lebih jauh lagi.
Tring tring tring...
Handphone gue berdering. Gue langsung mengangkat telepon yang entah dari siapa itu. "Hallo." Sapa gue.
"Anita? Gue pikir telepon dari gue gak bakal lo angkat." Suara itu, itu suara Sarah. Gue memastikan kontak yang tertera di ponsel gue lagi, dan itu memang benar-benar Sarah.
"Kenapa?" Tanya gue langsung. Rasanya malas menanggapi wanita seperti Sarah ini. Gue gak suka dengan perlakuannya kepada anak kandungnya sendiri.
"Gue mau ketemu sama lo." Jawab Sarah to the point.
Gue memutar bola mata malas, "kapan?"
"Siang ini. Buat tempatnya, gue bakalan shareloc ke lo." Ucapnya dan kemudian mematikan telepon itu sebelah pihak.
Gue memijat kepala gue sebentar. Entah apa yang akan Sarah omongin sama gue. Suasana hati gue memburuk, dan gue gak mau semakin memperburuk suasana. Tetapi gue semacam punya feeling jika semuanya bakalan memburuk. Ahh.. sungguh gue pening nih.
...***...
Sarah mengirimkan lokasinya ke gue, dengan segera gue menuju ke lokasi tersebut. "Semoga semuanya baik-baik ajah." Batin gue.
Gue dan Sarah bertemu disebuah cafe. Sesampainya gue disana, gue dapat melihat Sarah yang sedang duduk di pojok cafe, tepatnya didekat jendela. Gue pun menghampirinya.
"Hai." Sapa gue. Sarah hanya melihat gue sekilas, kemudian kembali mengalihkan pandangannya kearah jendela.
"Gue gak nyangka. Lo picik juga ternyata." Ucapnya setelah gue duduk.
"Maksudnya apa?" Tanya gue gak terima.
"Hm.." Sarah hanya menggumam sambil tersenyum. "Lo godain Ares yah?" Tuduhnya.
"Lo gila?" Jengkel gue. Tuduhannya itu tidak berdasar.
"Saat itu, lo sengaja kan jalan-jalan ke mall sama Arka buat ketemu sama Ares? Lo juga kan yang sengaja mancing emosinya dia? Dan lo juga kan yang jadi penyebab perceraian kami?" Sarah berkata-kata dengan sangat tenang. Tetapi itu sangat menusuk buat gue.
"Maksud lo apaan? Gue gak pernah sengaja ketemu sama Kak Ares. Gue juga gak mancing emosinya dia. Dan tolong jaga ucapan lo yah! Gue gak pernah merasa menjadi penyebab perceraian kalian." Bantah gue sembari mencoba tenang.
"Oh yah? Terus ngapain lo sekarang? Kerja di rumah Ares. Lo juga godain Ares. Dan sekarang apa? Lo berhasil kan! Hebat banget lo." Ucapnya sembari bertepuk tangan. Hal itu membuat gue kesal.
"Jaga yah omongan lo! Gue gak pernah godain Kak Ares." Bantah gue dengan penuh emosi.
"Ah bukan cuman Ares. Tapi juga Wira kan? Lo godain mereka kan? Wah hebat banget lo bisa godain mereka berdua." Sarah kembali bertepuk tangan. Hal itu semakin memancing amarah gue. Tetapi saat itu gue lebih memilih buat diam.
"Mana yang katanya anak alim pas SMA? Hah! Omong kosong! Lo tuh gak alim! Godain laki orang sampe akhirnya cerai. Eh sekarang malah godain sahabatnya. Wkwkwk.. lo tau juga yah kalo Wira lebih kaya dibanding Ares." Dinding pertahanan gue runtuh. Emosi yang sedari tadi gue coba untuk kontrol, justru berubah menjadi tak terkontrol.
PLAK!
Satu tamparan keras dari gue mengenai pipinya.
"Lo berani nampar gue?" Emosi Sarah menjadi tak tersulut. "Lo tuh pelakor! Dasar!" Dia kembali menuduh gue. Tangannya menunjuk gue. Itu membuat emosi gue semakin terpancing.
"Lo bilang gue pelakor? Gue bukan pelakor! Seenggaknya gue adalah wanita bermatabat. Bukan tukang selingkuh seperti lo! Rela ninggalin anak kandung sendiri cuman buat berselingkuh dengan laki-laki lain!" Gue gak peduli jika kami menjadi pusat perhatian dalam cafe ini.
"Apa lo bilang? Lancang banget lo!" Tangan Sarah hampir menampar gue. Tapi dengan refleks, gue menahan tangan tersebut. "Gue gak lancang. Memang benar faktanya begitu bukan?" Balas gue, kemudian gue menghempas tangannya begitu saja. Gue lebih memilih buat berlalu dari hadapannya.
"Lo pikir Ares akan semudah itu jatuh cinta sama lo! Sadar diri! Lo cuman babysitter. Dia gak cinta sama lo! Dia cuman membutuhkan lo karena Ares. Dan buat Wooseok. Orang tuanya gak bakal setuju anak semata wayang mereka nikah sama babysitter kayak lo! Sadar diri. Lo gak bisa menyandingkan diri lo dengan Jinhyuk maupun Wira." Ujarnya.
Gue membeku ditempat. Punggung gue ditabrak oleh Sarah. Dia melangkah pergi duluan. Kata-katanya semakin membuat hati gue sakit.
Ketika gue sadari, ucapannya memang benar. Kak Ares mau sama gue cuman karena Aeja membutuhkan gue. Kemudian Kak Wira, ah, pembicaraan antara Wira dan Mamanya sudah memperjelas semuanya. Gue memang gak sebanding dengan mereka.
Feeling gue benar. Semuanya makin memburuk. Hati gue semakin sakit.
...***...
Kata-kata Sarah tadi terus terngiang dalam benak gue.
Lo cuman babysitter.
Kak Ares gak cinta sama gue. Dia cuman membutuhkan gue karena Arka udah terlalu nyaman sama gue.
Gue adalah gadis terbodoh yang sempat baper dengan semua tindakan yang dia lakuin kepada gue.
Gue adalah gadis terkonyol yang sempat berpikir Arka memang benar-benar cinta dengan gue.
Orang tua Wira gak bakalan terima jika anak semata wayang mereka nikah sama babysitter.
Gue menatap gantungan kunci berupa bunga peony yang pernah diberikan Kak Wira buat gue. Dia ingin menjadikan gue sebagai wanita berkelas. Sayangnya gue gak bakal bisa jadi wanita berkelas dimata kedua orang tuanya. Ada jurang pemisah diantara kami. Dan gue gak bisa melewati jurang itu.
Malam ini gue sadar. Baik Kak Ares maupun Kak Wira, keduanya gak bisa gue gapai. Meski Mami sempat menyarankan gue buat memilih salah satu diantara mereka, gue tetap gak bisa. Gue harus sadar diri. Gue memilih buat memendam perasaan gue selamanya.
Lagi-lagi malam ini gue menangis. Hati gue sunggulah hancur ketika menyadari semua ini. Jika saja tadi gue gak bertemu dengan Sarah, mungkin gue gak perlu merasakan ini. Tapi, disatu sisi, gue bersyukur dengan ini, karena berkat itu gue bisa menyadari status gue sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Fitria Sri widowati
makin conplicated🤦♀🤦♀
2022-10-24
0
Sarini Sadjam
semangat anita ga semua org msndang status
2022-10-19
0
Meili Mekel
💪💪💪💪 yg kuat anita
2022-10-11
0