01 - Ares' House

Gue memang mau banget jadi babysitternya Arka, tapi bukan berarti gue harus tinggal di rumah mereka juga. Sebelumnya gue eudah menolak, tapi Papanya Arka enggak mau. Katanya gue harus tinggal di rumah mereka, supaya Papanya tam perlu capek buat ngantar jemput Arka lagi.

"Terus adek saya gimana, Kak?" Tanya gue mencoba untuk bernegosisasi.

"Ya tinggal saja dirumah saya." Jawabnya enteng.

"Gak bisa dong. Masa kita berdua tinggal dirumah Kakak, sedangkan yang kerja cuman saya, Kak. Pokoknya gak bisa." Tolak gue mentah-mentah.

"Terus kamu maunya gimana?" Tanya Kak Ares balik.

"Saya juga gak tau Kak."

"Begini saja, kamu tinggal sama saya dari hari Senin sampai Jumat. Hari Sabtu  dan Minggu kamu boleh pulang. Gimana?" Posisi Kak Ares yang berada disamping gue, membuat jarak antara kita semakin dekat. Tatapan Kak Ares seolah mengunci manik mata gue. Secara tiba-tiba gue jadi berdebar. Jantung gue juga seperti lagi maraton didalam.

"Gimana?" Tanya Kak Ares lagi untuk emastikan.

"Iya deh." Jawab gue yang sebenarnya grogi banget ditatap seperti itu. Lagian gue juga sangat membutuhkan lekerjaan ini. Adik gue masih kuliah dan butuh biaya besar, selain itu gue juga sayang banget sama Arka.

...***...

Sebelum gue pergi ke rumah Kak Ares, gue pamit dulu sama Nisa, adik gue. Seperti yang sudah gue duga sebelumnya, Nisa menolak dengan tegas. Dia gak mau jauh-jauh dari gue.

"Dek, ini semua demi kehidupan kita berdua. Kakak harus kerja biar bisa terus menghidupi kamu." Jelas gue.

"Tapi Kak.. masa adek tinggal sendiri?" Nisa memberengut.

"Hari Sabtu dan Minggu Kakak pulang kok."

"Tapi...."

"Dek, kamu udah gede, lho. Masa mau sama Kakak terus sih?" Gue mencolek dagunya.

"Huhhh.."

Sebisa mungkin gue berusaha meyakinkan Nisa. Walaupun memakan waktu yang cukup lama, pada akhirnya Nisa mau melepas gue untuk pergi. "Udah ah, jangan cemberut terus." Goda gue.

"Jangan nakal disana, Kak." Astaga, memangnya gue anak kecil? Ada-ada saja adik gue ini. "Harusnya Kakak yang ngomong gitu sama kamu." Ujar gue sambil tertawa.

...***...

Setelah masuk kedalam mobil Kak Ares, ia pun berkata, "saya jadi merasa bersalah sama adik kamu."

Secara cepat, gue langsung menggeleng. "Enggak kok Kak."

"Kamu sama adik kamu akrab sekali yah."

Gue menoleh kearah Kak Ares dan tersenyum, "saya cuman punya dia Kak, setelah kedua orang tua kami meninggal."

"Maaf Nit, saya gak bermaksud membuat kamu sedih."

Gue menggeleng, "enggak kok Kak.

Gue pikir Kak Ares bakalan bawa gue ke rumah pribadinya, tapi ternyata enggak. Gue malah dibawa ke rumah orang tuanya. "Kakak gak bilang kalo saya harus tinggal dirumah orang tua Kakak." Ucap gue sambil berusaha menahan kekesalan gue.

"Terus kamu maunya saya bawa ke rumah pribadi saya?" Tanya Kak Ares yang langsung membuat gue jadi gelagapan. "Maksud saya gak gituh Kak. Ehm.. saya kan enggak enak sama orang tua Kakak." Jelas gue sambil gelagapan.

"Gak enak kenapa?" Aduh ini Kak Ares tanya-tanya mulu. Gue juga bingung jawabnya. Bukannya gue mau  diajak tinggal di rumah pribadi dia, tapi masa sih gue harus tinggal di rumah orang tuanya juga. Gue merasa enggak enak, malu juga, takut juga iya.

"Tenang ajah Nita, orang tua saya baik kok. Justru mereka yang suruh saya buat cari kamu. Soalnya, beberapa minggu yang lalu Arka sakit. Dia sama sekali gak nyebut Mamanya, yang dia sebut malah kamu, Bundanya."

"Arka sakit? Pantesan badannya dia kurus banget." Ucap gue dengan penuh kekhawatiran.

Kak Ares mengangguk. "Iya. Dia sama sekali gak mau makan, setiap kali disuap pasti di muntahin lagi. Sampe di opname juga kemarin. Dia kangen sama Bundanya. Kamu dicariin terus sama dia."

"Aaaa Arka.." Ujar gue yang semakin memeluk Arka kenceng.

"Sekarang dia udah happy banget ketemu sama Bundanya." Kata Kak Ares. Entah mengapa setiap kali Kak Ares bilang bundanya, gue merasa berdebar. Aneh banget kan? Huh!

...***...

Benar kata Kak Ares, orang tuanya memang baik banget. Mereka bahkan menyunruh gue untuk memanggil mereka dengan sebutan Mami dan Papi, biar lebih akrab katanya.

"Kok bisa sih Arka panggil kamu Bunda?" Tanya Mami tiba-tiba.

"Soalnya anaknya tetangga saya juga panggil mamanya bunda, Arka jadi tiruin deh. Udah sempat saya larang buat panggil saya bunda, tapi dianya gak mau." Jelas gue yang merasa gak enak juga.

Mami malah tersenyum ke arah gue, "Oh gitu. Tapi kamu emang cocok sih dipanggil Bunda. Kamu kan yang ngerawat dia selama ini. Makasih yah udah mau jadi sosok Bunda yang baik buat Arka." Meleleh banget gue dibilang seperti itu, berasa ngobrol sama mertua. Eh, gak boleh! Gue gak boleh berlebihan. Gue cuman babysitter disini!

Obrolan gue sama Mami berlanjut. Mami cerita, dulu setelah menikah Sarah dan Kak Ares tinggal dirumah ini. Tapi setelah Arka 2 tahun, dia ngotot buat pindah ke rumah sendiri. Biar mandiri katanya. Akhirnya Kak Ares menuruti keinginannya. Namun, ternyata itu rencana Sarah biar lebih leluasa bertemu dengab selingkuhannya. Dia sampai meminta gue buat menjaga anaknya, sedangkan dia asyik berduaan dengan selingkuhannya.

Sarah benar-benar licik, dia bakalan pergi kalau Kak Ares sudah berangkat kerja, dan dia bakalan pulang sebelum Kak Ares pulang. Jadi, selama ini Kak Ares pikir istrinya adalah istri yang baik, ternyata enggak sama sekali. Gue yakin Kak Ares pasti kecewa banget. Pasti ada luka yang menganga didalam hatinya.

"Itulah alasan kenapa dia gak mau tinggal dirumah itu lagi. Terlalu banyak hal yang menyakitkan yang ada disitu." Ungkap Mami. Akhirnya gue paham alasan Kak Ares buat bawa gue tinggal di rumah orang tuanya. Dia gak mau dirinya harus tetap tinggal dalam kenangan yang semenyakitkan itu. Dia cuman pengen bebas dari rasa sakit hatinya.

Lagi asik ngobrol sama Mami, tiba-tiba Arka datang. "Bundaaaaa... Alka mau mam nugget." Pinta Arka.

"Eh gak boleh makan nugget terus. Makan sayur ajah yah?"

"Gak mau! Alka mau nugget."

"Yaudah, yuk kita makan sayur." Ajak gue seakan tuli dengan permintaannya. Bukannya gimana, tapi terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji juga gak bagus. Gue gak mau Arka sakit.

"Bunda ih.." Rengek Arka yang sama sekali gak gue gubris. Gue menuju dapur dan menyiapkan makanan buat Arka.

"Ayo makan dulu." Ucap gue setelah selesai menyiapkan makanan untuknya.

"Gak ada nugget." Ujar Arka dengab wajah sedih.

"Kemarin kan Arka udah makan nugget, hari ini makan sayur dong. Nih ada ayamnya pula." Ucap gue pelan supaya Arka bisa mengerti. "Bunda suapin yah.." Tawar gue.

Dengan berbagai macam cara, akhirnya Arka mau makan juga. Gue jadi senang.

"Nita pintar banget ngurusin Arka. Kalo ngurusin Papanya juga bisa kan?" Pertanyaan dari Mami seketika membuat gue jadi terdiam.

...-***-...

Terpopuler

Comments

Sarini Sadjam

Sarini Sadjam

ya anaknya dulu deketin baru bpk nya

2022-10-19

0

Meili Mekel

Meili Mekel

ares jodohx bunda

2022-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!