02 - Ares' Thought

Gue masih kepikiran sama omongan Mami tadi. Ngurusin papanya Arka? Waduh.. pokoknya gue gak boleh baper. Pokoknya gak boleh. Sebisa mungkin gue mencoba mengalihkan pikiran gue dari omongan Mami tadi.

Namun, hasilnya nol besar! Gue sama sekali gak bisa. Ini sudah jam 1 malam, dan gue belum bisa tidur. Untungnya gue tidur sendirian disini. Coba kalo ada Arka disini, dia pasti terganggu. "Mending gue cari angin bentar diluar." Pikir gue. Dan gue pun keluar, jalan-jalan sebentar disekitar kolam renang. Rumah orang tua Kak Ares gede banget dan juga mewah. Desain interiornya keren. Orang kaya memang semenakjubkan itu.

"Nita?" Itu suara Kak Ares. "Kamu ngapain disitu?" Tanya Kak Ares. Dia sedang duduk di gazebo yang mengarah langsung ke kolam renang.

"Gak bisa tidur Kak." Jawab gue jujur.

"Oh.. temani saya ngobrol yuk." Panggilnya.

Wah gila! Niat gue buat keluar adalah agar gue bisa melupakan omongannya Mami. Eh gue malah ketemu sama objek dari omongannya Mami; Papanya Arka. Gimana gue bisa tidur coba?

"Kenapa gak bisa tidur?" Tanya Kak Ares ketika gue udah duduk.

"Gak tau." Bohong gue. Gak mungkin gue bilang kalau gue lagi kepikiran sama Kak Ares.

"Rindu adik kamu yah?" Tebak Kak Ares, gue pun mengangguk. Memang sih gue rindu sama adik gue, tapi bukan itu penyebabnya.

"Besok kan hari Sabtu. Kamu bisa pulang, ketemu sama adek kamu." Kata Kak Ares.

"Oh iya yah, hehehe." Balas gue yang baru sadar jika besok adalah hari Sabtu. Akhirnya besok gue bisa pulang sehingga gue bisa menenagkan pikiran gue.

"Kenapa Kakak gak tidur?" Tanya gue mencoba sok asyik, padahal aslinya gue gak tau mau ngomong apa lagi.

"Sama kayak kamu. Gak bisa tidur." Jawabnya.

"Kenapa?" Tanya gue.

"Saya lagi pikirin Arka. Dia harus jadi korban keegoisan saya dan Mamanya." Ada nada sedih di dalam ucapan Kak Ares. "Sekarang saya harus berperan sebagai papa sekaligus mama buat Arka." Lanjutnya lagi sambil menatap langit yang malam itu bertaburan bintang.

"Gak mudah emang. Apalagi Mamanya sama sekali gak mau ngurusin dia lagi. Kasihan Arka." Gue bener-bener kasihan sama Arka. Pada usianya yang baru 3 tahun, ia harus merasakan pedihnya perceraian kedua orang tuanya. Mungkin untuk saat ini dia belum tau apa yang terjadi sebenarnya, namun lambat laun, seiring dengan bertambahnya usia, dia pasti akan mengetahui semua ini. Selain itu, gue juga menerka-nerka apa yang akan dia pikirkan tentang Mamanya nanti, apalagi penyebab perceraian kedua orang tuanya adalah perselingkuhan.

"Kakak itu hebat kok. Kakak pasti bisa jadi sosok papa sekaligus mama buat Arka. Arka anak yang baik, semoga dia bisa dapat mama tiri yang baik nantinya." Ucap gue memberi semangat.

"Tapi saya belum mau cari istri lagi." Ujar Kak Ares. Kok agak menohok yah? Menohok hati gue maksudnya. Padahal seharusnya gue merasa biasa saja.

"Kalo gituh fokus dulu sama kerjaan Kakak, sama Arka juga." Kata gue dan diangguki sama Kak Ares.

"Gak habis pikir saya sama Sarah. Kok dia tega sekali sama kami? Padahal selama ini saya pikir dia itu sosok wanita yang bisa melengkapi saya, kami bisa jadi pasangan yang saling melengkapi. Ternyata kurangnya saya banyak sampai dia mencarinya ke orang lain." Disaat seperti ini Kak Arka pasti butuh tempat curhat, dan gue bersedia buat jadi tempat curhatnya.

"Dan saya terlalu bodoh hingga terlambat menyadarinya." Ada penyesalan dalam kalimat yang diucapkan Kak Ares.

Gue memang gak bisa merasakan apa yang Kak Ares rasakan saat ini. Tapi gue mencoba untuk memahami semua itu. Sakit hatinya dia, hancurnya dia, dan juga ketakutannya dia. Siapa sih yang gak sakit hati kalo diselingkuhin sama orang yang paling dicintainya? Itulah yang Kak Ares rasakan. Sakit! Sakit banget malah. Disaat dia banting tulang buat hidupin keluarganya, istrinya malah berselingkuh.

Gue tahu pasti Kak Ares hancur banget. Pernikahan yang harusnya suci telah ternodai bahkan harus berakhir dengan perceraian. Perceraian punya berbagai macam resiko. Salah satunya anak. Arka terpaksa berada dalam keadaan itu. Padahal dia sama sekali gak paham dengan keadaan itu.

Selain itu, Kak Aresjuga takut dengan masa depan Arka nantinya. Dia takut dengan keterbatasan dirinya yang mungkin gak bisa jadi sosok papa sekaligus mama yang baik buat Arka. "Single dad itu gak mudah." Ucap Kak Ares, dan gue setuju sama hal itu. Berperan sebagai ayah sekaligus ibu buat anak tidaklah mudah. Jika sampai salah, maka sang anak akan merasakan kurangnya kasih sayang. Hal tersebut bisa memicu hal-hal buruk lainnya kepada anak. Misalnya, pergaulannya akan semakin bebas. Selain itu, hal ini juga berdampak pada psikologis anak. Beban yang dipikul Kak Ares sangatlah berat.

Disisi lain, dia juga takut untuk dekat dengan wanita manapun. Dia punya trauma tersendiri saat ini. Lukanya masih menganga lebar, dia gak mau salah langkah lagi. Antares Bagaskara terlalu takut untuk mencari wanita yang bisa mencintai dia dan anaknya.

"Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Kakak boleh menyesal saat ini, tapi pastikan suatu saat Kakak harus bahagia. Luka yang digoreskan Sarah harus Kakak sembuhkan, Kakak gak boleh berlarut-larut dalam kesakitan itu. You must healing yourself first, and than, you must be happy." Ucap gue.

"I will healing my self first. And i will be happy, as what you say before." Then, he smiling to me. And that smile making me smile too.

Gue harap dengan berbagi cerita seperti ini, beban pikiran Kak Ares bisa berkurang. Kak Ares adalah orang baik, gue berdoa semoga luka yang menganga dalam hatinya itu bisa segera sembuh. Gue gak mau dia larut dalam kesedihan.

"Kamu masih belum mau masuk?" Tanya Kak Ares yang gue jawab dengan gelengan. Saat ini, gue masih mau menikmati udara malam.

"Kenapa?" Kak Ares bertanya lagi.

"Malam ini bintangnya bagus, Kak. Saya ingin menikmati malam ini, setidaknya sampai saya ngantuk, hehehe.." jelas gue dengan diakhiri cengiran lebar.

"Perasaan bintangnya biasa aja." Celetuk Kak Ares. Seketika gue pun menatapnya. "Nama Kakak itu Antares kan?" pertanyaan gue menimbulkan kerutan dikedua alisnya. "Iya, memangnya kenapa?" Heran Kak Ares.

"Antares itu bintang yang spesial Kak." Ucap gue.

"Maksudnya?" Kak Ares semakin bingung.

"Ada berbagai macam bintang dilangit. Bintang yang paling terang digalaksi adalah Sirius."

"Lantas?"

"Walaupun Antares tidak seterang Sirius yang menjadi bintang yang paling terang, namun Antares menjadi bintang yang paling terang pada rasi bintang Scorpio." Penjelasan gue masih sulit dipahami oleh Kak Ares.

"Jika hal itu diumpamakan sebagai Kakak, saya harap Kakak gak perlu merasa down karena tidak seterang bintang yang lain. Pasti ada sebuah tempat dimana Kakak akan menjadi sebuah bintang yang paling terang dalam kehidupan seseroang." Terang gue sambil menatap kedua manik mata Kak Ares. Dia pun memandang gue dengan pandangan yang sulit gue deskripsikan. Hal itu membuat gue jadi salah tingkah. Oleh sebab itu, gue buru-buru pamit untuk masuk kedalam. "Ehm.. Kak, saya masuk duluan yah, udah ngantuk soalnya." Ucap gue dengan cepat.

...-***-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!