Entah ini perasaan gue atau ini emang kenyataan. Semenjak kejadian di pagi itu, Kak Ares seakan menjaga jarak dari gue. Lain halnya lagi dengan Kak Wira yang semakin gencar buat dekatin gue. Hampir tiap hari dia selalu datang ke rumah.
"Wira lagi Wira lagi." Ujar Mami ketika melihat Kak Wira datang.
"Iya nih Mi, aku kangen sama Arka soalnya. Heheh." Alibi Wira yang 100% bohong!
"Kangen Arka atau Bundanya sih?" Goda Mami.
"Ah Mami bisa ajah." Kak Wira cuman nyegir doang.
Sebenarnya gue agak gak suka dengan kehadiran Kak Wira. Gue disini itu buat kerja, bukan buat didekatin sama dia. Lagian gue juga gak enak sama Mami dan Papi. Gue digajiin buat merawat Arka bukan buat didekatin sama Unclenya Arka.
"Kak, jangan keseringan datang kesini yah. Gak enak sama Mami sama Papi. Aku disini kan buat kerja." Pinta gue.
Kak Wira langsung menunduk. "Maaf yah, aku udah bikin kamu gak nyaman." Ujarnya.
"Lain kali jangan gini lagi Kak." Ucap gue.
"Iya." Angguknya sambil menunduk.
...***...
Kak Ares dan Sarah udah resmi bercerai. Memang tak makan waktu yang lama dalam proses perceraian mereka. Hal ini dikarenakan mereka berdua sudah sama-sama ingin berpisah, kemudian tidak ada yang mempermasalahkan terkait hak asuk anak, serta harta gono gini. Hak asuh Arka sepenuhnya jatuh ke tangan Kak Ares, sedangkan harta gono gini, Kak Ares tak ingin memperebutkannya. Biarlah itu menjadi milik Sarah. Rumah yang sebelumnya mereka tempati pun menjadi milik Sarah. Dia sudah ikhlas dengan semuanya.
Kak Ares menjadi lebih pendiam dari yang sebelumnya. Mungkin dia masih merasa kecewa dengan apa yang dialaminya. Gue bisa memahami itu.
"Gak perlu disesalkan, Res." Kata Papi ke Kak Ares. Gue bisa dengar itu karena posisi gue emang gak jauh dari mereka.
"Iya Pi." Jawab Kak Ares pelan. Pelan banget pokoknya.
"Fokus sama Arka dulu sekarang." Saran Papi yang dijawab dengan anggukan dari Kak Ares.
"Suatu saat kamu pasti dapat yang lebih baik dari Sarah." Ucap Papi. "Kayak Bundanya Arka mungkin." Lanjut Papi lagi yang sukses buat gue jadi kaget. Yang jadi Bundanya Jinwoo kan gue doang? Jadi maksud Papi itu gue? Aduhh.. kok makin berdebar ajah nih jantung gue. Kemarin Mami yang ngomong, eh sekarang Papi yang ngomong.
"Ah Papi bisa ajah. Gak mungkin lah aku sama Bundanya Arka." Tau rasanya udah melayang tinggi terus tiba-tiba jatuh? Itu yang gue rasakan saat ini. Anjirrr... gue udah baper sama kata-kata Mami dan Papinya, tapi anaknya enggak mau. Malu-maluin banget sih gue!
Kak Ares baru saja bercerai, mana mungkin dia langsung cari yang lain. Guenya doang yang kegeeran. Cuman bunda-bundaan Arka doang, bukan bunda beneran. Apa sih yang gue harapin? Mana ada babysitter jadian sama majikannya. Gak ada! Gak usah kebanyakan mimpi deh gue!
...***...
"Bunda hari ini bobo sama Alka ajah yah." Pinta Arka setelah gue selesai membantunya gosok gigi.
"Arka tidur sama Papa ajah yah." Tawar gue. Arka emang udah dibiasakan tidur sendiri dari dulu, tapi beberapa hari belakangan ini dia tidur sama Papanya.
"Kalo sama Bunda sama Papa bisa gak?" Tanya Arka polos. Buset. Nih bocah!
"Gak bisa sayang. Arka tidur sama Papa ajah yah." Balas gue.
"Kenapa? Alka kan love banget sama Papa sama Bunda. Jadi Alka mau tidul sama Papa sama Bunda." Ucapnya polos. Anak kecil emang polos.
"Pokoknya gak bisa sayang." Jawab gue. Sebelum dia sempat menjawab, gue langsung membawanya ke kamar Kak Ares.
Sebelum gue masuk, gue ketuk dulu pintunya, setelah Kak Ares menyuruh gue masuk, baru deh gue masuk. "Arka tidur sama Papa yah. Selamat malam Arka." Ucap gue sambil menyerahkan Arka ke gendongan Papanya. "Saya permisi yah Kak." Pamit gue.
Baru ajah gue mau keluar, suara tangisan Arka pecah. "Mau sama Bunda." Rengeknya. Gue gak tega kalau Jinwoo udah nangis gituh. Sedangkan Papanya udah ngebujuk dia. "Tidur sama Papa ajah yah?"
"Mau sama Bunda." Jawab Arka. Saking gak teganya denger suara tangisan Arka, gue pun menghampirinya.
"Gimana Kak? Arka tidur sama saya ajah yah? Kasian dia udah nangis gituh." Tanya gue.
"Yaudah, Arka boleh bobo sama Bunda." Ucap Kak Ares. Ia hendak menyerahkan Arka ke pelukan gue tapi Arka gak mau, dia malah memeluk leher Kak Ares. "Mau sama Papa sama Bunda juga bobonya." Buset! Nih anak kenapa sih? Masa mintanya yang begituan. Gue gak bisa.
"Gak bisa gituh sayang." Ujar gue mencoba memberi penjelasan.
"Gak mau!!!" Tolaknya. "Mau sama Papa sama Bunda."
Sebenarnya gue enggak mau. Kak Ares juga keberatan banget kelihatannya. Tapi karena Arka semakin rewel, terpaksa kami bertiga pun tidur sekasur. SEKASUR! Gue, Kak Ares, dan Arka ditengah. Bisa kalian bayangkan?
Sumpah jantung gue mau copot rasanya. Canggung banget rasanya. Gue yang notabenenya masih seorang gadis, sekasur sama duda yang baru ajah resmi cerai. Bisa kalian bayangkan?
"Bunda peluk." Pinta Arka. Aduh aduh.. mana bisa gue peluk? Papanya kan lagi meluk dia, kalo gue peluk, anggap ajah kita berdua kayak lagi pelukan dong. "Bundaaa..." panggil Arka karena gue sama sekali gak bergerak buat meluk dia. Gue pura-pura tidur ajah deh mendingan.
Tapi diluar dugaan, Arka malah ngambil tangan gue buat meluk dia. Dan secara gak sengaja tangan gue bersentuhan sama tangan Kak Ares. Langsung gue angkat tangan gue. Gue menggesernya ke bagian yang gak ada tangannya Kak Ares.
"Ngadep ke aku yah Bunda." Pinta Arka lagi. Tumben banget nih anak banyak maunya. Biasanya gak kayak gini.
"Ngadep ajah, gak papa kok." Itu suara Kak Ares. Dan secara otomatis tubuh gue pun menghadap ke Arka. Kak Ares ngeliat gue, dan cuman ketawa kecil doang. Anaknya lagi banyak mau, eh bapaknya malah cengingiran doang. Beda banget sama tadi siang. Tadi siang kan diam banget, eh pas malam enggak.
"Ental Bunda jadi bundanya Alka ajah yah." Gue gak denger, gue gak denger. Gue gak mau denger pokoknya! Entar gue malah baper.
"Udah bobok ajah kamunya, jangan banyak ngomong." Suruh gue. Gak mau deh gue dibaperin mulu. Gak enak cuy.
...***...
Niatnya mau keluar ketika Arka udah tidur, eh gue malah ketiduran sampe pagi. Maklum ajah kali yah, gak pernah tidur di kasur seempuk ini selama ini, hehehe..
Udah jam 5 pagi, mending keluar deh. Kak Ares juga masih tidur. Kelihatan nyenyak sekali.
Tapi satu hal yang baru gue sadari. Semalam kita bertiga tidurnya berpelukan. Entah bagaimana caranya, tangan Kak Ares juga meluk gue. Gue langsung menggeser tangannya. Pokoknya gue harus bangun dulu.
Tepat setelah kaki gue menyentuh lantai, Kak Ares bersuara "Udah bangun?" Gue kaget dong.
"Iya kak. Maaf yah semalam saya ketiduran." Ucap gue pelan.
"Gak perlu minta maaf Nita." Balasnya.
"Kalo gituh saya permisi dulu yah Kak." Pamit gue. Gak mau lebih lama lagi dikamar ini.
"Bentar. Ada yang mau saya omongin." Cegah Kak Ares sebelum gue keluar kamar.
Saat ini dia udah berdiri tepat dihadapan gue. "Ada apa Kak?" Tanya gue.
"Waktu itu Wira sempat minta ijin buat dekatin kamu. Tapi saya belum jawab apa-apa hari itu." Entah mengapa perasaan gue jadi gak enak saat Kak Ares membahas kejadian di depan rumah gue tempo hari. "Saya belum jawab apa-apa sama dia." Lanjut Kak Ares lagi. Gue gak tau harus merespons apa, jadi gue legih memilih buat diam.
"Kamu mau didekatin sama dia?" Tanya Kak Ares.
"Gak tau kak." Jawab gue jujur, karena gue beneren gak tau.
"Kalo kamu mau, ya udah gak papa." Ujar Kak Ares. "Tapi kalo kamu gak mau juga gak papa kok". Lanjutnya lagi.
"Saya gak tau Kak. Saya sendiri bingung." Jawab gue.
"Jadi Bundanya Arka saja gimana?"
"Hah?" Kaget gue. Ini maksudnya gimana?
"Tetep jadi Bundanya Arka yah?" Ambigu banget ini. Gue takut salah tafsir.
"Maksudnya Kak?" Tanya gue. Tapi Kak Ares gak jawab. Dia malah senyum doang. Tentu saja hal itu menimbulkan berbagai macampertanyaan dalam benak gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
salting di buat ngambang sama New duda
2022-10-19
0
Meili Mekel
gugup
2022-10-11
0