Di arah timur.
[Ruby’s POV]
Aku sedikit gugup sekarang.
Bukan, bukan karena partnerku adalah Rylan, tapi sebelumnya aku tidak pernah berencana atau bahkan melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan kekuatanku. Lebih tepatnya, aku tidak tega..
Yah, ya sudah lah… aku akan mencoba untuk yang pertama kalinya.
Sesuai rencana yang sudah ditetapkan, setiap partner akan berpencar nantinya. Jadi sekarang aku dan Rylan juga melakukannya.
Dengan berat hati, hahaha.
"Kamu mau ke sisi kanan atau kiri?" Tanya Rylan yang masih berjalan di sampingku.
Aku menoleh ke arah kanan, lalu ke arah kiri.
Sepertinya di arah kiri tak terlalu banyak orang… sama saja tak seru, dong!
"Kanan saja, kamu ke sisi kiri."
Rylan menatapku dengan tatapan khawatir, "Kamu bisa, jangan khawatir ada aku, oke?" Ucapnya seraya mengubah ekspresinya menjadi tersenyum hangat.
Aku merasakan pipiku yang sudah memanas sekarang.
"Oke." ucapku menahan gugup yang teramat sangat sambil membalikkan tubuhku dan langsung berjalan santai (sangat kupaksa agar terlihat santai) ke sisi kanan.
"Kamu juga." Ucapku saat sudah beberapa langkah darinya tanpa berbalik menoleh kearahnya.
Oke, fokus!
Baiklah, mulai dari mana aku?
Bagaimana aku mencari target itu??
Bagaimana aku membedakannya?
"Hhh... gimanaa inii.." gumamku.
"Gimana apanya?" Ujar seseorang yang membuatku menoleh.
Apa suaraku sekencang itu?
"Eh, Kelsie?"
Dia adalah Kelsie Farren, teman sekelasku yang pintar dalam mata pelajaran apapun, dan positifnya lagi, dia ramah.
"Iyaa. Hai, By.. omong-omong.. kamu lagi kebingungan, ya?"
Iyaa nihh…
"Nggak, kok.."
"Jangan bohong lohh, nanti menambah-nambahkan dosa, merepotkan malaikat yang suka mencatat dosa.. kasihan."
Ibarat, aku terjatuh dari lantai 5 ke tanah. Dan seseorang bilang 'Astagaa!! Kasihan sekali tanahnyaa!!'
Untung teman..
"Aku tidak berbohongg!” aku menunjukkan jari telunjukku dan jari tengahku menjadi tanda ‘peace’, “Oh iya, kamu sedang apa?" Tanyaku mengganti topik.
Habisnya... aku masih tidak tahu caranya mencari target sihh! Jadi mengobrol sedikit tidak apa-apa, kan?
"Bernapas."
Aku memutar mataku, lalu terkekeh. "Oke, bye." Kurasa aku salah orang untuk diajak berbicara.
Aku tidak tahu caranyaa... bagaimana inii??
"Di arah jam 2, lihat perempuan yang sedang membawa dompet?" ujar Rylan tiba-tiba melalui earzoom-ku. Ah, untung saja!
Aku melihat kearah jam 2. Eum.. Kurasa aku melihatnya..
"Ya aku lihat, tapi maaf Ry, aku masih punya uang, aku gak akan mencopet, biar kamu saja kalau mau."
//Saya tidak tahan hidup lagi, thor.. hapus saja nama saya dari cerita ini -Rylan//
//Jangan, nanti populasi cogan di cerita ini berkurang /plak/ -Author//
"Bukan itu maksudku, By.." aku mendengar ia menghela napasnya, "coba saja kamu ajak dia bicara."
Tadinya aku ingin bilang lagi 'tapi aku sudah mempunyai cukup banyak teman yang gila untuk diajak bicara' tapi aku mengurungkan niatku karena melihat perempuan itu bergelagat mencurigakan.
Aku mendekatinya perlahan.
"Hai.." sapaku.
"Eh, iya?" Anehnya ia menjawabku dengan santai, padahal beberapa detik yang lalu, dia bergelagat aneh.
Ahaa!! Aku punya ide!
"Kenalan yaa.. aku Ruby, kamu?"
"Sheren Yera." jawabnya singkat.
"Ehm, aku kehausan tapi gak bawa minum, terus uangku habis, boleh pinjam tidak?"
Jadi sekarang dia mengenalku sebagai teman yang hanya datang karena ada maunya saja. Ya ya ya.. siapa peduli? Kalau misi ini sudah selesai juga aku dan yang lain akan kembali ke sekolah di AHS, kan?
Berhubung dia membawa dompet, jadi seharusnya dia berkata 'oh, boleh' atau 'oke boleh' dan langsung membuka isi dompetnya itu.
Tidak! Aku bukan ingin mencopet percayalah!! Aku hanya memastikan..
"Hmm, maaf ya, aku gak ada uang.. boleh pinjam tidak kalo ada uang nanti?" Kita sekarang jadi terlihat seperti dua siswi miskin yang saling meminta-minta satu sama lain.
Memastikan.. bahwa..
Jeng! Jeng! Jeng!
Bahwa..
Jeng! Jeng! Jeng!
"Ya sudah lah ngutang bareng yuk di bazaar, tapi sebelumnya antar aku ke toilet dulu yaa hehe." Aku meringis supaya terlihat se-lugu mungkin.
"Oke" ucapnya datar. Ia sama sekali tidak mengganti ekspresinya sedari tadi. Aku curiga, apa dia robot?
Tapi… jika bukan uang, isi dompetnya itu apa?
Kita sudah berada di toilet perempuan sekarang.
Di sudut ruangan toilet, dindingnya berdarah- maksudku, ada darah di dinding itu.. dan... lantainya ada sedikit darah juga… seperti ada yang habis dipukuli disini..
Hahaha! Mari kutebak… pasti Kim! Karena Val dan Claire tak mungkin tega menghajar orang..
Ya sudah lah itu tidak penting. Fokus!
Lalu.. apa lagi yang harus kulakukan?
Ah!!!
Aku tahu!!
Aku masuk ke dalam salah satu bilik dan melanjutkan acting-ku lagi.
"Eh!? Yahh.." aku berteriak sendiri di dalam bilik.
"Ren, ada roti itu gaak?"
"Gak."
"Tissue?"
"Gak."
"Kertas kek."
"Maaf... gak punya."
Baiklah, aku akhirnya mengakhiri drama konyolku di dalam bilik ini dan keluar dengan cengiranku.
"Ternyata aku bawa, hehe."
Saat aku mengulur waktu dengan membilas tanganku di wastafel, muncul ide baru di benakku.
"Ren, boleh pinjem ponselmu gak? Mau beri tahu roommate-ku, aku akan pulang terlambat."
Dengan datar dia mengatakan… "Gak ada."
Ah, Baiklah. Di dalam dompet yang lumayan besar itu tidak ada uang, tissue, kertas, roti (tau lah maksudku) dan ponsel... lalu isinya apa?
Hahaa! Ini asyik!
"Mau masuk gak?" Tanyaku seraya mengambil alih dompetnya itu.
Aku memanfaatkan waktu yang sebentar ini untuk meraba isi dompet tersebut.
Wahh wahh..
Peace tol!
Coba eja!
Ia membulatkan matanya. "Ehh jangan!"
Saat dia ingin mengambil dompetnya lagi dariku, aku tidak bisa berpikir lebih panjang lagi.
Aku mengangkat kedua tanganku ke dekat telinganya…
"Maaf, ini akan sakit."
… dan mengeluarkan gelombang supersonikku… sedikit.
BRUKH
Ia terjatuh!
“AARRGHH!!” erangnya keras bukan main. Aduh, kalau ada yang dengar bagaimana…
Ia menutupi kedua telinganya rapat-rapat, tak lama kemudian ia melemas…
Aku melihat sebuah… robot(?) berukuran kecil tidak sengaja jatuh dari saku jas nya. Aku langsung mengambilnya.
Hmm…
Bentuknya seperti.. lebah- eh, tidak tidak… itu… capung? Aneh sekali sih, untuk apa dia membawa robot seperti ini? Apa ada kamera pengintai?
Aku memperhatikannya dengan detail, hm.. tidak ada.
Ada perekam suara?
Hm.. tidak ada juga..
Ah iya! Kenapa tidak kucoba kepadanya?
"Ehh ehh!! Jangan pingsan duluu!! Bangun dulu sebentarr!! Nanti aku teraktir!" ujarku seraya menepuk-nepuk tubuhnya yang sudah tergeletak lemas di lantai.
Sesaat kemudian, matanya terbuka kembali.
Apakah orang-orang suruhan si penjahat itu tidak diberi uang? Sampai begini sekali..
Aku memanfaatkan waktu untuk menancapkan mulut robot capung ini ke pipinya (habisnya aku tidak tahu harus di tancapkan dimana).
Ahh… tapi tak ada reaksi apa-apa..
"Yahhh..." gumamku seraya menghela napas kecewa.
Tapi ternyata, keberuntungan lebih memihak kepadaku, Si Sheren itu membuka matanya lagi!!
Tapi.. ia tampak berbeda… pandangannya kosong.
Aku tersentak. Tiba-tiba ia duduk!!
"Saya akan menuruti perintahmu, Tuan" ujarnya datar.
Tuan?!
"Heiii!! Aku bukan lelaki! Aku ini perempuan!! Jangan panggil aku Tuan!!"
Kenapa sih dia!? Enak saja!!
Ia masih menatapku tanpa ekspresi. "Baiklah, perempuan."
"Bukan begitu maksudku bodoh!! Panggil aku Ruby."
"Baiklah, Ruby."
Eh?
Sebentar...
APA MAKSUDNYA INI!?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments