Single Daddy

Single Daddy

Prolog

Terhitung sudah 3 bulan sejak gue dipecat dari tempat kerja gue sebelumnya. Sumpah gue bingung banget sekarang. Apalagi saat ini pengeluaran gue terus berjalan tanpa adanya pemasukan. Adik gue juga baru kuliah, kedokteran pula. Pusing banget gue. Bagaimana caranya gue bisa memenuhi semua kebutuhan dia sedangkan gue saja tidak bekerja?

Ditengah kebingungan gue, tiba-tiba teman gue telepon. Namanya Sarah. “Nita lo butuh kerjaan kan?” Tanyanya yang gue jawab, “iya nih.”

“Gue punya kerjaan buat lo.” Ucapnya diseberang sana. “Kerja apaan?” Tanya gue antusias.

“Jagain anak gue deh. Entar gue bayar lo perhari. Gimana mau gak?” Tawar Sarah.

“Jagain anak lo? Wah jadi babysitter dong gue?”

“Iya sih. Gimana mau gak? Bayarannya lumayan loh. Adek lo juga butuh biaya yang gede kan buat kuliah kedokteran?”

“Iya gue mau deh. Jadi kapan gue datang ke rumah lo buat kerja?”

“Lo gak usah datang ke rumah gue. Gue yang antar Arka ke situ dan gue juga yang bakal jemput dia.” Jelasnya.

“Oh ya udah deh. Mulai kapan nih gue jagain anak lo?”

“Mulai hari ini. Bentar lagi gue otw rumah lo yah. Bye.” Kata Sarah.

Hari-hari gue sebagai babysitter dari Arka pun dimulai. Awalnya gue pikir Sarah cuman menitipkan dia selama beberapa hari saja. Ternyata enggak. Ini udah masuk bulan ke-7 sejak pertama kali dia minta gue buat menjaga Arka.

Setiap jam 10 pagi dia selalu datang membawa Arka, dan jam 5 sore dia datang buat menjemput Arka. Tiap hari selalu begitu, kecuali hari Sabtu dan Minggu. Sarah juga selalu datang sendirian. Gak pernah sama suaminya. Gue jadi bertanya-tanya dalam hati, apakah suaminya tau gak kalau anaknya selalu dititipin ke gue? Apa jangan-jangan suaminya gak tahu sama sekali? Sepertinya gue harus tanya sama Sarah.

“Hai Arka... Mama udah datang nih. Pulang yuk.” Ajak Sarah.

“Gak mau... Alka mau sama Bunda ajah.” Tolak Arka. Oh iya, saking dekatnya gue sama Arka, bocah 3 tahun itu memanggil gue Bunda. Padahal gue enggak pernah mengajarkan dia seperti itu. Untungnya Sarah gak terlalu mempermasalahkan hal itu.

“Gak bisa. Sebentar lagi Papa pulang. Kita udah harus ada dirumah sayang.” Jelas Sarah pada anaknya.

“Suami lo tau gak kalo gue yang selalu jagain anak lo?” Tanya gue penasaran.

“Enggak. Dia gak tau.” Jawab Sarah santai.

“Loh kok gak tau sih? Lo gak pernah bilang ke suami lo apa?”

“Gak pernah. Biarin ajah.” Jawab Sarah enteng. “Udah deh Nit, lo gak perlu ikut campur urusan keluarga gue. Yang perlu lo lakuin cuman jagain anak gue aja. Gue kan bayar lo buat itu, bukan buat urusin rumah tangga gue!” Bentak Sarah yang seketika membuat gue terdiam. Benar. Gue bukan siapa-siapa. Gue cuman babysitternya Arka doang.

...***...

Hari ini gue berniat buat mengajak Arka jalan-jalan ke Mall, sekalian gue mau belanja bulanan. “Bunda.. Alka lapal..” Ujar Arka.

“Uh manisnya anak Bunda.” Gemes banget gue sama Arka.”Yaudah yuk kita makan. Arka mau makan apa?”

“Ayam goleng Bunda..” Jawab Arka.

“Yaudah. Yuk kita makan ayam goreng.” Ajak gue.

“Yesss!” Seru Arka kegirangan.

Gue dan Arka pun melangkah menuju sebuah restoran yang ada di mall ini. “Papa!!!” Teriak Arka yang sontak membuat gue kaget. Begitu pun dengan sosok pria yang dipanggil Papa oleh Arka. Belum sempat gue bereaksi, Arka sudah berlalu menghampiri Papanya.

“Kamu sama siapa ke sini?” Tanya Ares yang sudah menggendong Arka.

“Sama Bunda.” Jawab Arka dengan polosnya. Gue juga gak bisa nyalahin Arka, anak kecil memang polos kan?

Ares memandang gue dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. “Kamu siapa? Kenapa anak saya bisa ada sama kamu?” Tanyanya dengan wajah yang dingin.

“Saya..” Kok lidah gue jadi kelu sih?

“Kamu siapa?” Tanyanya lagi.

“Ini Bundanya Alka, Papa.” Jawab Arka lagi. Aduh ini anak makin bikin gue jadi takut sama Papanya.

“Sini kamu ikut saya!” Tangan gue langsung ditarik sama Papanya Arka.

“Wirga, kerjaan kita udah beres semua kan? Gue pulang duluan.” Pamit Ares.

Tangan gue masih ditarik sama dia. Gue gak tahu dia mau bawa gue kemana. Saat ini kita menuju ke parkiran. “Masuk.” Perintah Ares menyuruh gue masuk kedalam mobilnya. Gue pun masuk.

Kini kami sudah berada didalam mobil. “Saya tanya sekali lagi, kamu siapa? Kenapa anak saya bisa ada sama kamu? Terus kenapa dia panggil kamu Bunda?” Suasa dalam mobil terasa mencekam. Tatapan Papanya Arka ke gue serasa menusuk. “Buruan jawab. Atau saya bawa kamu ke kantor polisi sekarang.” Ancamnya.

“Eh jangan dong Kak. Saya kan cuman jagain Arka ajah.” Tahan gue. Jangan gila, masa iya gue mau dilaporin polisi?!

“Jelasin ke saya.” Perintahnya lagi.

“Nama saya, Anita. Jadi, saya sama Sarah itu temanan. 7 bulan yang lalu, dia minta saya kerja buat dia. Saya diminta jagain Arka setiap hari. Semacam babysitter gitu buat Arka. Dan karena saya lagi gak punya kerjaan, saya pun menerima permintaanya itu.” Jelas gue.

“Kok saya gak pernah tau selama ini anak saya dijagain sama kamu?” Tanya Kak Ares yang gak percaya sama gue.

“Ya saya juga gak tahu Kak. Bisa tanya sendiri kan sama istrinya.” Jawab gue.

Bisa gue liat rahang Kak Ares semakin mengeras. Dirogohnya handphone dalam sakunya dan langsung menelpon seseorang.

“Kamu dimana?”

“Mana Arka?” Sepertinya dia menelpon Sarah.

“Jangan bohong kamu. Kamu dimana?”

“Jangan kemana-mana. Aku mau kesitu.” Ujar Kak Ares yang langsung mematikan teleponnya kemudian melajukan mobilnya. Gila, Kak Ares kayaknya bisa jadi pembalab F1 nih, ngebutnya sadis sekali.

Gue tau Kak Ares marah banget, makanya gue gak berani tanya-tanya. Gue memilih untuk diam sambil memangku Arka yang tadi merengek ingin dipangku gue.

Mobil kami berhenti disebuah hotel. Kak Ares langsung menyuruh gue turun. Kami pun masuk kedalam hotel tersebut. Tepat di lobby hotel, gue bisa melihat dengan jelas Sarah sedang bersama seorang pria. Pria itu berusaha buat kabur tapi terlambat. Kak Ares sudah lebih dahulu datang.

“Ini siapa?” Tanya Kak Ares yang berusaha setenang mungkin.

“Dia teman aku.”

“Teman apaan yang ketemuan dihotel?”

“Kan kita ketemunya di restoran hotel ini.” Tepat setelah mengatakan hal itu, seorang karyawan hotel menghampiri Sarah dan memberikan sesuatu. “Maaf mbak, tadi jam tangannya kelupaan di dalam kamar.” Kak Ares langsung bertepuk tangan dan tersenyum. “Ketemuan di restoran hotel atau chek in dikamar hotel?” Nada Kak Ares penuh dengan sindiran.

Wajah Sarah menegang. “Aku gak tahu sejak kapan kamu suka koleksi jam tangan pria kayak gituh.” Sindirnya lagi. Sarah sudah tidak bisa mengelak lagi. Begitupun laki-laki yang bersamanya.

“Sejak kapan kamu selingkuh sama dia?” Tanya Kak Ares pelan. Pelan banget.

Sarah gak menjawab, dia hanya melirik laki-laki disebelahnya. “Aku mau kita cerai.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Gue langsung menjauhkan diri bersama Arka. Arka gak pantas mendengar kalimat itu dari mulut ibunya.

BUGH BUGH BUGHHH

Bogeman dari Kak Ares tepat mengenai wajah laki-laki selingkuhan Sarah. Satpam hotel berusaha melerai mereka. Sedangkan gue, gue sebisa mungkin menjauhkan Arka dari kejadian itu. Gue gak mau kepolosan anak ini ternodai dengan pertengkaran orang tuanya.

...***...

Sarah dan Kak Ares akan bercerai. Itu kabar terakhir yang gue dengar. Entah seperti apa nasib keduanya, gue gak peduli. Disini yang bikin gue khawatir hanyalah Arka. Gimana keadaan dia sekarang? Siapa yang mengurus dia sekarang? Dia sudah makan atau belum? Pokoknya pikiran gue gak tenang.

Disisi lain, gue juga khawatir dengan perekonomian keluarga gue. Semenjak Ayah dan Ibu meninggal, gue lah yang harus membiayai kehidupan gue dan Nisa, adik gue. Apalagi Nisa adalah mahasiswa fakultas kedokteran yang biaya kuliahnya mahal banget. Harus praktek inilah itulah, beli buku inilah itulah, pokoknya pengeluarannya banyak banget. Sedangkan saat ini gue sudah gak kerja lagi. Mau melamar dimana lagi coba, semuanya membutuhkan ijazah S1, sedangkan gue cuman lulusan SMA.

Tok Tok Tok

Gue pun membuka pintu rumah. “Bundaaaaa….!” Teriak Arka ketika melihat gue. Dia langsung meminta gue menggendongnya. “I miss you, Bunda.” Ujarnya sambil memeluk gue.

“Maafin Arka Nit.” Ucap Papanya Arka.

“Gak papa kok Kak. Yuk masuk dulu.” Ajak gue.

Jadi kedatangan Kak Ares kesini mau minta maaf atas perlakuannya tempo hari. Dia juga minta maaf karena secara gak langsung melibatkan gue kedalam masalah keluarganya. Selain itu, dia juga mau minta maaf karena Arka sudah merepotkan gue.

“Minta maaf mulu kak. Lebaran udah lewat tau, heheh.” Ujar gue iseng. Soalnya dari tadi minta maaf terus.

“Habisnya aku gak enak sama kamu.” Ucapnya.

“Gak papa kok Kak.” Jawab gue.

“Selain itu, kedatangan aku kesini juga mau minta tolong ke kamu buat jagain Arka lagi. Pasti bakalan aku gaji kok. Gimana kamu mau gak?”

“Aku mau  Kak.” Jawab gue gak pake pikir panjang. Saat ini gue butuh biaya buat perkuliahan adik gue, selain itu gue juga sayang banget sama Arka.

Sejak saat ini lah hari-hari gue sebagai babysitter-nya Arka pun dimulai.

...-***-...

Terpopuler

Comments

Sarini Sadjam

Sarini Sadjam

mampir..

2022-10-19

0

Meili Mekel

Meili Mekel

lanjut

2022-10-10

0

An-nur

An-nur

kayaknya menarik

2020-12-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!