Gue sama sekali gak bisa berpikir jernih saat ini. Hati gue gak sepaham sama logika gue. Disaat hati gue senang dengan pernyataan cinta dari Kak Ares, logika gue malah menentang hal tersebut. Hati dan logika gue dipisahkan oleh suatu sekat berupa keraguan. Gue masih ragu dengan semua ini.
Disisi lain ada Kak Wira. Sosok pria yang duluan menyatakan minatnya kepada gue. Gue emang belum bisa memastikan perasaan gue kepadanya. Akan tetapi, dia udah sangat baik buat gue. Dia perhatian dan juga penyanyang.
Saat gue larut dengan pemikiran gue, tiba-tiba Kak Wira datang. Ternyata sepulang kerja dia langsung mampir ke sini. Katanya sih mau ketemu sama Arka, tapi gue tau itu cuman alasannya dia saja. Kenapa gue bisa tau? Karena selagi Arka lagi asyik main sendiri, dia malah ngomong ke gue.
"Lawan aku udah ada satu, Nit." Ucapnya. Gue ngerti arah pembicaraan ini bakalan kemana. "Sahabat aku sendiri ternyata." Lanjutnya.
"Aku sebenarnya gak mau ada di posisi ini Kak. Aku gak mau hancurin persahabatan kalian." Kata gue. Kata siapa enak kalo di diperebutkan sama 2 orang pria yang udah bersahabat sejak kecil? Kalo buat anak SMA sih enak-enak aja. Tapi buat gue di usia yang sedewasa ini, gue merasa enggak enak.
"Aku sama Ares emang udah sahabatan dari kecil. Dan selama ini kita berdua gak pernah naksir sama 1 cewe yang sama. Baru kali ini terjadi. Ares udah ngomong tadi ke aku, dia juga mau dekatin kamu kan?" Tanya Kak Wira yang gue balas dengan anggukan pelan.
"Sama kayak yang Ares udah bilang ke kamu. Kita berdua bakalan bersaing secara sehat buat dapatin kamu. Tugas kamu itu cuman satu."
"Apa Kak?"
"Pastiin hati kamu memilih yang tepat. Karena aku sama Ares bukan tipe orang yang gampang mengalah apalagi menyerah." Jawabnya.
"Duh.. gak usah rebutan aku deh Kak. Aku gak mau. Aku mau kerja doang disini, gak mau terlibat cinta-cintaan." Sungut gue.
Kak Wira malah ketawa. "Gak mau tau. Pokoknya kamu harus pilih diantara kita berdua yah." Ujar Kak Wira.
Dan setelah obrolan singkat ini Kak Wira pamit pulang. "Uncle pulang dulu yah Arka." Ucapnya sambil mencium pipi Arka. Walaupun dia dan Papanya Arka sedang bersaing, hal itu sama sekali tidak mengurangi rasa sayangnya pada Arka.
Setelah kepergian Kak Wira, gue baru menyadari satu hal. Dikeningnya Kak Wira ada sedikit sobekan. Dia gak berantem kan?
Tak lama kemudian, Kak Ares tiba-tiba pulang. "Papa...." Pekik Arka kegirangan melihat kepulangan Papanya. Ia langsung berlari ke arah Papanya, minta di gendong.
"Eh itu pipi kamu kenapa?" Histeris Mami sambil menunjuk pipi Kak Ares.
"Papa sakit?" Tanya Arka khawatir.
"Enggak kok.. ini cuman kejedot ajah." Bisa gue rasakan kalau Kak Ares sedang berbohong.
"Makanya hati-hati dong." Kata Mami. "Mami sama Papi pergi dulu yah." Mami sama Papi emang lagi mau kondangan. Jadi saat ini tinggal gue, Arka, sama Papanya doang.
"Arka sama Bunda dulu yah, Papa mau mandi dulu." Ucap Kak Ares sambil menurunkan Arka dari gendongannya.
"Papa mau mandi?" Tanya Arka memastikan. "Iya." Jawab Kak Ares.
"Alka juga mau mandi lagi." Pinta Arka yang membuat Kak Ares tertawa.
"Yaudah yuk kita mandi bareng." Ajak Kak Ares.
"Sama Bunda juga yah."
"Eh apaan dah?" Kaget gue. Masa gue juga mandi bareng mereka. Yang bener ajah. Belum muhrim nih gue. Ya elah-,- Arka mah ada-ada ajah.
"Gak bisa sayang." Kata Kak Ares pada Arka.
"Kenapa?" Anak kecil emang suka penasaran. Pengen ajah gue jawab, gak bisa bocah! Gue sama papa lo belum nikah. Anjirr.. masa belom nikah udah mandi bareng. Tapi gue gak bisa jawab gituh. Huhuhuu..
"Gak bisa sayang. Pokoknya gak bisa. Udah yah.. Arka sama Papa ajah. Bunda mau ke belakang dulu." Ucap gue dan setelah itu ngacir ke belakang. Biarin ajah Kak Ares yang jawab pertanyaan-pertanyaannya Arka.
...***...
Tak lama berselang, Kak Ares dan Arka pun udah selesai mandi. Saat ini gue sedang menyiapkan makan malam buat mereka berdua, maklum Mami kan lagi pergi sama Papi, jadi semuanya gue yang siapin.
"Udah pantes kamu jadi istri aku." Bisik Kak Ares pelan. Bulu kuduk gue langsung meremang. Dibisikin sama Kak Ares woy! Gue langsung deg-degan banget. Jantung gue emang lemah banget kalo udah deket-deket sama Kak Ares. Daripada gue balas ucapannya, mending gue diam ajah deh. Gak mau makin grogi, entar jantung ghe makin berdebar.
"Diam?" Masih betah aja dia godain gue.
"Udah ah. Makan ajah Kak." Perintah gue. Kak Ares cuman senyum doang.
Idih.. kok senyumnya manis banget sih.. Eh bentar-bentar.. itu pipinya lebam banget. "Berantem kan tadi?" Tebak gue. Senyumnya langsung memudar. Ia hanya menunduk.
"Sama Kak Wira?" Tebak gue lagi. Kak Ares gak jawab. Dia diam ajah.
"Jangan bilang itu karena aku." Lanjut gue.
"Maaf yah."
Tuh kan tebakan gue bener. Kak Ares sama Kak Wira emang berantem tadi. Keningnya Kak Wira emang sedikit sobek, sedangkan pipinya Kak Ares lebam. "Mana ajah yang luka?" Tanya gue kesel.
"Ini." Kak Ares menunjuk sudut bibirnya yang emang terluka.
"Makanya Kak, gak usah rebutan lagi. Aku gak mau ada diantara kalian." Ucap gue.
"Gak bisa!" Tolak Kak Ares. "Aku gak mau kehilangan lagi untuk kedua kalinya. Aku mau berusaha. Aku juga mau perjuangin kamu."
"Ya walau harus berantem terus gituh sama Kak Wira?" Sindir gue.
"Kita itu cowo Nit. Cowo itu tugasnya buat mengejar orang yang mereka cintai. Wajar dong kalo kita berantem demi mendapatkan orang yang kita cintai."
"Sayangnya, aku gak tertarik sama kalian berdua." Bohong! Gue bohong! Gue tertarik sama mereka. Tapi gue gak bisa ada di posisi ini.
Kak Ares mengambil kedua tangan gue. Menggenggamnya erat. "Luka aku baru ajah sembuh, jangan buat luka baru lagi. Aku sayang sama kamu. Aku udah jatuh hati sama kamu. Aku pengen berjuang buat kamu." Ungkap Kak Ares pelan.
Entahlah. Hati gue belum bisa menentukan. Gue masih terpenjara dalam sebuah ruang yang disebut dilemma. Dilema antara Kak Ares atau Kak Wira.
...***...
Antares Bagaskara dan Wiradian Yudhistira. Gue baru kenal sama mereka kurang dari satu tahun. Dan baru ‘dekat’ kurang lebih 3 bulan. Gue gak tahu karakter mereka yang sebenarnya seperti apa. Ehm.. sepertinya gue salah deh. Gue lebih bisa mengetahui karakter Kak Ares dibanding Kak Wira. Berhubung gue kerja disini, otomatis gue tahu Kak Ares orang yang kayak gimana.
Kalo gue melihat dari sisi Sarah yang pada akhirnya berselingkuh, gue gak bisa menemukan kekurangan yang paling fatal dari Kak Ares. Kak Ares bukan tipe laki-laki yang gila kerja. Dia selalu pulang tepat waktu. Menyempatkan waktunya buat main sama Arka. Ajarin Arka belajar. Ngurusin Arka juga Kak Ares bisa. Hampir gak ada kurangnya dari sosok duda satu ini. Kenapa sih Sarah sampai bisa berselingkuh dari pria ini? Gak habis pikir deh gue.
Dan untuk Kak Wira. Gue emang gak tahu banyak tentang dia. Gue gak tahu masa lalunya seperti apa. Tapi menurut gue, dia adalah pria baik. Baik banget malah. Dia juga perhatian dan pengertian. Orangnya juga lembut. Gue gak bakalan tega kalo sampai gue menyakitinya.
Hati gue masih bimbang. Gue gak bisa tentuin siapa untuk saat ini. Di satu sisi, apakah gue terlalu egois buat memiliki mereka berdua?
...-***-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Meili Mekel
pusing bundax arka
2022-10-11
0